chapter 14

778 93 6
                                    

Another fluff! Semoga tidak terlalu menye-menye hehe

•••

"Mingyu."

Mendengar sebuah suara memanggilnya membuat Mingyu terbangun dari tidurnya. Matanya sedikit membuka untuk melihat si pemilik suara.

"Mingyu, bangun," kata Minghao sambil menepuk pelan lengannya. Minghao tampak segar dengan rambut basah, sepertinya dia telah selesai mandi.

"Jam berapa ini?" tanya Mingyu dengan suara serak.

"7:20," jawab Minghao. "Bangunlah, kita harus bekerja nanti."

Mingyu pun bangkit dari tidurnya lalu mengacak-acak rambutnya. Dia tersenyum melihat Minghao.

"Pagi, Minghao," sapanya.

Minghao menyeringai. "Ya, pagi," balas Minghao. "Kau lelah sekali ya? Kalau begitu aku akan coba memasak untuk sarapan."

"Tidak perlu, aku akan melakukannya," tolak Mingyu lalu dia berdiri. "Aku mandi dulu, kau tunggu saja di meja makan."

Minghao menghela napas. "Biarlah, Mingyu. Aku ingin sekali-sekali melakukan sesuatu untukmu."

Mingyu berbalik, kembali menghadap Minghao. Diangkatnya dagu Minghao sehingga mata mereka bertemu.

"Hanya dirimu berada di sisiku, itu lebih dari cukup," ucap Mingyu lalu langsung menyatukan bibir mereka.

Jujur, Mingyu tidak tahu apa yang sedang merasukinya sekarang, tapi dia memang sangat ingin merasakan bibir Minghao. Dia tidak pernah tahu bahwa bibir lelaki kurus itu merupakan candu terbaik untuknya.

Posisi Minghao yang terduduk di kasur sedangkan Mingyu berdiri membungkuk membuatnya kurang nyaman sehingga didorongnya pelan Minghao hingga terlentang di atas kasur. Rambut Minghao yang masih basah mungkin akan ikut membasahi kasur, tapi Mingyu tidak peduli. Dia tetap melanjutkan aksinya.

Ketika merasakan Minghao telah kehabisan napas, dia menarik bibirnya, lalu menatap mata Minghao. Mereka berdua terengah-engah oleh ciuman panas tadi. Awalnya Mingyu ingin berhenti, namun saat melihat leher jenjang Minghao dia kembali melanjutkan aksinya, kali ini di leher Minghao. Ciumannya meninggalkan bekas baru, padahal bekas yang dia berikan kemarin masih memerah.

Minghao menahan napasnya, dia tidak pernah diperlakukan seperti ini oleh Junhui. Ketika bersama Junhui, lelaki itu selalu melakukannya dengan kasar dan penuh nafsu, tanpa mementingkan fisik Minghao. Namun, Mingyu berbeda. Walaupun dia sangat mengingankan Minghao dia tetap melakukan semuanya dengan lembut, membuat Minghao menikmati perlakuannya.

Sadar dengan pekerjaan mereka nanti, Minghao membuka mulutnya.

"Mi-mingyu," panggilnya sambil memegang surai Mingyu. "Kita harus bekerja nanti."

Mingyu menghentikan dirinya, namun tetap diam dalam posisinya. Dia masih menenggelamkan kepalanya ke dalam leher lelaki kurus itu.

"Maaf, aku lepas kendali," katanya tulus.

Minghao tersenyum, tangannya yang tadi berada di surai Mingyu mengelus pelan. "Tak apa, kau tidak menyakitiku kok," ucap Minghao. "Kalau begitu aku akan menunggu di meja makan."

"Hmm, aku mandi dulu," kata Mingyu, namun kepalanya belum beranjak dari leher Minghao. "Tapi biarkan aku seperti ini sebentar lagi, rasanya nyaman, menghirup aromamu."

Minghao tidak menolak, bahkan dibalasnya pelukan Mingyu. Dia tidak tahu kalau lelaki tinggi itu ternyata begitu manja seperti ini.

Akhirnya, mereka sarapan di pukul 9 pagi.

l o s t . [gyuhao]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang