Chapter 17

816 93 3
                                    

Mingyu duduk di depan sebuah kamar rumah sakit dengan gelisah. Tangannya menopang dagunya, dia terus menggigit bibir bawahnya. Yang dapat dipikirkannya hanyalah keselamatan Minghao di dalam sana.

Mingyu berhasil membawa Minghao ke rumah sakit terdekat. Dia berlari sekuat tenaga berhubung sudah dini hari yang artinya minim transportasi. Mingyu memakaikan Minghao kemeja luarnya dan celana yang tadinya dicampakkan oleh Junhui. Sebelum pergi ke rumah sakit Mingyu sempat mencari-cari tasnya dan menemukan handphonenya, dia mengirimkan pesan kepada Mingkyung bahwa Minghao dibawa ke rumah sakit. Mingkyung belum membalas pesannya, dia pasti sedang tidur. Sekarang Mingyu menunggu dokter yang sedang memeriksa keadaan Minghao.

Setelah lebih dari lima belas menit Mingyu menunggu, dokter itu keluar dari kamar itu. Mingyu langsung bangkit dari duduknya menghampiri dokter itu.

Sebelum Mingyu berkata-kata dokter itu lebih dulu membuka mulutnya.

"Pasien sempat mengalami koma, untungnya dia dapat melaluinya," tutur dokter itu membuat Mingyu sedikit tenang. "Tapi keadaannya masih tidak stabil, dia belum sadar. Dia sangat lemah karena telah kehilangan banyak darah. Kami telah memberikan yang terbaik, anda hanya tinggal berdoa."

Minghao belum sadar, itu berarti Mingyu belum bisa bernapas lega.

"Terima kasih, Dok," ucap Mingyu tulus lalu masuk ke dalam kamar.

Tangan Minghao diinfus, kancing kemeja pasiennya dibiarkan terlepas, menampilkan dadanya yang penuh dengan perban. Mingyu berjalan ke sampingnya.

Wajah Minghao terlihat begitu damai. Mingyu mengelus dahi Minghao, menyingkirkan poni yang menghalangi wajahnya.

Diambilnya tangan Minghao lalu didekatkannya ke wajahnya, menangkupnya dengan kedua tangan.

"Minghao," ucap Mingyu pelan. "Tolong, berjuanglah...."

Lagi-lagi Mingyu menangis. Memohon kepada Tuhan, berharap Tuhan masih mendengar permintaan hamba-Nya yang penuh dosa. Yang dia inginkan saat ini hanyalah kesadaran Minghao. Senyum lelaki itu lagi.

Tanpa sadar Mingyu sudah terlelap dalam tangisnya.

•••

Sinar mentari pagi menusuk masuk ke matanya, membuat Mingyu mau tak mau bangun dari tidurnya. Diangkatnya kepalanya dan melihat tangannya masih menggenggam tangan Minghao.

Lelaki itu belum sadar.

Mingyu menatapnya sedih, menyentuh pipinya lembut, berharap karena sentuhannya Minghao akan bangun. Mingyu mengambil handphonenya dari kantong celananya, tertera di sana bahwa sekarang pukul 7 pagi. Mingyu berpikir untuk sarapan di luar, perutnya terasa lapar. Dia berdiri dan kembali menatap Minghao.

"Aku pergi dulu," bisiknya pelan lalu mengecup dahi Minghao lembut. "Tak akan lama."

Lelaki itu tentu saja tidak menjawabnya, tapi Mingyu hanya ingin mengatakannya. Dia pun pergi dari kamar itu.

Langkah kakinya membawanya menuju sebuah minimarket yang berada di sebrang rumah sakit. Mingyu masuk ke dalam dan mengambil dua buah roti dan satu kopi kalengan.

"Totalnya 2.300 won, Pak," sebut seorang penjaga kasir ketika menghitung total belanjaan Mingyu.

Setelah membayar dan mengucapkan terima kasih, Mingyu keluar dari minimarket dan kembali berjalan ke rumah sakit, berniat untuk sarapan di sana.

Sebelum Mingyu melangkah masuk, dia merasakan handphonenya berdering. Panggilan masuk dari Mingkyung.

"Halo?"

l o s t . [gyuhao]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang