Aku menutup laptopku setelah selesai membaca ulang komentar yang aku terima dari wedding invitation yg aku kirim secara online kepada rekan kantorku. Aku sangat merindukan masa-masa yang pernah aku lalui sebelum pada akhirnya aku menikah. Rasanya masih beberapa hari lalu aku mengadakan acara pesta pernikahan, namun tidak terasa sudah satu tahun aku melaluinya. Perlahan aku ambil bingkai foto di atas meja riasku. Kuamati foto pernikahanku dengan Arya yang mana aku mengenakan dress berwarna putih dan dia mengenakan setelan jas berwarna hitam.
Dulu dijam seperti ini, setelah pulang kerja, aku akan minum kopi bersama teman-temanku satu kantor di cafeshop depan gedung tempatku bekerja. Kami akan membicarakan banyak hal sambil melepas penat, sampai tidak terasa hingga larut malam. Setelah itu aku akan pulang dengan naik taxi mungkin sekitar pukul 10 atau 11 malam sambil menyesap rasa kopi espresso yang pahitnya entah mengapa sekarang sudah tidak lagi bersahabat dilidahku.
Sejujurnya tidak mudah melepaskan pekerjaan yang sangat aku sukai. Bukan sesuatu yang mudah bagiku untuk bisa mendapat pekerjaan yang bagus setelah berusaha menitih karir selama sembilan tahun, memiliki teman-teman yang selalu support, dan lingkungan kerja yang sangat positif. Tapi setelah aku memutuskan untuk menikah dan menimbang-nimbang berbagai hal, sepertinya aku akan memilih melepaskan pekerjaanku dan merubah orientasiku kini kepada Arya. Karena aku ingin membuat sesuatu yang bermakna bagi pernikahan ini. Tentu bukan keputusan yang salah, bukan? Setiap manusia pasti memiliki goals disetiap hidupnya. Lalu akhirnya aku memutuskan bahwa Arya adalah goals dalam hidupku.
"Kamu yakin mau resign? Bagaimanapun juga mendapat jabatan karyawan executive as a Director's Secretary selama sembilan tahun itu tidak mudah, kan? Saya akan merasa bersalah kalau membiarkanmu melepaskan pekerjaan itu begitu saja." Katanya hari itu saat makan malam dirumahnya.
"Entah aku ingin bekerja atau tidak setelah menikah, itu tergantung keputusanku, bukan? Lagi pula kamu tidak bahagia melihat wajahku setiap hari ada di rumah?" dia hanya tersenyum sambil mengusap ujung kepalaku pelan.
Sebenarnya aku tidak tahu apakah keputusanku ini bisa dikatakan sebagai keputusan mutlak. Namun aku meyakini bahwa dengan aku melepas karirku setelah menikah, maka aku telah seratus persen menggantungkan kebahagiaanku kepada Arya. Karena aku sangat yakin bahwa dia adalah pria yang sangat bisa diandalkan.
Sekarang aku adalah Mina, istri dari Arya Govino Wirya. Walaupun Arya terkesan cuek, tapi dia selalu berhasil memberikan kejutan-kejutan kecil kepadaku dan membuat hatiku selalu berdebar saat mengingat namanya. Menurutku, Arya memiliki caranya sendiri untuk membahagiakanku dengan perlakuannya yang beberapa kali membuatku tidak percaya dibalik sikap cueknya itu.
Mengingat ini hari anniversary setelah satu tahun kami menikah, aku jadi harus mengenang momen-momen bahagia itu sendirian. Kami jarang bertemu ketika dirumah, karena Arya super sibuk di kantornya. Setelah dipikir-pikir, tidak pernah seharipun aku melihat Arya benar-benar bersantai di rumah bersamaku. Entah dia yang berangkat ke kantor terlalu pagi, atau dia pulang terlalu larut karena harus melakukan pekerjaan diluar kota. Mungkin dimomen seperti inilah, aku jadi sedikit menyesal telah melepaskan pekerjaanku. Karena di rumah atau pun tidak, bisa menikmati quality time dengan Arya itu adalah sesuatu yang sangat ajaib.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERLUDE : 14 Days Auntumn
FanfictionYasmina mengharapkan pernikahan yang sederhana dan bahagia. Honeymoon ke Korea bersama Arya membuat pernikahan yang dia harapkan terasa sempurna. Namun sayangnya hal itu membuat hubungan pernikahan mereka dipertanyakan. Arya memiliki prinsip berkari...