Jeon Jungkook itu hancur, tapi Park Seolhee jauh lebih hancur. Keduanya memiliki penyebab kehancuran yang sama tapi berbeda cara dalam menanggapinya. Satu hal yang keduanya tahu, mereka ditakdirkan untuk bersama.
Started : 28 August 2018
Published ...
Janji tidak dibuat untuk diingkari, tapi jika terjadi, hukuman apa yang sepantasnya diberikan?
Jungkook sampai pada batasnya, memilih menjadi seorang predator daripada terus dimangsa. Tidak tahu setan apa yang membisikinya kala itu, hingga ia begitu tergoda untuk membunuh ayah kandungnya sendiri. Berbeda dengan Seolhee yang masih bertahan pada garis yang ia buat. Perempuan itu masih menjadi gadis yang paling keras kepala tapi berhati mulia menurut Jungkook.
"Surat kedua puluh dua, berapa banyak lagi yang akan kau kirimkan, Jung?" bisik Seolhee seraya membuka perlahan amplop putih yang selalu ia tunggu. Hanya melalui surat itu ia dapat mengetahui keadaan Jungkook.
Surat terakhir.
Tulisan itu menyambut Seolhee kala kertas lusuh itu keluar dari amplopnya. Dibacanya perlahan kata demi kata yang ditulis Jungkook untuknya.
"Aku ingin terbakar dalam padang Lili Kuning, yang membakarku bersamaan dengan seluruh perasaan menekan itu. Aku juga ingin melemparkan Lili Orange ke dalam bara api itu, agar orang-orang penuh kesombongan dan penghinaan itu ikut mati terbakar di dalamnya. Aku ingin menjadikanmu satu-satunya Lili Putih, yang terlihat bersinar dan dipuja begitu hebatnya.
Kau terlahir atas dasar permintaan kecilku pada Tuhan beribu tahun lalu. Sayangnya, aku mungkin begitu pendosa hingga menyeretmu ke dalam kubangan hitam ini. Kita berakhir bersama, tapi dengan keadaan yang sama-sama dihancurkan.
Tapi sebuah kehancuran tidak berarti merusak. Kehancuranmu masih bisa memperbaiki derajat kehidupan orang lain. Membantunya hingga tidak mengenal apa itu kesakitan.
Seperti yang pernah kukatakan, setiap bayi terlahir dalam keadaan murni. Tidak peduli seberapa kotor kubangan yang harus dilalui sebelum menuju titik kehidupan, mereka tetap suci. Kelahiranmu begitu dinantikan. Terima kasih telah terlahir bersamaku. Lilium-ku, Park Seolhee."
Seolhee meremas kuat surat terakhir yang akan diterimanya, senyuman manisnya terbit menghapus bulir air matanya. Tidak ada lagi perasaan benci terhadap sebuah kehidupan. Kelahirannya begitu diinginkan, sama seperti setiap bayi lainnya. Bukan tentang yang membawa, tapi tentang siapa yang menginginkan.
"Terima kasih juga karena telah terlahir, Jungkook."
-END-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.