"Hidup adalah serangkaian keputusan-keputusan, kemungkinan-kemungkinan dan ketidakpastian"
(The Truth Of Love)
Devan melangkahkan kakinya begitu cepat, seolah-olah jika dia berhenti barang sedetik saja dia akan kehilangan segalanya, ya segalanya.
Suara langkah kaki Devan terdengar tergesa-gesa di lorong panjang yang ia lalui, matanya menyorot tajam, kedua tangannya mengepal kuat. Devan memaki dalam diam, dia berpikir sebenarnya dimana letak kesalahan yang ia lakukan pada pria licik, aneh dan menyebalkan itu.
Devan berhenti di ujung lorong dari rumah yang beberapa saat lalu ia masuki, ia memandang murka ke arah pintu berwarna putih pualam dengan ukir-ukiran yang dia tidak mengerti apa maksudnya, Devan memegang knop pintu tersebut dan membukanya dengan kasar.
"Apa yang kau inginkan!"
Begitu masuk Devan langsung mendekat dan mencengkram kerah baju milik Fahmi yang sedang duduk dengan santai di sofa, pria yang beberapa bulan lalu ia temui di club.
"Lepaskan aku!" Fahmi merenggut kasar tangan Devan agar terlepas dari kerah bajunya.
"Katakan apa maumu!" Devan melepaskan cengkramannya dengan tetap menyorot tajam.
"Bukan begini caranya bertamu ke rumah kawan Dev," Fahmi merapikan kerah bajunya sembari terkekeh.
"Dimana dia!" Tanya Devan, mengabaikan ucapan Fahmi sebelumnya.
"Siapa?" Tanya Fahmi dengan kedipan mata.
"Jangan main-main denganku, kau mengenalku kan?" Devan berucap dengan berat.
"Aku membelinya, seharga 300 juta, aku membelinya dengan harga yang lebih mahal darimu."
"Brengsek! Dia bukan gadis yang bisa kau permainkan! Mana dia! Aku bisa membuatmu sekarat sekarang!" Devan kembali meraih kerah baju milik Fahmi, membuat wajah pria itu memerah karena kesulitan bernafas.
"Kau sepertinya tidak mengenalku dengan baik," Ujar Devan dengan dingin tepat di hadapan wajah Fahmi yang semakin memerah.
Fahmi berhasil meronta dan melepaskan cengkraman Devan kepadanya, dia terbatuk dan berusaha menghirup oksigen sebanyak mungkin.
"Kau benar-benar ingin membunuhku!" Teriak Fahmi.
"Aku menyelamatkannya brengsek! Seandainya aku tidak membelinya dia mungkin sudah jadi milik Raznaji, kau benar-benar tidak mengenal ku Dev," Lanjut fahmi
"Raznaji?" Devan berusaha mengingat pria itu.
"Apa! Kau ingat dia! Kau mau dia dibeli Raznaji apa sahabatmu sendiri. Dasar pria brengsek!" Fahmi memandang Devan dengan murka, lagipula memang salahnya yang bercanda saat menelpon Devan bahwa dia membeli Ezzy dan akan bersenang-senang dengan gadis itu.
"Maafkan aku," Ujar Devan sembari terduduk dengan lesu di Sofa.
"Menyesal? Kau tadi hampir membunuhku! Kau tidak pernah percaya denganku! Aku membencimu!" Fahmi melipat kedua tangannya di depan dada.
"Lagipula siapa yang akan percaya dengan pria maniak seks sepertimu," Ujar Devan dengan santai.
"Aku memang gila sih, tapi aku paham siapa yang pantas dan tidak."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Of Love (Complete)
Romansa#1 coldprince (090919) Yang menjadi takdirmu tak kan pernah melewatkanmu.. STORY OF DEVAN GEKAS Devan menemukan gadis itu club malam, gadis yang selama ini dia cari, gadis yang pernah berdiri disamping Devan, hanya kepadanya lah Devan yang dingin be...