BAB 7 - A Bad Thing

39.3K 2K 80
                                    

Sebuah SUV hitam melaju dengan kecepatan penuh pada bahu jalan ibukota, terus menyalip mobil-mobil disekelilingnya seolah sedang memburu waktu. Dan memang begitulah adanya.

“ bisa ditambah kecepatannya lagi Pak?” tanya Jessica pada sang supir yang sedang begitu berkonsentrasi menyetir.

Supir tersebut melirik kearah majikannya melalui kaca spion, dengan wajah penuh penyesalan mulai menjawab. “mohon maaf Nyonya Jessica, saya khawatir jika saya menambah kecepatan maka bukan hanya keselamatan kita yang terancam, tapi juga keselamatan mobil lain. Jika sesuatu yang buruk terjadi dengan Nyonya, saya yakin Tuan Michael tidak akan memaafkan saya seumur hidupnya”

Jess mengangguk paham, dan akhirnya lebih memilih menatap kaca-kaca jendela di sisinya. Kaca-kaca jendela yang seolah memerangkap dirinya di dalam mobil. Seperti hidupnya yang seolah terpenjara pada ruang yang begitu sempit. Membuatnya mendesah pilu.

Tidak pernah ada dalam rencana hidup seorang Jessica bahwa ia akan menikah usia di yang sangat muda. 21 tahun. Tapi saat itu dia memang tidak punya pilihan lain. Setelah bermacam peristiwa yang telah menimpa dirinya, dan terakhir cabang bayi yang terus tumbuh dalam rahimnya. Tak ada lagi alasan untuk tidak menikah. Lagipula ia akan menikahi pria yang sangat ia cintai. Seseorang yang tampan bermata biru, cerdas, kaya raya, baik hati, sopan, bijaksana, bertangggung jawab serta ribuan sifat baik lainnya. Dan yang terpenting pria itu juga mencintainya. Membuat hidup Jessica terlihat sangat sempurna, sehingga sering menghasilkan tatapan iri para mahasiswi lain di Royal University kala itu.

Namun seiring berjalannya waktu, kesempurnaan itu perlahan memudar. Jessica dengan kepribadian yang bebas, penuh semangat berjuang, dan pekerja keras harus rela menghabiskan hidup untuk mendampingi suaminya yang tradisional, kaku dan sangat protektif. Ia harus rela mengenyampingkan segala keinginan dan cita-citanya, untuk menghindari pertengkaran demi pertengkaran yang kerap terjadi diantara mereka. Akibat dari idealisme suaminya yang begitu tinggi. Atas nama cinta, untuk itulah ia masih mencoba bertahan.

“ sudah sampai Nyonya Jessica!” seruan sang supir menyadarkan Jessica dari lamunannya, menatap hampa pada rumah besar yang telah ditinggalinya lebih dari sepuluh tahun bersama keluarga kecilnya.

Jessica memutuskan berlari keluar dari mobil yang baru saja diparkir di halaman depan Kediaman Lewandowski oleh supirnya. Sesekali ia melirik pada jam di tangannya. 20:59! Belum sampai jam 9 malam dan ia telah berhasil sampai dirumah. Keadaan di ruang tamu telah sepi menandakan bahwa penghuni rumah telah masuk kedalam kamar masing-masing. Mungkin putri sulungnya Danny kini juga sedang berada di dalam kamar untuk belajar, sedangkan Kevin putranya mungkin sudah tidur dikamarnya. Entahlah Jessica tidak tahu.

Jess membuka pintu kamar utama rumahnya tanpa suara. Suasana kamar begitu gelap, membuat Jess segera mencari saklar lampu untuk menyalakannya. Dan tak lama kemudian, sosok yang ia cari sejak tadi pun berada disana, duduk dengan penuh wibawa dan tenang, terlihat sedang menunggunya.

“ jam 9 lewat 2 menit!” ucap Mike tanpa ekspresi

“ aku tidak terlambat Mike, tadi aku tiba pukul 20:59!” sanggah Jess

“ kau terlambat sampai di kamar!” gerutu Mike. “kau tidak sempat mengecek pekerjaan sekolah Danny dan Kevin! Lalu apa kau tahu tadi Kevin berkelahi dengan temannya disekolah hingga terjatuh dan mendapatkan dua jahitan pada pelipisnya! Dan apa kau tahu, belakangan ini Danny selalu terlambat sampai dirumah karena anak itu main dulu entah kemana.. sebagai seorang ibu, tak inginkah kau mengetahui aktivitas apa saja yang dilakukan anak-anakmu seharian?”

“ kan sudah ada pengasuhnya! Itu tugas mereka untuk mengawasi!” jawab Jess asal, efek dari rasa lelah yang menderanya karena pekerjaan dikantor.

Happy 4 You Happy 4everTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang