13. Ayse (2)

85 5 0
                                    

"Melepaskan itu memang sungguh sangat menyakitkan. Apalagi melepaskan orang yang kita cintai. Tapi melepaskan itu akan lebih baik, jika dilakukan dengan perasaan sabar dan ikhlas. Demi mendapatkan sesuatu yang lebih baik lagi."

(Unknown)

🍁🍁🍁

"Assalamualaikum" ucap Iqbal saat mau keluar dari rumahnya.

"Waalaikumsalam" jawab orang rumah.

Disaat itulah hati Iqbal bedebar-debar. Ia menyukai gadis Turki itu. Tapi sebagai lelaki sejati ia akan menahan perasaan itu, ada lelaki lain yang akan menikah dengan gadis itu, ia tau dan ia tidak ingin mengganggu pernikahan mereka nanti.

Diam-diam Aldilla memperhatikan saudara lelakinya itu. Ia tahu bahwa Iqbal menyukai temannya. Tapi ia tidak tahu harus berbuat apa, kalau dibiarkan akan bahaya. Karena wanita itu fitnah, dia tidak ingin Iqbal melakukan maksiat dengan hanya melihat Ayse. Karena lewat pandangan saja bagi yang bukan mahram adalah dosa.

Setelah membereskan sisa-sisa sarapan, Aldilla mengajak Ayse untuk pergi ke kajian yang diadakan di masjid dekat rumahnya.

"Ayse, mau ikut ana ke kajian?" tanya Aldilla.

"Hmm... Ana mau, tapi ana belum lancar berbahasa Indonesia. Gimana?" Memang Ayse terlihat terbata-bata saat mengucapkan bahasa Indonesia. Maklum, dia turis.

"Oh yaudah, ikut aja. Nanti ana bantu" usul Aldilla.

Ayse mengangguk, ia senang mempunyai teman seperti Aldilla. Yang siap sedia membantu kapan pun. Karena itulah ukhuwah terjalin begitu erat diantara mereka berdua.

"Bunda, nanti Al sama Ayse ikut ya ke kajian" kata Aldilla pada bundanya yang sedang membaca tabloid di ruang tengah.

"Boleh, oh ya ngomong-ngomong nanti yang ngisi kajian Aldi loh. Bunda yang mengusulkan ke pengurusnya" kata bunda sambil tersenyum menggoda Aldilla.

"Ihh... Bunda apaan sih. Al jadi malu nih, lagian ndak ada salahnya kan berbagi ilmu" disebelah Ayse, Aldilla tersipu malu.

"Emang Bunda bilang salah? Enggak kan? Ya sudah sana siap-siap. Bunda mah udah siap dari tadi" perintah bunda sambil melanjutkan membaca tabloid nya.

"Aye-aye Bundaaa" ujar Aldilla sambil berjalan kembali ke kamarnya untuk bersiap.

Dikamar Ayse menanyakan apa yang tadi Aldilla bicarakan bersama bundanya. Dan ia mendengar kata Aldi di serukan bunda Aldilla.

"Sebenarnya ana sudah tunangan Sye" Aldilla mengakui hal itu. Ia ingin memberitahu pada temannya nanti, tapi ia sudah terlanjur mengatakannya.

Ayse terkejut mendengarnya, "Sama siapa Al?" tanyanya.

"Sama... Emm... Mas Aldi" jawab Aldilla sedikit gugup.

"Aldi?! Ketua PPI dulu itu kan? Yang ganteng itu? MaasyaAllah Al, beruntung banget anti" Ayse turut senang mendengar kabar itu.

"Tapi kok anti enggak memberitahu kami awal awal?"

"Mau buat suprice aja. Hehe" Aldilla nyengir.

"Huh, untung saja ana ke Indonesia. Kalau enggak ana pasti enggak akan tahu kabar ini" pada akhirnya Ayse ikut tertawa.

"Tapi ana mohon jangan beritahu ke Annisa dan Naomi. Ana mau bikin suprice" bujuk Aldilla.

"Ya ya ya" Ayse pasrah.

"Yeah!"

🍁🍁🍁

Selesai menghadiri kajian, Aldilla dan Ayse kembali ke rumah Aldilla. Saat masuk ke rumah, Ayse mendapat notifikasi dari smartphone nya.

AldillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang