"Ayah dan Bunda kan tahu yang terbaik buat Aldilla apa"
(Aldilla Khoirunnisa)
***
Aldilla pov.
Terdengar pintu diketuk.
Tok... Tok... Tok..."Aunty Al, bangun dicuruh nenek tuyun" suara Meira, si kecil yang selalu gemesin itu mengetuk pintu kamarku.
"Hoaam... Iya Meimei, sini masuk" aku menyuruhnya masuk.
Perjalanan dari Kairo ke Jakarta adalah suatu hal yang sangat melelahkan. Setelah sampai rumah hanya sebentar menyapa keluarga dan aku langsung disuruh Bunda istirahat.
Krieet... Pintu dibuka dan muncullah sosok mungil itu.
"Hai Aunty, ayo cepet bangunnya. Meila udah lapal nih" Meira memegang perutnya dan membuat ekspresi muka orang lapar.
Emang muka orang lapar seperti apa?
"Iya Meira sayang. Aunty cuci muka dulu, habis itu aunty ke bawah nyusul Meira. Meira duluan aja"
"Janji cepet ya Aunty" gadis kecil itu menunjukkan jari kelingkingnya ke wajahku.
"InsyaAllah Meira sayang" aku mengacak acak rambut sebahu nya.
Meira tertawa dan lari turun ke bawah.
Sementara aku segera mencuci wajahku dan turun kebawah.
"Eh ni si putri baru turun, lama amat"
"Hehe, gak papa kan?" aku menunjukkan gigi putihku dan terkekeh.
"Ya sudah sini cepetan, keburu dingin rendangnya" Bunda menyuruhku cepat cepat duduk di meja makan.
"Tih, pimpin doa" Ayah menunjuk bang Fatih untuk memimpin doa makan.
"Baik Yah, Bismillahirrohmanirrohim. Allahumma bariklana fiima razaktana waqina aza bannar. Aamiin" Bang Fatih memimpin doa dengan seksama.
"Aamiin" kami sekeluarga menjawab demikian.
Dan mulailah kami makan. Di meja makan sudah tersedia rendang, ayam goreng milik Meira, sayur sop dan sambal.
Bang Fatih memimpin doa setelah makan saat makanan di piring masing masing telah habis.
Setelah itu aku, bunda dan kak Syifa membawa semua piring kotor ke wastafel dan aku mencucinya. Kak Syifa membereskan meja makan dan Bunda menyapu dapur.
Sementara bang Fatih yang notabene nya seorang dokter, telah kedatangan pasien. Rumah bang Fatih persis diseberang rumah Ayah Bunda, jadi keluarga bang Fatih lebih sering ke rumah Bunda kalau tidak ada kerjaan di rumahnya.
Meira dan bang Iqbal berenang di kolam belakang rumah. Sepertinya seru sekali.
Bunda yang telah selesai menyapu, pergi ke ruang tengah menemani Ayah yang sedang menonton ceramah. Kak Syifa juga telah selesai dan langsung pergi ke kolam belakang dan mengawasi si kecil Meira.
Aku yang tengah mencuci kembali memikirkan tentang teman temanku di Kairo. Tiba tiba aku kangen mereka. Dan segera ku selesaikan cucian piringku dan kembali kekamar untuk menelpon mereka.
"Assalamualaikum Ayse" aku melambaikan tanganku pada kamera handphone. Ya aku dan Ayse sedang video call.
"Waalaikumsalam Dilla, kaifa haa luki anti? Gimana perjalanannya?" Ayse memasang muka antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldilla
SpiritualAldilla Khoirunnisa Sulaiman Seorang lulusan universitas tertua di dunia, Al Azhar Kairo. Seorang gadis yang baik, polos, pintar, solehah dan lemah lembut. Selama ini ia tidak pernah terbersit di pikirannya tentang seorang ikhwan. Hingga akhirnya...