Aku menarik napas kemudian menceritakan kejadian manis tadi saat jam istirahat kepada dua temanku. Kelas sudah bubar, aku bahkan bercerita sampai petang, ini bukan aku! Ve~ wajah gadis tadi masih terbayang, awalnya menangis, dan saat tersenyum, ia seperti melempar permen dan ditancapkan di dadaku sampai sekarang.
Aku menunduk saking malunya. Lah? Kenapa aku malu? Aku memang suka berbincang dengan teman-teman perempuan di kelas, dengan para kakak kelas juga, tapi perasaanku tak pernah naik menjadi aneh seperti ini. Suara lembut serta sentuhan gadis tadi masih terasa. A-apa wajahku saat ini memerah?
"Itu manis sekali, Feliciano-kun!" Kiku bangkit berdiri. Aku sedikit mengintip. "Aku tak bisa bilang banyak, sih, tapi perasaanmu tadi melukiskan bahwa kau ingin bertemu lagi dengan gadis itu!"
"Be-benarkah?" Kiku, keren! Dia tahu perasaan aneh ini.
Kiku mengangguk semangat. "Kami akan membantumu, benar, kan, Ludwig-san?" Kiku menyenggol lengan Ludwig.
Ludwig melihat Kiku dengan kerutan dahi, saat aku memohon melalui mata penuh permohonan, Ludwig mendesah pasrah kemudian mengangguk.
"Tenang, Feliciano-kun, kita akan segera tahu perasaan anehmu itu apa setelah bertemu siswi tadi." Kiku duduk kembali sembari menyemangatiku.
"Terima kasih banyak, kalian berdua." Punya kawan seperti mereka memang beruntung sekali.
"Jadi, rencana awalnya?" Ludwig setelah sekian lama diam, akhirnya bersuara.
"Rencana?" Aku dan Kiku sama-sama menanyakan hal serupa.
Ludwig mendesah lagi, kini dengan urat kesal melintang di dahi. "Kalau kalian tak punya, aku akan buat."
"Itu terdengar bagus, Ludwig-san. Onegaishimasu." Kiku menghormat sopan.
"Ve, jadi, rencana apa yang kau punya, Ludwig?" Aku memajukan tempat duduk saking penasaran.
"Sebelum menyusun rencana, aku ingin bertanya padamu, Feliciano." Ludwig berbicara tegas padaku. Dasar Ludwig~ jangan terlalu serius seperti itu, ve. "Kau tahu nama gadis itu?"
"Tentu tak tahulah." Aku manaikkan bahu.
"Lalu, apa kau ingat betul wajahnya?" Ih, Ludwig menanyakan sesuatu seperti itu, wajahku memerah lagi kan.
"Lu-Ludwig-san, tentu Feliciano ingat betul, tadi tak mendengar ceritanya?" Kiku segera menyadarkan Ludwig.
Ludwig tampak terkejut, kemudian berdeham. "Aku punya rencana, sederhana sekali."
Apa itu? Apa itu? Aku semakin maju sampai menempel di meja. Kiku juga sama, ia melihat serius ke arah Ludwig. Sementara, Ludwig memandang kami berdua secara bergiliran.
"Kita akan membobol ruang OSIS!" Wajah serius Ludwig semakin kuat memancar.
Aku bersorak-sorai. Kiku mengamati wajah Ludwig, mungkin ia belum yakin atau semacamnya?
"Ludwig-san ... kau hanya ingin merebut stempel Senior Arthur, ya?" Kiku dengan curiga bertanya. Meski curiga, suaranya masih masuk kategori 'sopan.'
"I-itu tidak benar!" Ludwig menyangkal dengan tegas.
He~ wajahnya gugup, haha.
Aku jadi ingat, kami bertiga sebagai seorang pendiri sekaligus yang bergerak di bawah ekskul koran, baru saja proposal kami ditolak oleh ketua OSIS. Hm, aku juga takut pada Senior Arthur! Padahal proposal itu sudah mati-matian kami buat; Kiku memikirkan ide-ide dan kata-kata di dalam proposal, Ludwig mencari informasi ke beberapa tempat, lalu aku yang merawat kucing Kiku di halaman sekolah. Kami sudah berusaha keras padahal~
Setelah cukup mengasyikkan menatap keduanya dalam debat kecil, kami pun berencana membobol ruang OSIS besok sore, dengan catatan; aku dan Kiku mencari data soal nama si gadis tadi, sedangkan Ludwig berjaga dipintu takut-takut ada yang memergoki.
Sip! Ini betul mengasyikkan. Aku harus bertemu si gadis itu, apakah ini benar hanya perasaan aneh biasa? Ataukah sesuatu yang spesial?
...
...
KAMU SEDANG MEMBACA
I Will Catch You! (Italia)
Fanfiction#BraveProject •1; Hetalia fanfiksi Kerja keras Feli menyatakan cinta pada [Name]. •Feliciano Vargaz x Reader• [North Italy version] ... HETALIA © Himaruya Hidekaz Story © Rhizurola