spell no. 4

609 107 179
                                    

Haloo guys 🙋🙋Udah sampai part 4 nih wkwkkSemoga ngga pada bosen ya sama cerita author yaPokoknya semoga kalian suka aja dehKritik & saran author tunggu banget dan kalo ada kesalahan tolong diingatkan ya 😸Jangan lupa vote & comment Thanks 💗💗💗💗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haloo guys 🙋🙋
Udah sampai part 4 nih wkwkk
Semoga ngga pada bosen ya sama cerita author ya
Pokoknya semoga kalian suka aja deh
Kritik & saran author tunggu banget dan kalo ada kesalahan tolong diingatkan ya 😸
Jangan lupa vote & comment
Thanks 💗💗💗💗

Playlist : Smile - Daniel Skye

🎼 happy reading 🎼

Aku bodoh? Aku tahu itu. Tapi jangan sekali-kali kamu menyalahkanku karena itu semua salahmu. Karena ini adalah efek candu karna aku terlalu menyukaimu.

— your admirer —

Tiba-tiba aku teringat sesuatu. "Eh-eh, bentar, Sha!"

Aku menghadang Nafeesha yang sudah menyalakan mobilnya. Saat ini aku berdiri di depan mobil Nafeesha dengan kedua tangan terentang. 

Gadis itu berdecak kesal, kemudian menjulurkan kepalanya keluar jendela sambil menatapku tajam. "Apa lagi?!"

Aku meringis sambil tersenyum canggung. "Boleh minta nomor kamu?"

"Modus!" ketusnya.

"Memang," ujarku santai.

"Kavi! Minggir deh... aku mau pulang. Hus... hus...!" Nafeesha menggerak-gerakkan tangannya dengan gerakan mengusir seolah-olah sedang mengusir ayam.

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. "No, no, no! Kasih dulu nomor kamu."

Nafeesha menggeram dengan gigi bergemeletuk. "KAVI!"

"Apa?" jawabku dengan wajah sok innocent.

"Minggir, nggak!" bentaknya dengan mata melotot. Namun, tetap saja terlihat cantik.

Aku menggeleng lagi dengan kedua tangan bersidekap di depan dada sambil berkata, "Saya nggak akan minggir sebelum kamu kasih nomor kamu."

"Fine! Kamu menang! Ya udah catet cepet," seru Nafeesha kesal karena harus menyerah kalah.

Mendengar itu, aku pun segera mengambil handphone dari saku celanaku. Setelah itu, dengan senyum penuh kemenangan, aku bergerak mendekat ke arah Nafeesha. Tepat di samping pintu kemudi dimana Nafeesha duduk dengan wajah cemberut.

"Nah, gitu dong, Sha. Jangan pelit-pelit," ujarku sambil tersenyum jahil.

Nafeesha hanya mendengus. Membuatku otomatis menyengir. "Jadi berapa nomornya?" sambungku.

Kavi's SpellsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang