chapter 12

796 90 9
                                    

Minghao menoleh ke arah Mingyu. Tidak, dia sama sekali tidak merasa terhina ketika disebut sebagai 'barang' karena dia tahu Mingyu tidak bermaksud begitu. Dia hanya terkejut Mingyu berniat 'membelinya' dari Junhui.

"Oh~ jadi kau mau membelinya?" Tanya Junhui merendahkan. "Hmm, aku sebenarnya tidak pernah menjual penari-penariku, tapi kita lihat apa yang bisa kita buat."

Junhui lalu berjalan mengelilingi mereka, atau tepatnya Minghao.

"Aku telah banyak berkorban untuknya, dia aset terbaikku," katanya lalu tangannya memegang atau meremas lengan Minghao yang terluka, membuat Minghao meringis. "Bahkan luka-luka di tubuhnya membuatnya terlihat semakin indah."

Mingyu berjalan ke arah Junhui, berniat menepis tangannya dan menarik Minghao sejauh-jauhnya dari lelaki gila itu, namun Junhui mengangkat tangannya.

"Eits, berhenti!" serunya memberi peringatan. "Sekarang kita sedang bertransaksi, kau belum boleh menyentuh 'barang'mu."

Minghao menatap Mingyu, memberi tatapan kau-sabar-dulu-kita-ikuti-saja-permainannya kepada Mingyu. Mingyu menggertakan giginya, menahan emosi.

Junhui lalu beraksi lagi, dia berjongkok dan menepuk kaki Minghao. "Kakinya sempat patah. Hmm, sudah kuperbaiki memang, dan itu membuatnya semakin mahal."

Lalu, tangannya naik keatas, menampar bokong Minghao.

"Oh ya, dia sudah kucoba setiap hari, jadi dia semakin lihai memuaskanmu, kurasa?"

"Bajingan!"

Mingyu menarik Minghao, tapi dia tidak memukul Junhui, dia berusaha menenangkan dirinya.

Ditariknya napasnya dalam-dalam. "Kau tidak seharusnya melewati batas terhadap 'barang' yang ingin kau jual, tapi aku tetap akan membelinya."

Junhui kembali tertawa. "Kau yakin? Baiklah, aku akan mencoba menghitung harganya." Dia berjalan ke sebuah meja, menulis sesuatu lalu memberikannya kepada Mingyu.

"Ini biaya operasinya, tempat tinggal, dan makanan yang sudah dihabiskannya bersamaku," kata Junhui.

Mingyu melihat nota yang diberikannya, jumlahnya besar, walau sebenarnya dia yakin jika Minghao benar-benar akan dijual pasti harganya tidak terhingga. Namun, Mingyu sudah berjanji, dia akan membebaskan Minghao.

"Aku ambil," katanya mengambil nota itu.

Junhui tersenyum. "Hmm, baiklah, waktumu satu Minggu untuk melunasinya, kalau tidak kau tidak bisa mendapatkan 'barang'mu dan aku akan kembali menggunakannya," ujar Junhui dengan senyum liciknya, membuat Mingyu ingin meninjunya lagi.

"Dan satu lagi," kata Junhui menambahkan. "Sebenarnya kau tidak boleh membawa 'barang'mu sebelum lunas, tapi kali ini aku akan membiarkanmu. Lagi pula dia sekarang kurang menggairahkan."

Mingyu sudah kembali maju untuk memukul Junhui, tapi dia lalu ditarik Minghao untuk keluar dari ruangan itu, jadinya dia hanya memberi tatapan tajam kepada Junhui.

"Sialan, lelaki itu luar biasa menyebalkan," kata Mingyu kepada Minghao yang masih menariknya. "Jika membunuh seseorang adalah perbuatan legal, aku sudah melakukannya tadi."

Minghao tersenyum menanggapinya. "Sudahlah, dia memang begitu, yang penting kau tidak terlalu tersulut emosi."

Mereka kemudian melihat Seokmin di bar counter dan melambai kepadanya. Seokmin heran melihat Minghao yang tidak bekerja.

"Kau pulang?" tanyanya bingung.

"Eh, ehm, aku sudah izin," jawabnya berbohong. "Sampai nanti, Seokmin!"

Mereka berjalan cepat menuju pintu keluar. Waktu masih menunjukkan pukul 11:25 yang berarti sebenarnya Mingyu masih bisa bekerja walau terlambat.

"Hmm, kau tidak mau bekerja saja?" tanya Minghao kepadanya.

Mingyu menggeleng. "Tidak usah, kita pergi berjalan-jalan saja."

"Ke mana?"

"Ke supermarket besar?" Mingyu menawarkan. "Aku ingin membeli makanan ringan, nanti kita menonton film saja di apartemen."

Senyum Minghao mengembang.

"Ayo!"

Mingyu membawa pergi Minghao ke supermarket yang biasa dia kunjungi untuk membeli stok makanan. Letaknya agak jauh, sehingga mereka menaiki kereta listrik untuk sampai kesana.

"Hmm, Minghao," panggil Mingyu selagi mereka menunggu kereta. "Kau tidak memberi tahu siapa pun tentang lukamu? Seperti Seokmin atau Soonyoung?"

Minghao menggeleng. "Tidak, aku tidak mau membawa-bawa mereka ke dalam masalahku. Itu hanya akan merepotkan mereka," jelasnya. "Mereka baik sekali kepadaku."

Mingyu hanya menatapnya sedih. Lelaki di sampingnya ini sudah terlalu banyak menanggung beban, walau begitu dia tidak pernah mau merepotkan orang lain.

Namun, kenyataan bahwa Mingyu adalah orang yang pertama kali diberitahu Minghao soal itu membuatnya senang. Minghao percaya padanya.

"Aku senang kau memberitahuku semuanya," kata Mingyu.

Minghao terkekeh kecil. "Itu karena kau memaksa," katanya beralasan. "Ah, keretanya datang."

Kereta yang mereka naiki tidak terlalu padat sehingga mereka bisa duduk di kursi yang kosong. Perjalanan mereka tidak memakan waktu yang lama karena hanya berjarak sejauh dua stasiun.

Tangan Mingyu masih senantiasa menggenggam tangan Minghao, seakan-akan tidak mau melepaskannya. Minghao tidak memprotes, dia malah mengeratkan pegangan mereka.

Ketika berada di supermarket Mingyu mengambil beberapa cemilan untuk mereka.

"Kau mau es krim?" tawarnya kepada Minghao ketika berjalan melalui sektor makanan dingin.

Minghao menatapnya bingung. "Es krim? Di cuaca sedingin ini?"

"Yeah, itu membuatnya semakin nikmat," katanya sambil tertawa.

Tawa Mingyu terlihat sangat indah di mata Minghao, membuatnya tersenyum lebar. Mereka berakhir membeli cemilan dan dua es krim, lalu memakannya di kursi yang tersedia di sana.

Saat mereka menikmati es krim, Minghao memulai pembicaraan.

"Mingyu," panggilnya kepada Mingyu yang sibuk menjilati es krimnya. "Bagaimana kau 'membayarku' kepada Junhui? Jumlah uangnya cukup besar...."

Mingyu berhenti menjilat es krimnya. "Hmm, aku punya tabungan, walau pun masih butuh beberapa lagi untuk mencapai harganya."

"Aku juga ada tabungan. Tabungan yang kusimpan untuk melunasi utangku kepada Junhui, tapi tidak banyak," kata Minghao sambil menunduk.

Mingyu tersenyum kecil. "Tidak perlu, Minghao," tangan Mingyu terulur untuk menyentuh Minghao, "aku yang 'membelimu', jadi kau tidak perlu memberikan tabunganmu."

"Tidak, Mingyu," tolak Minghao. "Kau melakukan ini untukku, seharusnya aku membantumu."

"Sudah kubilang kau tanggung jawabku, pergunakan saja uang itu untuk membeli keperluanmu karena barang-barangmu sebelumnya pasti kau tinggalkan di tempat keparat itu," ujar Mingyu masih kesar dengan Junhui.

Es krim yang mereka pegang mencair sedikit.

Minghao masih ingin membantah, tapi ketika dia membuka mulut dia melihat Mingyu dengan tatapan memelas.

Jadi dia hanya mendesah pelan.

"Baiklah, tapi aku akan membantumu mencarikan sisa uangnya," ujarnya memberi solusi terbaik.

Sebenarnya itu terdengar sama saja bagi Mingyu, tapi dia menganggukkan kepalanya sebagai respon.

•••

Terima kasih sudah vote dan comment!❤️

l o s t . [gyuhao]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang