6 - Dilema

99 9 0
                                    

"Yang namanya cinta itu enggak bisa dipaksakan"

(Aldi)

*
*
*
***

Setelah mengakhiri chatku dengan teman teman, aku membaca alquran ku hingga adzan isya'dan turun kebawah untuk salat Isya' bersama bunda.

Setelah salat Isya' aku langsung tertidur di kamar.

***

Aldi pov

Ah, kenapa akhwat itu selalu muncul dipikiranku. Ya Allah...

Zina Di, Zina....

"Aldi, kapan kamu mau menikah?" pertanyaan abi dan umi yang selalu ditanyakan kepadaku.

Dan aku hanya bisa menjawab "Belum dapat yang pas Bi"

Di umurku yang sudah tidak lagi muda, aku selalu di serbu pertanyaan "Kapan nikah?" yang membuatku bingung. Gimana mau nikah, jodohnya aja belum dapat dari Sang Pemberi Jodoh alias Allah.

Pagi ini aku harus bersiap siap untuk mengisi pengajian di Bogor, sementara tempat tinggal ku yang sekarang di Jakarta. Mengurus perusahaan abi. Abi sudah malas mengurus perusahaannya itu, jadi abi lebih fokus untuk mengurus ponpes.

Aku melaju menggunakan mobil sportku. Jalan ke Bogor macet, dan itu membuatku sampai agak telat dari biasanya.

"Assalamualaikum Abi, afwan Aldi telat" aku mengucapkan permohonan maafku pada abi.

"Waalaikumsalam. Iya Al, enggak apa apa. Ya sudah ayo masuk, hari ini kamu yang ngisi kan?"

"InsyaAllah Abi"

Abi mengantarku ke mimbar, dan aku pun memulai nya dengan basmallah.

Setelah 2 jam aku memberi tausiyah kepada orang orang yang datang di kajian abi, akhirnya selesai juga.

Aku turun dari mimbar dan menyalami orang orang.

"Aldi, ayo ada teman Abi yang mau Abi kenalkan ke kamu" ajak abi.

Aku pun meminta izin untuk peegi menemui abi.

"Ini pak Sulaiman, teman kuliah Abi waktu di Kairo"

Pak Sulaiman, punya wajah yang sangat berwibawa, lumayan ganteng untuk seumuran beliau dan sepertinya beliau adalah orang yang saleh.

"Assalamualaikum, jadi ini yang namanya Aldi? Subhanallah, masih muda tapi penyampaianmu saat kajian tadi masyaa Allah luar biasa" puji belia sambil menjabat tanganku.

"Waalaikumsalam. Alhamdulillah pak, syukron wa jazakillah khoir" aku membalas jabatan tangan beliau.

"Kenalkan, ini anak saya Iqbal Mahendra Sulaiman. Bukan lulusan Kairo sih, dia lulusan LIPIA. Dia yang membantu saya ngurus perusahaan"

Seorang laki laki berperawakan lumayan tinggi dan tampan mejabat tanganku dan aku membalasnya.

"Muhammad Azzam Rifaldi Gunawan, Aldi saja"

"Oh oke, nama gue Iqbal"

"Sebenarnya selain Fatih sama Iqbal ada satu lagi anak saya. Kemarin baru pulang dari Kairo. Lulusan Al Azhar juga. Namanya Aldilla"

"Oh ya? Yang mau kerja di sini itu ya?" tanya abi.

"Iya ustadz" jawab pak Sulaiman.

"Bilang aja ke Aldilla, dia diterima. Minggu depan ajak aja, sekalian kalau mau tanya tanya tentang kerjaannya"

AldillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang