spell no. 7

363 85 23
                                        

Holla :v Akhirnya bisa up juga heheAda yang kangen Kavi, Nafeesha? Atau malah kangen authornya wkwkSemoga kalian suka ya sama part kali ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Holla :v
Akhirnya bisa up juga hehe
Ada yang kangen Kavi, Nafeesha? Atau malah kangen authornya wkwk
Semoga kalian suka ya sama part kali ini...
Jangan lupa vote & comment
Thank u ˊ▽ˋ

Playlist : Kau Cantik Hari Ini - Lobow

🎼 happy reading 🎼

Andai aja kamu tahu, senyummu itu lebih mematikan dari pada narkoba.

- your admirer -

Aku menepikan Mokka tepat di depan pagar rumah Nafeesha. Kulepas helmku, kemudian mengaca di spion Mokka. Kurapikan rambutku yang sedikit berantakan. Memastikan bahwa aku masih terlihat ganteng.

Setelah itu aku pun turun dari motor, lalu berjalan mengetuk pagar rumah Nafeesha yang terkunci.

Teng... teng... teng....

Akhirnya pintu rumah itu terbuka. Dan munculah sesosok pria berpostur tinggi, berambut sedikit gondrong dengan mata berwarna hazel. Pria itu berjalan ke arahku lalu membuka pagar.

Ini cowok nggak mungkin satpamnya Nafeesha, kan? tanyaku dalam hati.

"Cari siapa?" tanya pria itu, setelah dia mempersilahkanku untuk masuk.

"Eh, Nafeesha ada?" Aku balik bertanya.

Pria itu mengangguk. "Ada. Oh iya, Mas ini temennya Nafeesha?" tanyanya.

"Ahh, iya. Saya teman Nafeesha," jawabku asal.

"Sebentar ya, saya panggilin Nafeesha. Oh ya, namanya siapa?"

Aku mengangguk. "Kavi, Pak."

"Jangan panggil 'Pak', emangnya saya kayak bapak-bapak?!" kesalnya.

"Eh, i-iy-iya, Mas," ujarku gugup.

"Jangan panggil 'Mas' juga, saya bukan orang Jawa." Pria aneh itu tiba-tiba terkekeh. "Radiv aja, atau Kak Radiv juga boleh. Biar sama kayak Nafeesha," sambungnya.

Aku ikut terkekeh, meski terpaksa. Sebenarnya aku tidak tahu apa yang harus ditertawakan. "O-oke, Kak."

Kak Radiv mengacungkan jempolnya sambil berlalu, menuju ke lantai atas. Mungkin ke kamar Nafeesha.

Sepuluh menit kemudian, aku melihat Nafeesha menuruni tangga. Aku menatapnya sejenak. Melihat penampilan gadis itu dari atas hingga bawah. Aku terpana saat menyadari bahwa pakaian yang kami kenakan hampir sama. Kami sama-sama mengenakan hoodie berwarna putih. Bedanya adalah aku memakai jeans selutut berwarna biru, sedangkan Nafeesha memakai legging berwarna hitam yang semakin menampakan kaki jenjangnya.

"Ngapain ikut-ikut pakai hoodie putih?" tanya Nafeesha saat sudah berada di hadapanku.

Aku terhenyak. "Kok jadi saya yang salah, Sha?"

Kavi's SpellsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang