#DD 12

73 13 1
                                    

Hayyy

Pasti pada bingung kenapa aku publis hari minggu. Hehehe.
Ini tuh bonus karna udah banyak yang vote. Yang vote udah 100+ itu aja aku dah seneng banget. Seneng ngelebih lebihin ketemu doi wk;)

Kuyy langsung baca.

Jangan lupa teliti bacanya dan wajib senyum pas lagi baca hehehe.

--------

"Menerimanya itu mudah, namun melepaskanya sangat sulit"

~ Dina

Perlahan lahan mata dina mulai menerima cahaya yang sangat terang. Hal yang pertama dina lihat adalah pelapon putih. Kepalanya masih terasa sakit entah karena apa.

Dina masih terus memperhatikan sekelilingnya. Sangat sepi. Itu lah yang dina rasakan. Dina terus mencoba mengingat kejadian yang akhirnya menyebabkan dina sampai di sini. Namun tidak bisa, di saat dina ingin mengingatnya kepalanya terasa sangat sakit.

Saat ingin menggangkat tangan kanannya dina merasakan tanganya sangat berat. Ternyata ada seseorang yang tertidur di sebelah dina sambil memegangi tanganya.

Wajahnya tidak bisa dina lihat. Hanya rambut berwarna kuning keorenan yang dina lihat. Seketika dina teringat oleh deren, warna rambutnya seperti ini. Namun Dina rasa tidak mungkin deren ada di sini. Apa mungkin ini devan?

Kemudian tangan kiri dina beralih mengusap rambut laki laki yang ada di sebelahnya ini bermaksud membangunkanya. Rambutnya sangat halus itu yang dina rasakan. Laki laki itu sedikit terusik dari tidurnya kerena usapan dina. Kemudian laki laki itu mengangkat wajahnya dan.

Deng

"Deren"

Refleks dina mengucapkan nama itu. Sungguh kini di sebelahnya adalah deren. Dina benar benar tidak yakin, mungkin saja ini hanya ilusinasi dina saja.

Dina kemudian menggeleng gelengkan kepalanya sambil mengejap ngejapkan matanya. Agar bayangan itu cepat menghilang. Namun hasilnya nihil. Deren masih ada di sebelahnya.

"Heyy kenapa?? Apa ada yang sakit"

Suara itu. Suara yang sudah lama dina rindukan. Suara basnya namun terdengar sangat merdu bagi dina. Dina mejawabnya dengan gelengan. Dina tidak merasakan sakit namun pikiranya yang merasa pusing karna deren.

"Apa kamu deren?"

Akhirnya perkataan itu lolos dari mulut dina. Deren yang mendengar perkataan itu hanya tersenyum menanggapinya dan menggangukan kepalanya.

Dina yang melihatnya tersenyum tipis ke deren. Kini persaaan dina senang, kesal, marah intinya sangat campur aduk.

"Maaf"

Ucap deren lalu mengangkat tangan kanan dina dan menciumnya. Dina yang melihat perlakuan deren hanya diam memperhatikan.

"Untuk?"

"Semuanya. Maafin aku sudah membuatmu khawatir. Hingga membuat mu menjadi trauma. Aku sudah mengetahuinya dari devan teman kamu"

Dina yang mendengarnya lagi lagi hanya tersenyum tipis. Kini deren tidak lagi menggunakan kata 'lo gue'.

"Ku usahakan"

Love In Secret [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang