Suara derap langkah dari runcingnya sebuah hak sepatu yang berjalan menuruni tangga membuat John serta putranya Jordan berdiri menegakkan tubuh mereka dengan tangan yang bergandengan satu sama lain.
Jika John memilih untuk mengigit lidahnya agar suara tawanya tidak keluar, Jordan memilih menggembungkan pipinya agar tawa lebarnya tidak terlihat. Mereka terlihat sama-sama antusias menyambut wanita yang paling mereka cintai di dunia ini.
“ kalian mau mencoba mentertawakan aku?” Anna melotot dengan garang pada dua pria di hadapannya lalu berjalan angkuh menuju ruang tamu
“ tidak ibu! Kau cantik! Ibuku Tathiana adalah wanita yang paling cantik diseluruh dunia!” ucap Jordan dengan senyum tulus memuji sang ibunda tercinta.
“ Putraku benar! Tapi Anna kalau boleh aku sarankan apakah konde di kepalamu itu tidak kebesaran” John berkata dengan hati-hati
Anna menghentikan langkahnya, terlihat jadi tidak percaya diri. Lalu mematut bayangan dirinya pada sebuah cermin besar di ruang tengah rumah mereka sebelum menuju ruang tamu. Melihat dirinya dengan ukuran tubuh yang termasuk kategori pendek untuk ukuran seorang wanita. Bokong yang besar karena sudah melahirkan dua orang jagoan, Dada yang besar karena ulah suaminya setiap malam, dan kini ditambah konde rambut pada kepalanya yang memang.. well cukup besar!
“ ini dinamakan konde pejabat! Istri-istri para anggota Parlemen selalu memakainya pada setiap acara. Lagian aku ini kan istri dari Ketua Parlemen, jadi konde ku harus lebih besar dari para istri yang lainnya. Dan ini kan sedang sangat popular, masa kau tidak tahu!” Anna berdecak sebal
“ aku lebih suka dirimu yang mungil Anna, tanpa ada yang terlihat berlebihan seperti itu! Cukup dada dan bokongmu saja yang besar, kepalamu jangan sampai ikutan besar karena konde itu!” tandas John
Sementara dalam lima belas tahun kehidupannya, Jordan semakin paham betul sifat ibunya yang lucu seperti ini, pantas saja ayahnya amat mabuk kepayang dengan sang ibu. Jordan yang melihatnya saja rasanya setiap hari semakin sayang. “ Ibuku Tathiana adalah wanita yang paling cantik di seluruh dunia, tapi pasti akan lebih cantik lagi jika menjadi dirinya sendiri!”
“ nah itu maksudku!” seru John semangat menatap putra kebanggannya
“ lalu aku harus bagaimana? Lihat acara mulai jam 7 tapi ini sudah jam 6 dan kita belum berangkat juga! Aaarrrgghhh!” seperti biasa Anna mulai terlihat tidak bisa mengontrol emosinya, membuat Jordan terkikik geli.
John pun inisiatif berjalan kearah istrinya, lalu memeluknya erat. Sangat erat. Sembari tetap memeluk istrinya, tangannya perlahan mulai membuka jepit-jepit rambut yang menahan setiap helai rambut istrinya dalam bentuk konde tersebut. Selesai dengan tugasnya, John pun melepaskan pelukannya, lalu mulai berkonsetrasi merapihkan rambut bergelombang istrinya yang telah tergerai dengan sempurna.
“ kau lebih cantik jika seperti ini! Istriku Tathiana Rahadiningrat yang sangat aku cintai hidup dan mati” tatapan mata John yang kelewat mesra, membuat Anna salah tingkah.
“ benarkah?” Anna bersungut tidak percaya
John berdehem, terlihat sekali lagi berusaha menilai Anna dengan penampilan rambutnya yang tergerai. “tidak juga sih.. mungkin akan jauh lebih cantik jika tidak memakai busana”
Pipi merona istrinya membuat John semakin gemas, lalu kemudian menjentukkan hidung mancungnya kepada hidung istrinya. Dan berciuman beberapa kali. Seolah tak memedulikan sepasang mata yang menghela nafas menatap mereka.
Bagi Jordan, sejak ia lahir ia tahu bahwa ia boleh berbangga hati memiliki ayah dan ibu seperti kedua orangtuanya. Ibunya yang cerdas dan tegas. Dua sifat yang untungnya menurun kepadanya. Lalu ayahnya yang tampan seperti dirinya, dengan seringai jahil dan kepandaian merayu yang juga menurun kepadanya. Ayahnya adalah sosok panutan utama bagi seorang Jordan Travoltra sejak kecil, dia sangat menggilai sosok sang ayah. Sampai detik ini pun, ia terus mengamati bagaimana sikap ayahnya ketika memperlakukan ibunya, sikap yang tentunya akan ia praktekan kepada calon istrinya suatu hari nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy 4 You Happy 4ever
RomanceTidak ada manusia yang sempurna, pepatah itulah yang akhirnya membuat saya menciptakan empat karakter berbeda dengan segala kekurangan dan kelebihan mereka masing-masing. Sekali lagi, mereka berempat tidak sempurna dan tidak akan pernah menjadi semp...