Just One Night

1.1K 6 0
                                    


Pencarian Mina kemarin malam membuat Arya menjadi merasa sangat lelah. Walaupun begitu, dia tidak bisa benar-benar tidur dengan tenang. Seharusnya dia tetap mencari istrinya dalam kondisi apapun, tapi perempuan bernama Siren itu selalu bisa membujuknya. Arya sendiri bingung dengan dirinya sendiri. Dia sudah yakin bahwa dia sudah tidak mencintai Siren, tapi saat dia harus berhadapan dengan perempuan itu lagi egonya tidak mau menolak.

Arya berusaha sekuat tenaga untuk menjaga perasaannya. Dia ingin bertemu dengan istrinya sesegera mungkin. Dia akan menjelaskan apa yang selama ini sedang terjadi, terutama masa lalunya. Kemarin malam dia sempat menyesali kenapa dia tidak menceritakan soal hubungannya dengan Siren sebelum mereka menikah. Tapi Arya tidak akan menyangka jika Siren akan bertemu lagi dengannya dan menganggap bahwa seolah-olah hubungan mereka belum berakhir. Padahal Arya sudah pernah kalang kabut mencarinya hari itu dan sudah sangat yakin bahwa Siren telah benar-benar meninggalkannya.

"Arya, kamu sudah bangun?" sapa perempuan yang sekarang ini sedang satu hotel dengannya. Tapi Arya cukup sadar untuk meminta kamar yang berbeda dengan perempuan itu. Sekali lagi dia ingin menegaskan bahwa dia ingin menjaga perasannya dengan perempuan itu.

Arya terduduk di kasurnya sambil menatap Siren yang sepertinya sedang melakukan panggilan dengan seseorang. Namun setelah itu dia menjauhkan telfon genggamnya dan berjalan menghampirinya.

Hotel yang sedang mereka tempati ini bukanlah hotel berbintang seperti yang pernah Arya pesan untuk dirinya dan Mina sebelumnya. Ini adalah hotel yang tidak terlalu mahal yang terletak didaerah dekat Namsan, tepatnya yang tidak jauh dari lokasi dimana dia terakhir kali berpisah dengan istrinya. Dengan keamanan yang seadanya, hal itu dapat membuat Siren dapat keluar masuk kamarnya dengan mudah.

"Bisa lebih sopan masuk kamar orang?" tanya Arya yang terdengar begitu ketus.

"Kenapa? Kita dulu malah pernah tinggal satu apartemen." Jawab Siren dengan entengnya. Tapi Arya hanya membuang muka setelah itu segera bangkit dari atas kasurnya.

"Kita harus mencari Yasmin lagi."

"Kita tidak sarapan dulu?"

"Kamu saja, saya tidak minat." Kata Arya sembari mengenakan jaket kulit berwarna hitamnya. Tapi Siren sudah buru-buru mencekal lengan laki-laki yang pernah sangat dia cintai itu, mungkin sekarang ini masih.

"Kamu mau sakit karena seharian belum makan? Seenggaknya kamu harus punya tenaga untuk mencari istrimu itu."

"Semua ini kan karena kamu." Nada suara Arya sedikit meninggi, Siren mengerjap sesaat dan kembali berfokus untuk menatap Arya kembali.

"Kamu harus bertanggung jawab menemukan istri saya, mengerti?" sekali lagi dan terus berulang kali Arya memperingatkan Siren untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.

Arya keluar dari kamar itu dan meninggalkan Siren yang masih berdiri dengan segala rasa muaknya. Sekilas dia menatap layar ponselnya dan sebuah senyuman yang terlihat sangat puas terukir dibibirnya. Siren mencoba menenangkan dirinya beberapa kali. Dia wanita yang tidak akan pernah goyah sedikitpun.

"Dia hanya Arya, Siren. Dia Arya yang dulu pernah tergila-gila padamu." Setelah meyakinkan dirinya dengan mengucapkan kalimat itu, Siren berjalan menyusul Arya namun sebelumnya ia mengambil coat untuk menutupi tubuhnya yang hanya terbalut dress selutut.

Seperti sebelumnya, Siren menyewa sebuah mobil dan juga sopir sekaligus. Sedari tadi Arya hanya menatap kearah jendela mobil, lebih tepatnya berusaha mengalihkan wajah dari perempuan disampingnya. Siren dan sopir sewaan itu mengobrol seakan-akan mereka sudah sangat dekat. Arya sendiri sudah tidak minat sama sekali dengan pembicaraan mereka, terlebih mereka berbicara dengan Bahasa Korea yang Arya sendiri sama sekali tidak pahami.

INTERLUDE : 14 Days AuntumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang