22. One Day, Without You

487 33 2
                                    

Devan membawa Alana untuk memasuki toko kue langganan wanita itu. Alana yang sedang hamil empat bulan sangat menyukai makanan manis dan juga sangat suka pergi bersama Devan daripada Rayhan.

Setelah merengek begitu banyak kepada Devan, akhirnya mau tidak mau Devan bangkit dari kasurnya dan pergi menemani Alana. Hanya bermodalkan celana kain sepanjang lutut dan kaos oblong berwarna putih, Devan berdiri disamping Alana dan menjawab dengan sabar segala pertanyaan kakak iparnya.

"Dev, bagaimana kalau aku beli makaroni?" Tanya Alana.

"Silahkan beli," Balas Devan dengan enggan.

"Dev! Mengapa kamu jawab begitu, seharusnya kamu memberikan jawaban yang bisa membantu kakak," Ujar Alana protes.

"Maaf," Balas Devan lagi dengan lelah.

Lama Alana memilih dan memperhatikan, namun dia belum menentukan pilihannya. Devan sendiri hanya memilih diam seribu bahasa sampai matanya menangkap dua sosok yang berdiri tidak jauh darinya dan Alana.

Itu Ezzy dan Raznaji, Ezzy nampak baik-baik saja dengan senyum yang terus mengembang di bibirnya. Devan tersenyum miris kemudian, dia menghabiskan malam untuk merasa bersalah karena kejadian di masalalu yang menimpa kedua orangtuanya dan saudari tiri Ezzy, dan Ezzy nampak begitu baik di mata Devan.

"Dev, bagaimana dengan kue Stoberry nya?" Tanya Alana lagi.

"Kakak beli saja semua jika kakak bingung, aku akan membelikanmu apapun hari ini," Ujar Devan dengan nada suara geram, setelah apa yang dia dengar dari mulut Raznaji bahwa dia akan membelikan apapun untuk Ezzy, hal itu tiba-tiba membuat Devan menjadi begitu kesal.

"Ada apa dengamu? Kakak bisa beli sendiri," Balas Alana.

"Tidak, aku yang akan bayar hari ini, jadi pilih saja yang kakak mau," Ujar Devan memaksa.

"Baik, kakak pilih dulu," Balas Alana dengan bingung.

Devan menghela nafasnya dengan kasar, dia membelakangi Alana yang masih sibuk melihat-lihat. Seketika, pandangannya jatuh menatap Ezzy yang juga menatapnya. Devan menangkap keterkejutan dalam tatapan Ezzy, sedangkan Devan hanya menatap dengan datar dan kejam.

Pandangan mereka terputus ketika dia mendengar Alana yang menyapa seseorang, kemudian dia melihat Raznajilah orang yang di sapa Alana dengan ramah.

"Kamu banyak membeli kue?" Tanya Alana sembari memperhatikan petugas toko yang mengambil alih kue Raznaji untuk di bungkus.

"Iya, adik saya berulang tahun hari ini," Jawab Raznaji dengan senyuman.

"Benarkah? Apa kamu ke sini bersamanya?" Tanya Alana lagi.

"Benar, saya datang bersamanya, dia duduk di sana menunggu saya," Tunjuk Raznaji ke arah Ezzy.

"Ah! Balita kecil yang manis itu," Tunjuk Alana ke arah balita yang duduk tidak jauh dari Ezzy.

"Bukan, gadis di sampingnya," Ujar Raznaji lagi.

"Aku seperti pernah melihatnya," Ujar Alana sembari menatap Ezzy dan berusaha mengingat-ingat.

"Ahhh! Dia..."

Ucapan Alana terputus karena Devan tiba-tiba menjepit kedua sisi pipi Alana dengan ibu jari dan jari telunjuknya, Alana mengerjapkan mata dengan bibir yang mengerucut karena jepitan jari Devan yang kuat.

"Devan?" Ujar Raznaji.

"Selamat malam," Balas Devan dengan masih menjepit wajah Alana agar wanita itu tidak bisa bicara.

Alana meronta, dan berhasil membebaskan diri.

"Ada apa denganmu, ini sakit!" Keluh Alana dengan kesal.

The Truth Of Love (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang