12 - Ayse

67 7 6
                                    

No Quotes, Sorry😢

🍁🍁🍁

Sekarang pukul 00.30, rumah Aldilla tiba-tiba diketuk, "Assalamualaikum" kata orang yang mengetuk pintu rumah Aldilla.

Saat itu Aldilla sedang memurojaah hafalannya, jadi ia turun dan melihat siapa yang ada dibalik pintu rumahnya. Awalnya ia takut tapi ia ingat, ada Allah.

"Waalaikumsalam, sebentar" jawab Aldilla sambil mengintip lewat jendela sebelah pintu.

Aldilla hanya melihat seorang akhwat berjaket hitam dan membawa koper. Ia seperti mengenali orang itu. Lalu ia buka pintu rumahnya dan betapa terkejutnya dia. Ternyata orang yang ada di balik pintu itu adalah temannya, Ayse.

"Masya Allah Ayse. Ayo masuk, diluar dingin" ajak Aldilla sambil mempersilakan temannya masuk.

"Iya Aldilla, syukron" ucap Ayse sambil membawa kopernya ke dalam rumah Aldilla.

"Ayo duduk dulu... Anti kenapa? Kok matanya sembab gitu?" tanya Aldilla.

"Ekhm... Afwan sebelumnya ana enggak bilang dulu mau kesini. Ana... Hiks... Hiks... Ana kabur dari rumah" kata Ayse sambil menangis.

"Ya Allah, kenapa Ayse? Kok bisa? Anti sendiri?" Aldilla menghujani Ayse dengan pertanyaan.

"Jadi gini. Waktu anti ke rumah ana kemaren, ana sempat bilang ana sedang bertunangan dengan Hakan. Tapi ternyata dibelakang dia telah menjalin hubungan dengan teman kecilnya. Ana bingung mau gimana, akhirnya ana coba bicara sama Hakan. Tapi ia tetap pada pendiriannya, ana bisa apa Al. Hiks... Hiks... Ana takut, ana takut mengecewakan anne dan baba. Apalagi orang tua ana dan orang tua Hakan juga sudah mempersiapkan tanggal pernikahan--... Hiks... Hiks..." ucapan Ayse terpotong karena ia tidak tahan menangis.

Ayse melanjutkan ucapannya tadi,  "Sebenarnya abang ana sudah tahu, dia melihat ana yang tengah berdo'a waktu itu. Sambil menangis ana berdo'a agar Hakan yakin dengan pilihannya. Ana nggak mau saat ia sudah memilih temannya, ia malah tidak mencintainya. Ana mau yang terbaik untuk Hakan."

"Saat itu bang Mustafa masuk dan menegur ana. Ana tidak bisa menahan air mata ana, akhirnya ana cerita pada bang Mustafa. Ia terlihat marah, sangat marah. Tapi ana mati-matian membujuknya agar masalah ini hanya kita yang tau. Ana mencoba untuk bersabar, dan saat itu tanpa sengaja ana melihat Hakan memeluk temannya. Hati ana sakit Al, dan ana putuskan lari dari rumah" jelas Ayse panjang lebar sambil sesegukan.

"Ya Allah Ayse, terus gimana Hakan? Anne Baba gimana?" tanya Aldilla sambil mengusap bahu sang teman, menenangkan.

"Ana sudah meninggalkan Anne Baba surat, semoga saja mereka baca. Kalau Hakan, ana juga telah memberikan surat padanya melalui bang Mustafa, tapi bang Mustafa juga tidak tahu ana lari. Ana bingung Al. Satu satunya yang ada di pikiran ana adalah anti. Jadi ana putuskan buat kesini" ujar Ayse sembari menghapus jejak tangisnya.

Aldilla mengangguk-angguk. "Berarti waktu anti menanyakan alamat rumah ana, anti sudah membuat rencana untuk kesini?" tanya Aldilla.

Ayse menganggukkan kepala.

"Mau ana panggilkan Bunda? Sepertinya Bunda belum tidur" usul Aldilla. "Tapi ana takut mengganggu. Setelah ini ana akan pergi mencari tempat penginapan sementara" jawab Ayse.

"Kenapa nggak nginap di sini aja. InsyaAllah enggak ganggu kok, Bunda juga paling masih bangun. Anti tunggu sebentar ya" kata Aldilla sambil beranjak dari sofa menuju kamar sang Bunda. Sesuai dugaan Aldilla ternyata bunda belum tidur.

"Assalamualaikum Bunda, Al boleh masuk?" tanya Aldilla.

"Waalaikumsalam, boleh. Siapa diluar? Kok tadi bunda dengar kamu ngobrol-ngobrol gitu" tanya Bunda.

AldillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang