Diva meregangkan ototnya yang seketika begitu rileks, tatkala sentuhan telapak tangan suaminya menyentuh lembut punggungnya, menyabuninya. Harum aroma musk semakin tercium dari sabun yang dituangkan oleh Dave ke telapak tangannya untuk kembali memandikan Diva.
“ balikkan tubuhmu, sayang!” perintah Dave, Diva menurut.
“ kau tidak ingin masuk kedalam sini dan bergabung bersamaku?” tanya Diva pada Dave, yang masih terus menyabuni bagian depan tubuh Diva dengan hati-hati. Pria itu tengah duduk di pinggir bathub, dengan bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana kantornya. Dave amat berkonsentrasi menyabuni tubuh Diva, meski sesekali ia menyadari bentuk buah dada istrinya yang tampak lebih besar dan berisi, ditambah dengan pinggulnya yang sedikit melebar dari yang terakhir diingatnya.
“ kau jelas tau aku akan lebih dari sekedar memandikanmu, jika bergabung kedalam sana. Dan jelas aku tidak mau, apalagi melihat wajahmu yang semakin pucat!” kini Dave mulai membantu Diva membilas tubuhnya dari busa-busa sabun hingga bersih. “ awalnya kupikir wajahmu pucat karena hasil alat tes kehamilan tadi tapi ternyata begitu kita selesai berhubungan wajahmu malah semakin pucat, membuatku semakin takut saja! Ditambah kau memaksa untuk mandi, meski aku melarangmu!” Dave menggeram kesal, namun tetap dengan hati-hati membimbing Diva keluar dari bathub untuk mengeringkan tubuhnya dengan handuk.
“ kita tadi sangat berkeringat, aku merasa aku harus mandi! Dan asal kau tahu, aku ini baik-baik saja Dave! Kau terlalu berlebihan memperlakukan aku” jelas Diva ketika Dave kini membantunya memakaikan bathrobe, lalu tak lama mereka pun berjalan keluar dari kamar mandi.
Diva duduk di pinggir tempat tidur, sementara Dave menuju lemari untuk mengambil pakaian milik Diva. Ketika Dave kembali berjalan menuju Diva, saat itulah ia melihat Diva tengah mengelus perutnya yang rata seolah merindukan sesuatu didalam sana. Wajahnya menunjukan kesedihan yang mendalam, dan itu membuat Dave semakin pilu menatap istri yang dicintainya.
“ kita harus bersabar, aku yakin kau akan segera hamil. Bukankah kita selama ini sudah berusaha keras!” ucap Dave memegang bahu Diva berusaha untuk menenangkan.
“ Dokter bilang keadaanmu sehat, kualitas sperma mu juga sangat baik. Dan saat aku bertanya bagaimana dengan keadaan rahimku, Dokter tak mengatakan apapun. Hanya menyuruhku banyak beristirahat. Itu tandanya ada yang salah dengan rahimku, begitu kan?” Diva berkata dengan getir, tanpa terasa airmata menetes dari kedua sudut matanya.
Melihat istrinya kini menangis, membuat Dave akhirnya berlutut di depan istrinya tersebut. Menggenggam kedua tangan Diva untuk menguatkannya. Atau mungkin lebih kepada menguatkan dirinya sendiri, bagaimanapun bagi Dave airmata Diva adalah satu-satunya hal yang paling mampu menyiksa dirinya.
“ tidak ada yang salah denganmu!” seru Dave, mendongakkan wajah Diva yang sedari tadi menunduk agar menatap dirinya. “ kau adalah wanita yang sangat sempurna. Istriku yang tak memiliki suatu kekurangan apapun! Aku yakin kau akan hamil, hanya waktunya saja yang belum! Percayalah…”
“ kau sudah mengatakan itu sejak tiga tahun lalu Dave!” tangis Diva semakin pecah
“ sabar… atau mungkin itu artinya kita harus berusaha lebih giat lagi” Dave berusaha untuk menggoda, tapi sepertinya ia tak berhasil karena istrinya masih saja menangis.
“ bagaimana ini, aku gagal mewujudkan keinginanmu untuk mengisi rumah ini dengan banyak anak-anak kecil”
“ sudah ada Dava! Dan ada kau! Kalian berdua sudah lebih dari cukup untukku. Aku bahkan masih tidak percaya jika Tuhan memberikan kalian berdua dalam hidupku, mengingat aku bukanlah jenis orang yang baik di masa lalu”
“ tapi kau ingin punya anak banyak kan! Aku tau itu!”
“ Divaaa... aku tidak akan memaksakannya. Yang terpenting adalah kebahagiaanmu, kebahagiaan Dava. Kebahagiaan kalian adalah kebahagiaanku! Jika memang kita ingin punya banyak anak, kita bisa mengangkat anak sebanyak apapun yang kita inginkan. Untuk membuat rumah ini menjadi ramai, bagaimana mudah bukan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy 4 You Happy 4ever
RomanceTidak ada manusia yang sempurna, pepatah itulah yang akhirnya membuat saya menciptakan empat karakter berbeda dengan segala kekurangan dan kelebihan mereka masing-masing. Sekali lagi, mereka berempat tidak sempurna dan tidak akan pernah menjadi semp...