Aku mencari-cari keberadaan Kak France di banyaknya siswi-siswi di lorong kelas. Ve~ Kak France dimana kau? Biasanya selalu nyelip di sini. Aku bingung, pada akhirnya mencari satu per satu ke kelas. Aku lupa Kak France kelasnya yang mana, tapi kelas senior ada di seberang gedung kelas satu.
Kenapa aku cari di lorong kelas, ya? Kan tadi niatnya ke kelas langsung.
Ahh, apapun itu, aku menemukan Kak France bersama dengan dua temannya!
"France-niichan!" Aku masuk tanpa mengetuk, memanggil nama kakak kelas yang sudah akrab denganku semenjak SMP. "Ehh?" Aku gemetar saat melihat pekerjaan ketiga orang di kelas kosong.
"AHH, FELICIANO!"
"TUTUP BUKUNYA! TUTUP! CEPAT!"
"Sudah kubilang jangan bawa begituan ke sekolah."
Aku masih gemetar. Astaga, kakak-kakak senior semua seperti itu, kah?
"Tolong lupakan apa yang kau lihat, oke?" Kak France mendorongku sampai ke luar dari kelas.
Aku mengintip, Senior Gilbert dan Kak Antonio sedang membereskan tumpukan buku aneh.
"Ve, boleh, kok, asal Kak France harus bantu aku!" Kedengarannya bagus, bukan?
"Bantu? Oh, tentu saja, adikku." Kak France asalnya kaget, tapi segera mamainkan ujung rambut pirangnya.
Aku senang sekali dia mau.
"Jadi, apa yang ingin aku bantu untukmu?" Dia membiarkanku masuk ke kelas.
"Kesesese. Ada apa ini? Aku boleh ikutan?" Kakaknya Ludwig menghampiri saat aku duduk di kursi.
"Kau jangan ikutan! Nanti kacau!" France menggelengkan kepalanya sebanyak yang ia mampu—sampai ia pening, mungkin? Ve~"Kenapa?!" Aku menahan tawa, kakaknya Ludwig lucu~
"Kau belum traktir kita satu botol minum." Kak Antonio tiba-tiba menepuk bahu Senior Gilbert. Cengirannya bukan senyuman ramah. Um, apa, ya? Seringai? Senyum jahil? Semacam itulah.
"A-apa?" Kakaknya Ludwig entah kenapa, aku tak tahu, gemetaran seperti ketakutan.
"Kau yang pertama mimisan, kan?" Kak Antonio berbisik, tapi ... aku mendengarnya.
Senior Gilbert segera tersedak, padahal dia sedang tidak makan dan sedang tidak minum. "Konyol sekali! TADI TAK SENGAJA!"
"Terserah kau saja~" Ve, senyum ramah Antonio-niichan kembali~
"Kau mau apa, France?" Kak Antonio mendorong tubuh Senior Gilbert agar berada di luar kelas sebelum dirinya.
"Susu~"
"Oke, susu, ya~"
"UHUK!" Ehh? Senior Gilbert kenapa masih tersedak?
"Kalau Feli-chan, ingin apa?" Ah, menyebalkan, Kak Antonio entah padaku atau pada Lovino, pasti nada bicaranya seperti mengajak bicara bocah balita. Kita berdua kan sudah remaja! Ve.
"Aku ingin cappucino, ve~" Aku tak seperti Lovino yang sedikit-sedikit bentak Kak Antoni, aku tak keberatan kok Kak Antonio berbicara seperti itu padaku.
"Oke. Tunggu sebentar, ya. Ayo, Gil, kita berangkat!" Dengan ceria, Antonio-niichan pergi bersama Senior Gilbert.
"Jadi, kau boleh segera mengatakannya, aku harus bantu apa? Hal apa? Oniisan ini penasaran, jarang banget kan kau meminta bantuanku?" Kak France mulai masuk ke mode serius.
"Emm, bagaimana mengatakannya ya ...." Jujur, ini sulit, perasaan mendebarkan pada seorang gadis baru pertama kali kurasakan.
"Kalau susah mengatakan, bagaimana kalau menuliskannya?" Kak France memberikan solusi.
"Itu ide bagus, Kak. Tapi ... bukuku di ruang ekskul. Boleh meminjam punyamu, Kak France?" Ve~ seharusnya aku tahu hal ini akan terjadi.
"Eng, maaf, Feliciano, aku tak bawa buku catatan hari ini." Astaga, Kak France, lalu mau apa kau ke sekolah?!
"Kalau begitu, aku kasih tanda, mungkin dengan tanda ini Kak France langsung mengerti." Untuk mempersingkat waktu, aku langsung menautkan kedua jari telunjuk dengan ibu jari, menekuk antar tautan telunjuk ke tengah hingga bentuknya beralih menjadi love.
"Ohhh! Aku paham! PAHAM!" Kak France heboh sendiri setelah aku berhasil memberi isyarat. Aduh, aku kok malu, sih? Lagi-lagi, wajah [Name] teringat.
"Me-meski aku kasih tanda begini! Ma-maksudku aku tak begitu paham. Bukannya aku selalu memberikan kasih sayang pada setiap gadis yang aku temui? Tapi yang ini beda, Kak France! Entah mengapa. Aku belum menyapanya, kita berpapasan karena kecelakaan. Aku yang terkena teh, dia sempat menangis, aku coba melakukan yang terbaik agar dia tak merasa bersalah. Namun, disaat itulah [Name] mengelap wajahku dengan senyuman manis di wajah!" AAAAHHH! Pokoknya tolong, beritahu aku perasaan apakah ini?!
"...." Kak France malah diam saat aku mengatur napas.
"Kak ... France?" Aku memanggil si pirang di seberang meja. Dia tampak berpikir, kemudian mengagetkanku dengan beranjak berdiri.
"[Name] [Last Name], kah?"
"E-eh?! I-ya ...." Kiku! Ludwig! Tolong! Aku tidak sengaja memberitahukan namanya.
"Itu tidak diragukan lagi, love, Feliciano, itu love. Kau sedang fallin in love!" Kak France sangat bersemangat. Ini jawaban yang sama dengan Kiku, dong? "Apalagi dengan gadis semanis [Name], ciw, boleh juga kau, bocah." Kak France bersiul di depan mukaku, lalu merangkulku.
"Tunggu, Kak France kenal [Name]?" Mengejutkan sekali.
Kak France mengangguk, ia menarikku agar berdiri. "Mau bertemu dengannya?"
"E-ehhh?!" Aku yakin wajahku sama seperti tomat. Aku berpikir sejenak. Vee! Hati tak bisa dibohongi! "Mau!"
"Anak pintar. Ayo!"
Entah ke mana Kak France akan membawaku, kita berlari di lorong sepi. Semangat Kak France berbanding terbalik dengan kegugupan yang aku rasakan.
Baiklah, aku akan menemuimu dengan benar, [Name]! AKU TAKKAN BERSEMBUNYI SEPERTI KEMARIN!
...
...
A/n:
Tengok mulmednya, huehue (/ω\)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Will Catch You! (Italia)
Fanfiction#BraveProject •1; Hetalia fanfiksi Kerja keras Feli menyatakan cinta pada [Name]. •Feliciano Vargaz x Reader• [North Italy version] ... HETALIA © Himaruya Hidekaz Story © Rhizurola