°Lembar Ketujuh

246 58 15
                                    

Tak lama juga tak sebentar, kami berlarian di lorong sepi sampai menjangkau ruangan yang gemerlap—cahaya berwarna sampai menyorot ke luar pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak lama juga tak sebentar, kami berlarian di lorong sepi sampai menjangkau ruangan yang gemerlap—cahaya berwarna sampai menyorot ke luar pintu.

"[Name]-chan~" Kak France memanggil nama gadis waktu itu. Tak salah lagi, orangnya pasti ada di tempat ini!

"Eh? France-senpai!" Aku melihat dengan jelas, gadis dengan seragam namun memakai celemek serta kain di atas kepala—mungkin seperangkat dengan celemek, karena warnanya sama, merah muda lagi—dan juga loyang berisi kue kering, sepertinya baru diambil dari oven.

"[Name]-chan~ aku bawa tamu." Tanpa memberikanku aba-aba, Kak France langsung mendorongku. Aku bertemu dengan mata [Name]. Ba-bagaimana ini?! Refleks, aku pun berbalik dan memeluk tubuh Kak France, menyembunyikan wajahku yang sudah semerah tomat.

"WOI! APA YANG KAULAKUKAN?!" Kak France malah menjerit.

Tak mau! Tak mau! Aku belum siap, ve!

"Aiyaa, itu kau, France?!"

"Wah, akhirnya kau kemari juga, France!"

Uh?

"Ga-gawat ...."

Ada apa, sih? Aku melupakan perasaan dagdigdug, aku angkat kepala dari sweater Kak France, kemudian terkejut saat Senior Wang Yao dan Senior Sadiq berlarian ke arah Kak France. Dilihat dari raut wajah keduanya, sepertinya Kak France sudah melakukan sesuatu yang membuat kesal mereka. Lagi-lagi, refleks aku menjauh, kini dengan tubuh duduk di lantai. Aaaah! Mereka hendak berkelahi! TOLONG AKU, LUDWIG! Aku mencari-cari kain putih, untuk membuatkan Kak France bendera putih. Ah, ada yang melambai di atas meja, aku tarik tanpa berpikiran apa-apa! Segenap barang di atasnya pun segera menjatuhiku.

Vee ... ini sakit. Aku tak tahu yang kutarik itu taplak meja.

"Kau baik-baik saja?" Aku menengok pada orang yang pertama iba, ah, [Name]. Kenapa senang begini, sih?

"A-aku hanya tertimpa entah barang apa!" Aku gelagapan, yang kulihat di sekitarku, ialah gunting, buku, tempat pensil.

"Tapi ada gunting, benar tak apa? Mungkin kau tergores atau apa?" [Name] semakin mengkhawatirkanku. Aaah, aku sangat senang, kenapa ya? Apa karena aku berhasil membuat ia berbicara padaku lebih dahulu (meski karena sebuah kecelakaan ini)?

"Be-benar tak apa-apa, kok." Senyumanku tak bisa aku tahan lagi. Secara naluriah, kepalaku menggeleng, tanganku pun ikut berperan; agar [Name] yakin bahwa aku tak apa-apa. "Aku hanya kaget saja, hehe."

"Benarkah? Tidak bisa begitu! Coba aku lihat!" KYAAAA! [NAME] MENARIK PONIKU KE ATAS! MENGAMATINYA DENGAN WAJAH SEDEKAT INI!

Ja-jantungku ....

"[Name], kurasa guntingnya hanya melewat saja." Suara Kak France. "Aku saksi mata~"

"Be-benar begitu?" [Name] menengok, saat wajahnya kembali padaku, rona merah mulai muncul di pipinya. "Ma-maaf, a-aku panikan." Dia menjauhiku dengan wajah malu-malu. Eeehh~ [Name] menggemaskan~

"Itu benar, aru. Guntingnya hanya melewat saja." Senior Wang Yao memberikan alasan tambahan.

Sedangkan Senior Sadiq tertawa. "Dasar, Feliciano, untung kau tidak menarik taplak meja yang lain, di atasnya piring semua, lho."

"Aiyaa~ Sadiq, memangnya kau pikir dia dapat menarik taplak yang ditindih piring-piring banyak?" Senior Wang Yao kulihat menyamarkan tawa.

"Tentu saja tidak!" Senior Wang Yao dan Senior Sadiq tertawa bersamaan. A-aku sepayah itu kah?

"Meski Feli tidak bisa menarik taplak ditindih piring. YANG PASTI DIA BISA MENGALIHKAN PERHATIAN KALIAN DARIKU!" Luar biasa! Kak France sudah berada di depan pintu lagi, dia berteriak layaknya, 'Hei, kalian tak bisa menangkapku.'

Senior Sadiq maupun Senior Wang Yao pun berlarian mengejarnya.

Aku tertawa melihat itu, [Name] pun membalas tawaku.

Rasanya hari ini akan berhasil! Hehe.

"Mereka akrab, ya." Begitu kata [Name] sembari membantuku berdiri.
"Tentu saja! Mereka kan yang mati-matian membentuk ekskul masak." Aku tampaknya sudah melupakan rasa canggung.

"Benarkah? Aku baru tiga bulan di ekskul ini, jadi tak tahu banyak." [Name] membalas sedikit informasi dariku. Ve~ dia ikut ekskul masak kue ya? Jadi, ingin mencoba masakannya. Hehe, bercanda.

"Oh! Bagaimana kalau kau mencoba kue buatanku sambil menceritakan mereka bertiga?"

A-apa?!

"A-aku baru mulai memasak akhir-akhir ini, resep simple dari Senior France tentang kue kering. Selanjutnya aku ingin buat macarons jika yang ini rasanya sudah manusiawi." [Name] tertawa riang, sangat bersinar dan manis di mataku.

"Bo-boleh."

"Benarkah?"

"Te-tentu, ve." Aah, bahagianya hati ini.


Kiku, apakah benar perasaan seperti ini yang kau sebut jatuh cinta? Awalnya, aku terus terbayang wajah [Name], kemudian entah mengapa ingin berjumpa. Sudah jelas [Name] di depan mata, tapi lutut ini bergetar membuatku bersembunyi di balik tembok. Lalu, sekarang, setelah berhasil berjumpa, [Name] menyapaku duluan (gara-gara kecelakaan tadi), seterusnya aku ingin berdua dengannya! Membahas hal-hal menyenangkan seperti sekarang ini, mencicipi eksperimen kuenya.

Tolong, untuk kali ini saja, waktu berhentilah sejenak, aku masih ingin bercerita dengan [Name], berbincang berdua dengannya.

Masih betah menatap wajahnya.

...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

I Will Catch You! (Italia) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang