Chapter 16

843 85 5
                                    

Warning! Chapter ini mengandung adegan dewasa penuh dengan kekerasan, pembaca diharap bijak! Terima kasih!

•••

"Jangan, Junhui. Aku tidak bisa...."

Minghao memohon sambil menahan isakannya. Dia tidak sanggup lagi, dia tidak mau menyerahkan dirinya lagi kepada Junhui, apalagi ikut menyiksa Mingyu dengan menyaksikan mereka.

Dia menolehkan kepalanya kepada Mingyu, dilihatnya lelaki tinggi itu menatapnya dengan tatapan putus asa. Raut wajah Mingyu memperlihatkan bahwa dirinya merasa hancur, merasa bersalah karenanya Minghao menjadi seperti ini.

Minghao ingin memeluknya sekarang, tapi melepaskan dirinya pun dia tidak bisa.

"Hmm, seperti ada yang kurang," ucap Junhui memperhatikan luka-luka Minghao di bagian depan. "Oh, ya, bagian punggungmu belum."

Junhui langsung membalikkan badan Minghao, membuat posisinya yang tadinya terlentang menjadi telungkup. Minghao berusaha keras untuk menghentikannya, tapi apa daya, dia sudah cukup lemas dengan darah yang terus mengucur keluar.

Lagi-lagi Junhui mengambil cutternya dan melakukan aksi yang sama, membuat Minghao kembali menahan teriakannya. Darah dari luka yang ada di bagian depan badannya ikut mengotori sprei kasur.

"Darahmu keluar banyak, Sayang. Aku akan menutupnya untukmu," ujar Junhui pelan sambil menyeringai. Dia mengambil lilin dan membakar ujungnya dengan mancis, lalu cairan panas lilin itu dijatuhkannya tepat di atas luka yang baru dibuatnya.

"Aah! Ju-junhui, sakit... tolong hentikan," isak Minghao tidak bisa menahan air matanya lagi, dia tidak sanggup. Dulu dia masih bisa menerima semua perlakuan Junhui padanya, tapi sekarang rasanya berbeda karena Mingyu telah memperlakukannya dengan kasih sayang. Dia tak ingin merasakan sakit seperti ini lagi.

"Kau menikmatinya, kan? Ya, kan?" tanya Junhui memaksa Minghao dan kembali meneteskan cairan lilin itu di luka-lukanya yang lain. Kemudian Junhui mendekatkan wajahnya ke belakang leher Minghao, menciumi dan menghisap kulit putihnya hingga meninggalkan bekas. Tidak hanya itu, dia pun menggigitnya keras sampai mengeluarkan darah.

Junhui menjilati darah yang keluar dari gigitannya tadi. "Manis seperti biasa, Hao."

Minghao merasakan air matanya terus jatuh ke pipinya. Semua ini begitu menyakitkan.

Mata Mingyu menyaksikan semua adegan di depannya. Sungguh, dia dapat merasakan darahnya mengalir lebih cepat karena amarahnya. Dia tidak bisa berteriak lagi, dia tahu itu akan sia-sia karena Junhui tidak akan mendengarkannya.

Tampaknya pun Junhui seperti sudah melupakan kehadiran Mingyu, dia asik menikmati permainannya dengan tubuh Minghao. Dilanjutkannya aksinya, tangannya meremas tubuh Minghao, dari lengan hingga pinggangnya. Junhui lalu menjambak rambut Minghao hingga mendongak dan memasukkan tiga jarinya ke mulut Minghao. Posisi Junhui sekarang menduduki tubuh kurus Minghao.

Minghao tersedak oleh jari-jari Junhui, tapi Junhui tetap memaksanya untuk mengulum jarinya. Saliva Minghao pun keluar berceceran dari mulutnya.

Bosan dengan permainannya, Junhui menarik jarinya, lalu Minghao terbatuk-batuk keras. Dia membuka celana Minghao, menariknya kebawah lalu membuangnya ke sembarang arah, menyisakan tubuh Minghao yang sepenuhnya telanjang.

"Indah sekali," kata Junhui melihat tubuh Minghao bagian belakang, tangannya meraba pelan bagian punggung sampai bokongnya. Kemudian Junhui ikut membuka celananya, memperlihatkan punyanya yang sudah menegang.

Mingyu tidak bisa berteriak lagi, lidahnya kelu. Bahkan dia ingin memejamkan matanya, mengabaikan semua adegan ini, tapi dia tidak bisa mendengar isakan Minghao yang kesakitan karena Junhui. Jadinya mata Mingyu hanya terpaku dengan semua kegiatan yang Junhui lakukan kepada Minghao, menahan semua amarah dan rasa sakit di hatinya.

l o s t . [gyuhao]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang