CHAPTER 8

3K 590 9
                                    


"Aduh, aduh... sakit Jungkook! Yak, lepaskan kepalaku!"

Seolhee meronta, kepalanya diapit oleh lengan kekar Jungkook. Diseret melewati lorong kelas dan dilihat beberapa pelajar lainnya tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Minta maaf dulu, baru kulepaskan."

"Tidak mau. Aku 'kan tidak salah, apa yang kukatakan memang benar, Jung."

Jungkook mengangguk kecil.

"Hmm, tidak mau, ya?" tanyanya disertai dengan senyuman miring di bibirnya.

"Iya, tidak ma- akh! Yak, yak... sakit Jungkook!!!" pekik Seolhee saat Jungkook semakin mengeratkan apitan lengannya.

"Minta maaf dulu, Manis."

"Iya, iya... maaf!"

"Apa? Tidak dengar, Seolhee..."

"MAAF JUNGKOOK! MAAFKAN AKU!!!"

Jungkook tersenyum senang, tapi masih belum mau melepaskan apitan lengannya. Ingin mengerjai lebih banyak perempuan yang satu itu.

"Katakan aku manis dan tampan baru aku lepaskan."

"Hah? Hey, kau itu tidak- akh! Iya, iya! JEON JUNGKOOK MANIS DAN TAMPAN SEKALI!!!" teriak Seolhee sampai membuat beberapa siswa lain yang berada di lorong tertawa keras mendengarnya.

Dengan segera pula Jungkook membebaskan kepala Seolhee setelah permintaannya terpenuhi. Membiarkan gadis itu untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya.

"Uhuk... uhuk... Dasar pria tidak berperasaan? Minta dipuji sih pakai cara kekerasan!"

"Ah, jadi kau terpaksa, ya? Cah kemarikan kepalamu. Kau harus mengatakannya dengan tulus sebanyak seratus kali!"

Tanpa pikir panjang Seolhee segera berlari menjauhi Jungkook, menghindar dari pria yang mungkin saja akan mematahkan kepalanya dengan otot besar yang dimilikinya. Jangan sampai, Seolhee masih ingin hidup!

Pada akhirnya seberapa pun jailnya Seolhee atau seberapa pun menyebalkannya seorang Jeon Jungkook, keduanya tetap akan kembali bersama-sama. Bersikap seolah mereka hanya bersenang-senang.

Seperti jam istirahat kali ini, keduanya tengah terduduk santai, menikmati beberapa jajanan di salah satu meja kantin. Tidak ada percakapan serius hingga beberapa kumpulan gadis dengan bedak setebal lima senti menghampiri meja keduanya, lebih tepatnya menghampiri Jungkook. Menatap Jungkook dengan wajah tersipunya.

"Eng... ini, untukmu," kata salah seorang gadis seraya menyerahkan bungkusan makanan yang langsung diikuti beberapa gadis lainnya.

Meja kantin yang semula hanya diisi dengan beberapa makanan ringan milik Jungkook dan Seolhee kini telah bertambah banyak. Berkali-kali lipat. Pemberian dari gadis-gadis cantik yang mengaku sebagai fans Jungkook. Sementara Jungkook berusaha memberikan senyuman palsu pada para penggemarnya, Seolhee justru berusaha untuk tidak mempedulikannya, menyibukkan diri dengan mengunyah makanan ringan miliknya.

"Ah, ya. Terima kasih," ujar Jungkook seraya memberikan senyuman manisnya.

Menurut Seolhee senyuman Jungkook itu biasa saja, tapi tidak dengan para gadis yang mengelilingi mejanya. Mereka langsung berlari dengan pandangan berbinar lalu tidak lama kemudian terdengar suara teriakan kencang. Sebegitu hebatnya 'kah senyuman seorang Jeon Jungkook?

"Ini..." Jungkook melemparkan potongan cokelat yang diterimanya kepada Seolhee.

"Apa?"

"Habiskan, bodoh!"

"Kau mau membuatku mati, ya?" bisik Seolhee.

"Hah? Aku menyuruhmu membantuku untuk menghabiskan tumpukan cokelat batangan itu, Seol. Bukan menyuruhmu untuk mati."

Seolhee mendecak pelan, Jungkook itu bodoh atau apa?

"Yak, kau tidak lihat tatapan mematikan para gadis bergincu merah itu, huh? Mereka benar-benar akan membunuhku jika makanan pemberiannya masuk ke dalam kerongkonganku!"

Jungkook melirik sekilas keadaan sekitarnya. Benar, para gadis berbedak tebal itu masih melihatnya, lebih tepatnya menatap tajam ke arah Seolhee seolah siap untuk mengulitinya.

"Ya sudah, buat nanti saja," ucap Jungkook lalu memasukkan beberapa makanannya ke dalam kantong plastik besar. Ia akan memakannya nanti bersama Seolhee sepulang sekolah. Setidaknya para pemberi makanan itu tidak akan melihatnya.

"Seol, kau tidak mau berdandan seperti mereka?"

Seolhee menghentikan pergerakan tangannya memasukkan makanan ke dalam mulutnya, beralih menatap Jungkook dengan pandangan bertanya.

"Apa maksudmu? Kenapa aku harus berdandan seperti mereka?"

"Ya, kau tahu. Perempuan itu suka terlihat cantik, Seol. Memakai bedak atau lipstik yang memperlihatkan wajah cerah mereka. Tapi lihat wajahmu... ck, ck, seperti mayat hidup."

"Yak!!!"

"Makanya riaslah sedikit wajahmu, bodoh. Mungkin mereka akan berhenti mengganggumu jika kau menjadi seperti mereka. Dan mungkin saja setelahnya kau akan memiliki banyak penggemar sepertiku," ucap Jungkook dengan sedikit membanggakan dirinya.

"Merias wajah itu merepotkan! Lagipula, aku juga tidak ingin menjadi seperti mereka. Mereka itu bodoh, Jung. Berbeda dengaku."

Jungkook mendengus, lagi-lagi Seolhee menyombongkan kepintarannya.

"Setidaknya kau mungkin bisa mendapatkan pacar jika berdandan, Seolhee!"

Seolhee menopang wajahnya dengan kedua tangannya, tidak tertarik dengan pembahasan Jungkook.

"Aku tidak ingin memiliki pacar."

"Heh? Kenapa? Ah... kau suka padaku, ya?" Jari telunjuk Jungkook menusuk pelan pipi bulat Seolhee, kebiasaannya jika sedang menggoda perempuan itu.

"Suka pantatku! Aku tidak ingin menjalin hubungan apapun karena aku masih sekolah, bodoh!"

"Memangnya kenapa kalau masih sekolah? Semua orang berhak memiliki pacar."

Seolhee memandang malas ke arah Jungkook, lalu berkata, "Pacaran dengan teman sekolah itu tidak enak, Jungkook. Mereka saja masih meminta uang jajan pada orang tuanya, lalu mau dengan apa dia mentraktirku? Aku tidak ingin dibelikan snack dua ribuan seperti ini oleh kekasihku," jelasnya seraya menunjuk tumpukan makan ringan di meja.

"Yak, ini 'kan hanya berpacaran, bukan menikah, Seolhee."

"Memang bukan. Aku tahu perbedaannya, Jungkook. Tapi coba kau pikir, bagaimana jika aku terlanjur cinta dengan pacar semasa sekolahku itu? Lalu tiba-tiba dengan pikirannya yang masih labil ia memutuskanku. Bisa jadi aku akan berubah menjadi wanita gila yang mengemis cintanya dan mengorbankan segala hal yang kumiliki."

Gadis itu menyedot minuman ringannya sejenak, membasahi tenggorokannya yang terasa sedikit kering sebelum melanjutkan perkataannya, "Kau tahu 'kan, pikiran anak sekolah itu masih sering berubah-ubah. Tidak memikirkan kedepannya bagaimana. Well, orang dewasa saja masih banyak yang bertingkah kekanak-kanakan, lalu bagaimana menurutmu dengan yang masih anak-anak sekolah sungguhan?"

Jungkook menggelengkan kepalanya. Jika sudah berbicara soal realitas Seolhee akan selalu menjadi pemenangnya. Bisa apa ia melawan si Peringkat Paralel sekolah?

"Ya sudah. Tidak usah berpacaran sekalian! Langsung menikah saja," ujar Jungkook begitu gemasnya dengan perempuan di sampingnya.

Seolhee mengangguk kecil. "Well, aku setuju dengan perkataan itu."

"Iya, kalau begitu tunggulah beberapa tahun lagi sampai aku berhasil membangun rumah besar dan membawa uang yang banyak untuk melamarmu. Kau harus menikah denganku, Nona Pintar!"

[]

LILIUM✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang