CHAPTER 14

3.8K 558 14
                                    


Tidak ada yang tahu batasan waktu seseorang. Seolhee hanya berusaha menikmati waktu yang seperti tidak ada akhir yang dimilikinya sementara Jungkook terlihat acuh tak acuh menjalaninya. Tidak ada yang ingin menjalani kehidupan yang perlahan semakin hancur berantakan, tapi keduanya masih bertahan hingga detik ini. Menjadi dua diantara ribuan manusia lainnya yang mencoba mengukur batasan sebuah kesabaran.

"Jung, ayo naik sepeda!" ujar Seolhee seraya melirik tempat penyewaan sepeda di pinggir jalan.

"Kau 'kan tidak bisa naik sepeda, Seol?"

Semenjak kejadian jalan raya yang hampir merenggut nyawanya, Seolhee memang hampir tidak pernah lagi menyentuh kendaraan roda dua itu. Beberapa hal tentang cara mengendarai sepeda yang ia pelajari serasa luntur ditelan waktu. Seolhee kembali tidak tahu cara bersepeda.

"Kau 'kan bisa mengendarainya, Jungkook!" seru Seolhee sedikit gemas. "Boncengi aku, ya?"

Mata bulat Jungkook berkedip beberapa kali, bibirnya sedikit terbuka lalu memperhatikan tubuh Seolhee dari atas hingga bawah.

"Kau 'kan sudah besar, Seolhee! Berat, tidak mau!"

Sebenarnya Jungkook hanya berusaha menggoda Seolhee. Perempuan itu masih dapat dikategorikan kurus menurut Jungkook, tidak memiliki beban banyak yang akan menyulitkannya jika dibonceng.

Bibir Seolhee mencebik ke depan, ingin memarahi Jungkook yang tidak setia padanya.

"Ya sudah. Tidak usah!" ucap Seolhee dengan suara setengah meningginya, lalu bersiap meninggalkan Jungkook tapi kalah cepat dengan jemari hangat Jungkook yang menahannya.

"Bercanda, Seol. Ayo cepat! Aku akan memboncengmu sampai kakiku tidak kuat mengayuh lagi."

Musim semi kala itu terasa lebih indah, dan lagi-lagi Jungkook lah yang membuatnya terasa selalu indah, itu menurut Seolhee. Kalau menurut Jungkook tentu Seolhee lah yang membuat musim seminya berakhir menyenangkan. Seperti bunga-bunga cantik yang berjatuhan melewati kepalanya, bersama... terasa indah.

"Seolhee..." panggil Jungkook seraya tetap mengayuh pedal sepedanya.

"Apa..."

"Terima kasih..."

"Heng?"

"Terima kasih selalu melewatkan empat musim bersamaku. Terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku. Terima kasih telah terlahir di dunia ini!"

Kedua sudut bibir Seolhee tertarik ke atas, tangannya semakin mengeratkan pegangannya pada perut Jungkook.

"Kalau begitu aku yang akan meminta maaf, Jung."

"Hah?"

"Maaf, karena aku selalu berbohong padamu. Maaf, menutupi kesakitanku selama ini. Maaf, karena membiarkanmu melewati kehancuran bersamaku!"

Keduanya tertawa kecil bersama. Hancur itu menyakitkan, tapi Jungkook dan Seolhee menikmatinya. Sejak keduanya hanya tahu cara menangis hingga akhirnya bisa menyelesaikan sedikit permasalahan dengan cara masing-masing, keduanya seolah ditakdirkan bersama.

"Jungkook, ayo berhenti dulu. Kita harus mengambil gambar bersama."

Jungkook menurutinya, menghentikan kayuhannya pada pinggiran jalan. Membiarkan Seolhee menyiapkan kamera ponselnya sementara ia meletakkan sepedanya di dekat pohon besar.

"Sudah siap?" tanya Jungkook.

"Sudah. Pemandangan belakangnya juga bagus. Cah, mendekatlah. Hitungan ketiga katakan kimchi..."

LILIUM✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang