chapter 7

842 109 10
                                    

Mereka berjalan beriringan setelah keluar dari bar tanpa sepatah kata pun. Minghao tetap diam, mungkin menunggu Mingyu untuk berkata, namun Mingyu juga ikut diam. Setelah beberapa menit berlalu, Mingyu yang tidak tahan dengan semua kesunyian ini akhirnya membuka mulut.

"Aku ingin bicara."

Minghao menoleh kearahnya. "Kau sekarang sudah melakukannya."

"Bukan, maksudku tentang kemarin," kata Mingyu frustasi. "Kau mau pergi ke suatu tempat?"

"Mungkin," jawab Minghao tak acuh.

Hening sejenak.

"Bagaimana kalau kita minum di apartemenku?" Tanyanya tidak menyerah. Sebenarnya sedikit canggung mengajak Minghao mengunjungi apartemennya untuk pertama kali, apalagi setelah semua kejadian itu.

Namun, tidak disangka Minghao menerima ajakannya. "Boleh, ayo pergi."

Sama seperti tadi, mereka tetap diam, tak mau mengeluarkan kata-kata. Biasanya mereka berjalan beriringan, tapi kali ini Mingyu berjalan sedikit lebih di depan, menuntun Minghao.

Untung bagi mereka, apartemen Mingyu letaknya tidak terlalu jauh sehingga mereka bisa mengakhiri kecanggungan ini. Mingyu membuka pintunya dengan kunci dan mempersilahkan Minghao masuk. Minghao melangkah pelan ke dalam, lalu Mingyu menunjuk sebuah sofa yang ada di ruang tamu.

"Duduk di sana, aku akan mengambil minuman."

Minghao hanya mengangguk kaku menanggapinya. Dia hanya terdiam memperhatikan dalam apartemen Mingyu, kemudian menemukan sebuah rak yang dipenuhi banyak buku. Minghao bangkit dari duduknya dan berjalan ke rak itu, matanya mengabsen judul buku-buku disana. Diambilnya satu yang menarik perhatiannya lalu membolak balikkan halamannya.

Mingyu kembali dan membawa sebotol bir dan dua buah gelas. Dia melihat Minghao tengah memegang bukunya sambil berdiri.

"Kau bisa meminjamnya kalau mau," katanya sambil meletakkan bir dan gelasnya.

Minghao menoleh lalu meletakkan kembali buku itu dan berjalan ke arah Mingyu. "Tidak, aku hanya sedikit tertarik."

Mereka duduk berjauhan di sofa panjang milik Mingyu. Mata Mingyu melirik Minghao canggung, bingung mau melakukan apa. Dituangnya bir ke dua gelas yang tadi dibawanya, lalu menyodorkannya kepada Minghao.

"Minumlah."

Minghao mengambilnya. "Terima kasih," katanya lalu mendekatkan gelas ke bibirnya, hendak mengambil tegukan pertama.

Mingyu mengikutinya, diminumnya bir itu perlahan lalu diletakkan kembali gelasnya. Mingyu sadar bahwa mereka tidak boleh terlalu lama berdiam lagi, akhirnya dia membuka suara.

"Aku minta maaf."

Minghao menatapnya bingung. "Untuk apa?"

"Aku melewati batas yang kau berikan," ujar Mingyu. "Seharusnya aku tidak bertanya tentang lukamu."

Mereka kembali diam.

Minghao menatap kosong kedepan, tidak menanggapi Mingyu. Situasi ini amat menakutkan bagi Mingyu. Dia takut Minghao tidak menerima maafnya. Dia takut Minghao meninggalkannya.

"Kau tahu...," kata Minghao pelan, membuat Mingyu kembali menoleh kepadanya. "Aku bukannya tidak mau menceritakan tentang lukaku."

Mingyu tetap diam, memberi isyarat kepada Minghao untuk melanjutkan.

"Aku hanya takut jika kau tahu," dia menarik napas dalam dalam, "aku takut kau jijik kepadaku."

Mata Mingyu membulat karena terkejut. "Apa?" Tanyanya bingung. "Kenapa aku harus jijik kepadamu?"

Minghao menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kau tidak mengerti, Mingyu. Kau tidak mengerti."

"Minghao," kata Mingyu penuh penekanan. "Aku tidak bisa mengerti karena kau tidak menjelaskan apa-apa kepadaku."

"KAU MEMANG TIDAK AKAN BISA MENGERTI MINGYU!"

Teriakan Minghao terdengar keras di apartemen Mingyu. Minghao menatapnya, dan Mingyu melihat mata Minghao, mata yang membuatnya jatuh cinta, terlihat begitu pedih.

"Kau tidak bisa...," kata Minghao lalu menundukkan kepalanya, suaranya terdengar serak. Minghao lalu berucap pelan. "Maaf, maafkan aku."

Jujur, Mingyu sekarang punya keinginan yang teramat besar untuk menarik tubuh kecil Minghao kedalam pelukannya. Menenggelamkannya dalam kehangatan, setidaknya berusaha membuatnya tenang. Namun, Mingyu tahu, dia tidak bisa. Jadinya Mingyu hanya terdiam dan meminum kembali birnya.

Minghao mengangkat kepalanya, mengikuti Mingyu untuk meminum bir. Mereka tetap menjaga keheningan dengan meminum bir sampai bermenit menit.

Mungkin karena efek alkohol, mereka mulai mengeluarkan perasaan masing masing.

"Kau," ucap Mingyu. "Punya mata yang indah."

Berkebalikan dengan dirinya yang tadi terlihat putus asa, Minghao menyeringai lalu tertawa. "Itu pujian yang besar," balasnya, "dan kau punya wajah yang tampan."

Minghao tetap melanjutkan kata-katanya. "Pertama kali aku melihatmu, kupikir kau seorang model," dia terkekeh, "kau terlihat luar biasa bersinar."

"Kau juga baik padaku, aku merasa nyaman ketika disisimu," kata Minghao menatap lurus kedepan. "Aku pernah merasa seperti ini sebelumnya, kau tahu. Dan kau membuatku merasakan hal itu lagi, kurasa aku sedikit jatuh."

Mingyu masih tidak berbicara, dia mendengar semua perkataan Minghao. "Bahkan, terlalu banyak saat-saat aku merasakan jantungku berdetak lebih cepat ketika bersamamu."

Mereka mabuk, dan mereka tahu jelas akan itu. Tanpa sadar Mingyu mendekatkan dirinya kepada Minghao, mempersempit jarak di antara mereka. Disaat bibir mereka hanya berjarak satu inchi, Mingyu kembali melihat mata Minghao, lalu menyatukan bibir mereka.

Tubuh Mingyu bereaksi luar biasa karena sentuhan bibir mereka. Bibir Minghao adalah salah satu hal terlembut yang pernah dia rasakan. Bibirnya begitu manis dan membuat candu.

Ciuman mereka lama dan dalam, tapi penuh cinta. Mingyu mengalungkan lengannya ke pinggang ramping Minghao, menghilangkan semua udara di antara mereka. Bibir mereka yang bersentuhan, tanpa lidah, tapi baginya begitu memabukkan.

Mereka menarik diri, Mingyu melihat wajah Minghao yang memerah, entah karena pengaruh alkohol atau ciumannya. Lalu dia mengatakan kalimat yang sedari dulu ingin dikatakannya.

"Aku mencintaimu, Minghao."

•••

Bonus:

Ayo vote dan comment! Terima kasih❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayo vote dan comment! Terima kasih❤️

l o s t . [gyuhao]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang