°Lembar Ketiga

336 67 2
                                    

Dalam keheningan petang, hanya ada suara kami berdua di ruang OSIS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam keheningan petang, hanya ada suara kami berdua di ruang OSIS. Betul-betul pintar kawanku—Kiku—ini, ia memilih waktu di mana sekitaran ruang OSIS itu benar-benar senyap.

Sebagaimana rencana awal; aku dan Kiku bergerak di dalam sebagai pencarian dokumen bermodalkan wajah manis gadis kemarin—duh, malunyaaa. Sedangkan, Ludwig berjaga di luar. Hihi, tadi wajah Ludwig benar-benar penuh urat, dia kesal karena tak bisa mengambil stempel ketua OSIS.

"Feliciano-kun, ada apa tertawa?" Kiku terkaget karena ada suara tawa tertahan. Itu aku, Kiku, ve~

"Maaf, hehe, aku takkan mengulanginya lagi."

"Bukan begitu, Feliciano-kun, aku hanya terkejut."

"Kau benar-benar takut, ya, Kiku." Aku tanpa sadar melepaskan tawa lagi.

"Te-tentu saja! Kita sedang dalam kejahatan ...." Kiku kembali berfokus pada daftar-daftar siswa.

Kejahatan itu kalau kita biarkan Ludwig ambil stempel Senior Arthur, kan?

Aku kembali pada tumpukan daftar-daftar murid, ve, banyak sekali. Ah, ada daftar yang ketebalannya sedikit! Veveveve~ Aku tenggelam dalam pencarian.

"Feliciano-kun ...."

"Hm?"

"Itu daftar guru ...."

"Aduh ... Maaf."

Setelah cukup lama kita mencari, akhirnya wajah si gadis kemarin tampak di salah-satu kertas yang digenggam Kiku.

"I-itu orangnya, Kiku!" Aku berteriak tanpa sadar.

Ludwig di luar menendang pintu sebagai sinyal agar tak berisik. Aku segera merapatkan mulut. Kiku mendekatiku, lalu menyimpan kertas identitas gadis kemarin di meja.

"Namanya [Name] [Last name] .... cantik." Aku terkagum pada nama yang dimiliki gadis kemarin. Aaah, aku jadi teringat bagaimana ia mengelap wajahku; lembut.

"Feliciano-kun?"

"Ah, maaf." Lagi-lagi aku melamun. Tak pernah ada seseorang yang sering muncul dalam lamunanku selain [Name]. Biasanya terbayang kegiatan-kegiatan menyenangkan, seperti tidur siang, pasta, pizza atau kedua temanku. Kini, sejak kemarin wajah [Name] dan kata-katanya yang manis sering hinggap di kepala. Aku masih bingung perasaan macam apa ini!

"Syukurlah, Feliciano-kun, kita mendapatkan nama aslinya." Suara Kiku menyadarkanku.

"Hm, kau benar, Kiku." Aku membaca beberapa penjelasan di dalam kertas.

"Wah, satu kelas dengan Lovino-san."

"Benarkah?" Huwah, benar! Satu kelas sama onii-chan.

"Sepertinya mengenai [Name]-san ini bisa kau tanyakan pada Lovino-san." Kiku memberikanku saran.

Yang benar saja, kepada kakak?

"Aku tak yakin, Kiku. Niichan orangnya tak suka bergaul, dia hanya kenal beberapa teman saja. Apalagi ini wanita, kakak takkan menjalin persahabatan dengannya." Aku memberikan penjelasan mengenai kakak kembarku itu. Ve, sudah hidup lama bersama, jadi tak aneh jika Lovino sedikit antisosial.

Huh, sedikit? Apa banyak?

"Hei, apa yang kalian lakukan? Sudah belum? Ada yang datang!" Ludwig masuk ke dalam dengan wajah was-was.

"O-ok!"

Kita segera membereskan kekacauan, pergi melewati jendela dan kembali ke ruang ekskul koran seolah baru pulang bersama-sama dari toilet.

Entah mengapa, aku tertawa bahagia.

Akhirnya aku tahu nama gadis itu! Namanya [Name], sungguh indah~ kelasnya tidak begitu jauh pula dari kelasku. Kita seangkatan!

"Kiku, Ludwig, ayo ke rumahku! Kita rayakan dengan pasta!"

Mereka berdua melemparkan senyuman masing-masing.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I Will Catch You! (Italia) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang