Jordan tengah serius memeriksa berkas-berkas miliknya ketika ponselnya berbunyi untuk yang kesekian kalinya. Dan nama Danielle tertera disana, membuat Jordan menghela nafas. Sosok wanita yang telah dianggap seperti adik kandung dengan usia terpaut lima tahun lebih muda darinya dan kini duduk dibangku kelas 2 sekolah menengah pertama tersebut seolah tak menyerah untuk menelepon.
“ dasar anak manja!” gumam Jordan pelan, sambil memasukkan kembali ponsel tersebut di sakunya dan mengabaikan getaran ponsel pertanda Danny masih terus menghubunginya.
“ jadi apa kau sudah yakin dengan keputusanmu Jordan Travoltra?” pertanyaan Guru Bimbingan Konseling membuat Jordan menengadahkan wajahnya menatap sosok guru yang sudah setahun ini menjadi orang kepercayaannya ketika di sekolah dalam hal mendiskusikan cita-citanya.
“ sangat yakin Bu!” jawab Jordan cepat dan begitu tegas
“ seperti biasanya, Jordan yang penuh dengan kepercayaan diri. Kau sangat mirip dengan ayahmu! Kau tahu saat dulu beliau masih seusia denganmu, beliau juga berkonsultasi denganku ketika akhirnya memutuskan untuk menuntut ilmu ke Cambridge!”
“ dan kurasa Ayahku tidak salah memasukkan aku ke sekolah ini. Karena aku bisa bertemu dengan seorang guru yang berhati mulia sepertimu!” puji Jordan
“ hahaha… baiklah selamat menempuh pendidikan Akademi Militer-mu! Meski ada banyak universitas dengan jurusan terbaik diluar sana yang menantimu, tapi aku percaya kau akan jauh lebih gemilang dengan apa yang menjadi pilihanmu!”
“ terimakasih.. sekali lagi aku ucapkan terimakasih” balas Jordan tersenyum sopan, lalu tak lama ia pun pamit undur diri. Sementara sang ibu guru mengantarnya sampai ke pintu ruang guru yang sejak tadi tertutup.
Sampai akhirnya samar-samar Jordan mendengar suara pengindera api dari kejauhan. Pria itu tampak mengerutkan keningnya seolah berpikir.
“ suara apa itu?” tanya Jordan pada gurunya
“ oh itu.. suara alarm kebakaran! Di gedung sebelah, anak-anak sekolah menengah pertama sedang melakukan simulasi kebakaran… kau juga dulu mengalaminya kan. Biasanya yayasan akan melakukan simulasi kebakaran secara dadakan, gunanya adalah untuk mengantisipasi kesiapan siswa seandainya terjadi kebakaran didalam gedung”
Nafas Jordan tercekat mendengar penuturan guru dihadapannya tersebut. ia meremas saku celana tempat dimana ponselnya berada dengan wajah penuh penyesalan, sebelum akhirnya bergegas keluar dari ruang guru dengan berlari secepatnya menuju gedung sebelah tempat dimana para siswa sekolah menengah pertama tengah mengikuti simulasi kebakaran.
“ Sial! Danielle kau selalu membuatku bertindak seperti orang gila!” gerutu Jordan sambil mempercepat langkahnya. Tak dihiraukannya lagi berkas-berkas miliknya yang berjatuhan begitu saja dilantai, sementara gurunya menatap kepergiannya dengan wajah penuh tanya.
**
“ aku benci pelajaran olahraga!” ucap Danny sambil menatap bayangan wajahnya pada cermin toilet dihadapannya.
Hari ini adalah jadwal pelajaran olahraga dan kebetulan Gurunya akan mengambil nilai atletik. Itulah kenapa Danny memilih bersembunyi didalam toilet selama pelajaran olahraga berlangsung. Dia tahu dia hanya akan menjadi bahan olok-olok teman-temannya jika sedang mengambil nilai atletik. Itu karena gerakannya yang lambat ketika berlari.
Bukan berat tubuhnya masih sebesar dulu saat masih kanak-kanak. Danny remaja sudah jauh lebih mengecil, meski tetap saja dia belum bisa disebut kurus dan ideal seperti Mama yang begitu dikaguminya.
Toilet tersebut tampak sepi, hanya ada dirinya saja dan itu cukup membuat Danny bingung harus menghabiskan waktu dengan melakukan apa, karena perlahan ia mulai bosan. Sekilas ia melirik pada ponselnya, lalu tersirat sebuah nama yang cukup ia rindukan karena kesibukan pria itu akhir-akhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy 4 You Happy 4ever
RomansaTidak ada manusia yang sempurna, pepatah itulah yang akhirnya membuat saya menciptakan empat karakter berbeda dengan segala kekurangan dan kelebihan mereka masing-masing. Sekali lagi, mereka berempat tidak sempurna dan tidak akan pernah menjadi semp...