08.

4.4K 414 35
                                    

☁☁☁
.
.
.

Happy Reading...

"Hey Off, kau sedang apa? pesawat kita sebentar lagi akan berangkat,"

"Tunggu sebentar phi, aku sedang menghubungi seseorang,"

"Sudahlah, nanti saja menghubunginya, ayo."

"Ck... kemana bocah itu, kenapa susah sekali sih dihubungi."

Off benar-benar dibuat kesal sekarang. Seharusnya hari ini menjadi hari yang menyenangkan untuknya karena ia akan kembali ke Thailand setelah selesai melakukan syuting di Jepang. Tapi sedari tadi mood pemuda itu sedang tidak baik. Dikarenakan seseorang yang terus saja menghantui fikirannya.

Awas saja, kalau aku sudah sampai nanti. Akan ku hukum anak itu. Batin Off kini sambil tersenyum miring.

.
.
.

"Kenapa tadi kau tidak mengangkat panggilan darinya Nong?" Tanya Tay pada Gun yang sedang sibuk bermain ponselnya.

"Aku sedang tidak ingin phi,"

"Aoh tumben sekali, biasanya kalau dia menelfonmu kau begitu antusias. Dan juga... bukankah hari ini dia pulang."

"Entahlah"

"Apa kalian sedang bertengkar?"
Gun menggelengkan kepalanya pelan.

"Lalu?"

"Sudahlah phi... aku sedang malas membicarakannya." Ucapan Gun membuat Tay mengerutkan alisnya heran.

Oh ayolah, seorang Gun Atthaphan malas membicarakan pemuda yang selalu ditempelinya(?) itu adalah sesuatu yang tidak biasa.
Tay yakin pasti ada sesuatu yang terjadi diantara keduanya,atau mungkin...salah satunya. Tidak tidak... Tay tidak bermaksud apa-apa, ia hanya mengkhawatirkan pemuda mungil itu. Karena ia tahu apa yang Gun rasakan terhadap sahabatnya.
Ck... jangan fikir Tay tidak mengetahuinya, hanya orang bodoh yang tidak bisa meng-artikan tatapan yang Gun berikan kepada Off. Dan sayangnya, orang bodoh itulah yang menjadi pusat perhatian Gun selama ini.

"Aku sungguh sedang tidak bertengkar dengannya Phi, jadi jangan menatapku seperti itu."

"Baiklah baiklah... phi percaya padamu," ucap Tay.
"Tapi jika ada sesuatu yang sedang membebanimu, kau bisa menceritakannya padaku Nong. Kau tahu bahwa phi adalah orang yang bisa kau percaya". Lanjutnya sambil mengusak rambut Gun sayang.

Gun hanya terdiam sambil menatap Tay. Pemuda mungil itu seperti ingin mengatakan sesuatu, namun terlihat ragu. Dan Tay menyadarinya.

"Tidak apa jika kau belum siap untuk menceritakannya," ucap pemuda itu sambil tersenyum.

"Phi..."

"Kenapa?"

"Bolehkah aku bersandar dibahumu sebentar?"

"Tentu, apa kau mengantuk?" Gun menganggukkan kepalanya pelan.

"Tidurlah... aku akan membangunkanmu nanti,"

"Terimakasih p'Tay."

Setelah mengatakan hal itu Gun langsung menyandarkan kepalanya dibahu Tay. Tak lama kemudian terdengar dengkuran halus yang menandakan lelaki mungil itu sudah terlelap.
Tay tersenyum geli melihat wajah polos Gun yang sedang terlelap. Ia kemudian menyamankan posisi duduknya disofa dan memejamkan matanya sejenak. Tanpa sadar dirinya malah ikut tertidur sambil merangkul bahu pemuda mungil yang sedang terlelap dibahunya itu.

Secret love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang