CHAPTER 7

3.3K 584 8
                                        


Satu-satunya hal yang dilakukan Jungkook setelah mendengar kisah pilu Seolhee adalah memeluk tubuh ringkih sahabatnya itu. Membiarkan Seolhee untuk mengeluarkan air mata yang sedari tadi terus ditahannya.

"Aku benci dikasihani, Jung! Aku tidak lemah, aku kuat!"

Tangan panjang Jungkook mengusap-usap pelan punggung bergetar Seolhee, berusaha memberikan ketenangan lebih untuk gadis itu.

"Iya, Seol. Iya. Kau kuat, tidak ada yang mengatakan kau lemah. Siapa memangnya yang berani berucap begitu, hah? Aku akan langsung menutup bibir kurang ajar itu dengan beberapa tinjuku."

Jungkook tahu, masih banyak hal menyedihkan lainnya yang ditutupi rapat oleh Seolhee. Sejauh ini, Jungkook memang mengetahui beberapa informasi dari hasil curiannya membaca buku harian milik Seolhee saat pemiliknya tidak ada di kamarnya. Balkon kamarnya sejajar dengan milik Seolhee, hanya perlu melompat maka dirinya dengan mudah memasuki kamar Seolhee. Tapi tentunya jika gadis itu tidak mengunci jendela kamarnya.

Sedikit kurang ajar memang, tapi Jungkook tidak punya pilihan. Semua permasalahan hidupnya begitu mudah diterka oleh Seolhee, setidaknya ia juga ingin mengetahui beberapa permasalahan gadis itu. Tapi siapa yang menduga jika Seolhee begitu banyak mencurahkan permasalahan hidupnya pada kertas-kertas berwarna merah muda itu.

Tapi bukan berarti juga ia akan membocorkannya, ia tidak sejahat itu. Biarlah hanya dirinya sendiri yang mengetahui permasalahan sahabatnya itu.

Sementara itu Seolhee hanya diam, membiarkan air matanya membasahi kaus putih Jungkook. Sedikit malu memang karena ia jarang sekali memperlihatkan sisi lemahnya. Tapi terkadang memang benar bahwa ada kalanya manusia itu membutuhkan orang lain sekedar sebagai sandaran untuk mencurahkan isi hati, dan ya, perasaan Seolhee menjadi lega sekali.

Sepuluh menit dalam pelukan Jungkook, gadis itu segera menjauhkan dirinya. Menghapus pelan sisa-sisa air matanya sebelum memberikan Jungkook senyum manisnya.

"Terima kasih, Jung. Maaf, kausmu jadi basah," sesalnya menatap genangan besar di pakaian Jungkook.

Jungkook terkekeh pelan, mengacak lembut surai panjang Seolhee.

"Jangan dipikirkan. Setidaknya kau sudah merasa lega sekarang, kan?"

"Em, ya. Sedikit lebih baik."

Jungkook menatap dalam wajah sembap Seolhee, memikirkan beberapa hal yang sekiranya dapat mengembalikan senyuman manis gadis itu.

"Hey, besok ayo kita membolos. Aku akan menunjukkan tempat indah padamu."

Seolhee menatap Jungkook lama sebelum menjawab, "Tidak mau."

"A-apa?" Jungkook tergagap, bingung dengan jawaban Seolhee. Bagaimana bisa gadis itu menolak tawaran manisnya. "Kenapa? Memangnya kau tidak suka pemandangan indah, ya?"

"Suka."

"Lalu, kenapa tidak mau pergi?"

Seolhee meniup pelan helaian anak rambut yang menutupi wajahnya, lalu menjawab dengan nada tegas, "Besok kita sekolah, Jung. Aku tidak mau membolos barang sehari saja kalau bukan karena sakit."

Jungkook mendecak kecil, Seolhee benar-benar terlalu menyayangi sekolahnya.

"Kenapa memangnya? Membolos sehari tidak akan mengurangi nilaimu, Seol. Ayolah..." Jungkook mulai merengek, berharap Seolhee mau memihak pada ucapannya kali ini.

"Tidak. Sekali tidak ya tidak, Jungkook. Sebentar lagi kita lulus, bagaimana bisa kau masih memikirkan untuk membolos, huh?" Seolhee mulai mengomel. Kalau sudah begitu Jungkook jadi tidak bisa berkutik lagi.

"Iya, iya. Tidak jadi membolosnya! Sepulang sekolah saja, bagaimana?"

"Call!" seru Seolhee disertai senyuman lebarnya.

***

Senin pagi kembali menyapa, Seolhee sudah siap dengan seragam sekolahnya. Menunggu dengan sabar sosok pria tampan yang akan pergi ke sekolah bersamanya di depan gerbang rumahnya.

"Yo! Maaf, aku terlambat."

"Cih, kau lama sekali, sih! Begadang lagi?"

Jungkook mengangguk pelan, membenarkan pertanyaan Seolhee.

"Ya, begitulah. Mereka tidak membiarkanku tidur dengan nyenyak, Seol."

Semalam laki-laki itu memang kembali tidur larut, lagi-lagi karena kedua orang dewasa di rumahnya tidak mau membiarkan tidur nyenyak. Sibuk membuat kebisingan sampai terdengar ke lantai atas kamarnya.

"Aish, sudah. Ayo berangkat!"

Seolhee segera melangkahkan kakinya yang langsung disusul Jungkook. Keduanya berjalan beriringan menuju sekolah. Tidak ada percakapan hingga sebuah pertanyaan bersarang di kepala Seolhee.

"Jung, pernah tidak Jeonshan mendengar atau melihat orang tuamu bertengkar?" tanya Seolhee sedikit penasaran.

Kadang-kadang suara pertengkaran kedua orang tua Jungkook itu sampai pada kamarnya, membuat Seolhee sedikit mengira-ngira sebesar apa suara kebisingan yang dibuat kedua orang dewasa itu? Apalagi di dalam rumah itu bukan hanya Jungkook yang tinggal, melainkan ada anak kecil yang baru berusia tiga tahun. Sungguh membuat perasaannya jadi khawatir.

"Pernah. Beberapa kali Jeonshan mendengarnya dan bertanya padaku," jawab Jungkook apa adanya.

"Benarkah? L-lalu, kau jawab apa?"

"Aku bilang mereka sedang memerankan Captain America dan Iron Man."

Mata Seolhee sukses membesar mendengar jawaban bodoh Jungkook.

"Kau bodoh, ya? Bagaimana bisa pertengkaran mereka kau samakan dengan pertarungan seperti itu?!"

Jungkook berkedip lucu, bibirnya sedikit dimajukan, merasa tidak terima dikatai bodoh oleh gadis yang berada di sampingnya.

"Lalu kau mau aku mengatakan apa? Berbicara jujur padanya dengan mengatakan jika kedua orang tuanya sedang bertengkar hebat dan akan segera bercerai, begitu?"

Seolhee tersadar, benar, tidak seharusnya ia berkata begitu. Jungkook justru sangatlah pandai dan bertanggung jawab karena berhasil menjaga pikiran polos adiknya.

"Maaf... aku tidak memikirkan sejauh itu. Kau benar, tidak seharusnya Jeonshan mengetahui permasalahan orang dewasa diusianya yang masih sangat kecil. Atau, tidak perlu tahu sama sekali justru lebih baik. Aku tidak rela Buntalan manisku berubah menjadi pemarah sepertimu."

"Yak!!!" Jungkook memekik, kesal dengan perkataan Seolhee. "Memangnya kenapa? Aku juga manis, kok. Jeonshan mewarisi wajah manis dan tampannya 'kan dari kakaknya ini. Lihat saja beberapa tahun lagi, dia pasti akan sangat mirip denganku."

"Benakah? Kalau begitu mulai sekarang aku harus lebih giat menjaganya. Jeonshan tidak boleh memiliki kemiripan denganmu, bisa hancur masa depannya nanti," ucap Seolhee setengah meledek lalu cepat-cepat berlari kencang sebelum Jungkook berhasil memukul kepalanya.

"Yak, Park Seolhee! Berhenti kau! Kepalamu harus kuberi pukulan agar menyadari betapa manis dan tampannya sahabatmu ini!"

[]

LILIUM✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang