Ezzy berusaha menopang tubuhnya, namun dia tidak memiliki kekuatan itu sekarang, dia terjatuh tepat dibawah kaki Devan. Airmatanya jatuh dengan deras.
"A...aku tau, A..aku melakukan kesalahan, tapi bisakah anda ambil kembali uang anda, dan biarkan saya kembali bekerja?" Ezzy mendongak menatap Devan. Devan ini adalah pria yang tadi tanpa sengaja terkena tumpahan minuman dari Ezzy.
Devan mengerutkan dahinya, gadis ini bicara apa pikirnya. Bukannya bersyukur sudah dia bebaskan, sekarang dia malah memohon kepada Devan agar mengambil uangnya kembali.
"Uang yang sudah ku keluarkan tidak bisa ku ambil kembali."
Jawaban Devan ini cukup membuat Ezzy paham, bahwa tidak akan ada lagi yang bisa ia lakukan untuk bebas dari Devan.
"A..aku mohon, lepaskan aku. Biarkan aku bekerja." Ezzy memegang kedua kaki Devan, dan dia menangis.
Devan memperhatikan keadaan di sekililingnya. Tidak ada orang untung saja. Bisa dikira dia macam-macam dengan gadis ini.
"Apa yang kamu pikirkan?" Devan bertanya karena dia juga bingung.
"Aku bebaskan kamu, dan kamu memohon untuk kembali? Kamu sudah tidak sayang pada dirimu?"
"Justru karena aku sayang pada diriku makanya aku ingin kembali, setidaknya di pub aku hanya bekerja sebagai pelayan saja tidak lebih, jika bersamamu, aku sudah pasti akan..."
"Kau bisu?"
Pikiran Ezzy terhenti karena Devan sudah berjongkok dihadapannya dan memandang matanya. Ezzy terpana dengan tatapan itu, hingga dia hanya dapat menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Jadi apa yang kamu pikirkan?" Devan bertanya dengan lembut.
"A..anda, mmmm.." Ezzy menggantungkan kalimatnya.
"Mmmm apa?" Devan mengikuti cara bicara Ezzy.
"Aku berpikir. Anda membeli ku." Ezzy menundukkan kepalanya setelah mengucapkan itu.
Devan menghela nafasnya, dan sekarang dia paham. Pantas saja gadis ini nampak sangat ketakutan.
"Anggap saja aku membelimu."
"Apa!" Ezzy terkejut dengan ucapan Devan.
"Berdiri." Devan memerintahkan Ezzy berdiri. Dan dengan patuh Ezzy melakukannya.
"Kamu berpikir seperti itu kan? Ya sudah anggap saja seperti itu." Devan berjalan, dan dia memberi isyarat agar Ezzy mengikutinya.
"Tapi.."
"Tidak ada pertanyaan." Devan memotong cepat ucapan Ezzy.
"Masuk." Devan membuka pintu penumpang dan dia membuat Ezzy masuk mau tidak mau.
Devan kemudian menjalankan mobilnya, memecahkan keheningan malam yang sudah menunjukkan pukul satu malam. Diliriknya Ezzy yang nampak memainkan jemarinya, Devan tersenyum samar.
"Ezzy?" Panggil Devan.
Ezzy terkejut, bagaimana pria ini mengetahui namanya, padahal dia belum memperkenalkan dirinya. Apakah pria ini paranormal, dia sengaja menyelamatkan Ezzy untuk dia jadikan tumbal.
"A..anda. Bagaimana tahu nama saya?" Ezzy bertanya gugup.
"Name tag."
Ezzy melengos dengan pandangan cengo. Dia kemudian melirik dada bagian kanannya, ada name tagnya disana.
"Namamu Ezzy?" Tanya Devan.
"Iya Ezzy." Jawab Ezzy dengan canggung.
"Mudah." Ucap Devan dengan tatapan yang masih fokus menyetir.
"Maaf?"
"Tolong Ezzy sungguh tidak mengerti disini" Rongrong suara hati Ezzy.
"Namamu itu pelesetan dari kata Easy, Ezzy. Artinya mudah."
Ezzy mengerjapkan kedua matanya. Bagaimana pria ini bisa tahu. Sungguh, tidak ada yang paham dengan nama Ezzy, dan pria ini bisa paham hanya dengan sekali tau.
"Alamatmu dimana?" Devan bertanya lagi.
"Di jalan anggur, didekat porvo, ada perumahan disana."
"Aku tidak pernah tau ada perumahan disana." Devan berucap heran.
"Anda akan tau nanti."
Devan melajukan mobilnya dengan arahan dari Ezzy. Ezzy sudah tidak terlalu takut terhadap Devan. Lagipula Ezzy sangat bersyukur pria aneh ini mau mengantarnya, jadi dia bisa menghemat biaya busway.
"Ini kau sebut perumahan?" Devan bertanya dengan tatapan menyelidik pada tempat tinggal Ezzy.
Ini sebuah gang, dengan nama jalan yang bahkan sudah memudar, gang ini tidak bisa dimasuki mobil, gang ini bisa dilewati dua motor, tapi tidak untuk mobil. Tidak ada penerangan sama sekali.
Devan lama bergelayut dengan pikirannya, hingga tanpa dia sadar Ezzy sudah berdiri disamping mobil, tepatnya disamping bagian penyupir.
"Terimakasih banyak sudah mengantar saya." Ezzy berucap dengan tulus. Kemudian dia berbalik dan melangkahkan kakinya.
"Tunggu!" Devan keluar dari mobilnya.
"Astaga apa lagi!" Rintih Ezzy didalam hati.
"Aku antarkan." Devan berlalu melewati Ezzy.
"Tidak. Tidak apa-apa aku bisa sendiri."
"Aku tidak pernah mau ditolak. Dan ingat, kamu berpikir aku membelimu kan? Jadi kamu milikku."
"Apa!" Ezzy menyamai langkahnya dengan Devan.
"Jangan bilang kamu lupa dengan pikiranmu sendiri." Ucap Devan lagi, dia sesekali memperhatikan jalan, takut-takut ada yang mencurigakan.
"Itu hanya perkiraan. Lalu sebenarnya kenapa anda harus repot menyelamatkan saya?" Ezzy bertanya dengan berani.
"Aku hanya iseng."
"Apa!"
Oke ingatkan Ezzy sudah berapa banyak dia ucapkan kata apa malam ini.
"Kamu tidak mau di anggap dibeli?" Tanya Devan lagi.
"Tentu saja tidak. Aku bukan wanita yang seperti itu, diberi uang lalu ditinggal seperti itu saja."
"Baik. Ku anggap kamu berhutang padaku."
Ezzy menghentikan langkahnya. Devan juga ikut berhenti.
"Mana tempatmu?" Tanya Devan heran, pasalnya dia hanya melihat tembok yang berlumut-lumut.
"Hutang?" Ezzy berucap lemah.
"Hmm, ya hutang. Kamu kan tidak mau di anggap dibeli. Jadi ya sudah anggap saja kamu berhutang padaku."
***
Ezzy mengerang frustasi dikamar kosnya yang terbilang kecil.
"Bodoh! Bodoh! Bodoh!" Ezzy menenggelamkan wajahnya kedalam bantal sampai terus merutuki kebodohannya.
Bagaimana bisa hidupnya berubah hanya dalam kurun waktu kurang dari 24 jam. Dan, pria itu. Iya pria aneh bernama Devan. Pria yang dengan sombongnya menyelamatkannya dengan alasan iseng.
"Lagipula apa maksdunya dengan membayar hutang dengan cara selalu ada disampingnya."
"Ishhhhhhhh!!!!!!"
Ezzy mengacak rambutnya frustasi. Hidupnya rumit, tidak semudah namanya yang berarti mudah.
Ditempat lain Devan nampak berdiri dibalkon apartemennya. Dia tersenyum ketika mengingat raut wajah kebinguang dari Ezzy.
"I found you, my Ezzy."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Of Love (Complete)
Romance#1 coldprince (090919) Yang menjadi takdirmu tak kan pernah melewatkanmu.. STORY OF DEVAN GEKAS Devan menemukan gadis itu club malam, gadis yang selama ini dia cari, gadis yang pernah berdiri disamping Devan, hanya kepadanya lah Devan yang dingin be...