Suasana kota Paris cukup sepi di sore itu. Seorang pria terduduk di bangku taman sembari menatap langit berwarna oranye tersebut. Menikmati suasana sepi dan angin berhembus pelan yang menjadi favoritnya. Ia sangat menyukai suasana seperti ini sejak dulu, namun entah kenapa hari ini terasa sangat suram untuknya.
Tangannya merogoh kantung celananya dan mengambil ponsel dari dalamnya. Melihat banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari sahabat-sahabatnya. Ia meletakkan ponselnya di kursi taman. Lalu bangkit dan mengambil tas biola yang dibawanya sejak tadi. Lalu ia mengeluarkan isinya dan memainkan alat musik favoritnya itu dengan posisi membelakangi tempat duduknya barusan.
Nada-nada yang menyayat hati tercipta dari benda mati tersebut. Menggambarkan suasana dan perasaan sang Violinis yang tengah dirasakan olehnya. Pria itu memainkan biolanya tanpa menyadari bahwa ada orang lain selain dirinya yang memperhatikannya bermain biola.
Hampir satu jam berlalu, dan saat itu juga sang pria baru menyadari bahwa ada seorang gadis yang tengah duduk di kursinya dan memperhatikannya sejak tadi.
"Permainanmu menyedihkan.."Ujarnya. Pria itu mengernyitkan dahinya dan menatap gadis itu tak suka.
"Kalau menyedihkan, untuk apa kau dengarkan? Aku tidak pernah menyuruhmu mendengarkan permainanku."Balas pria itu sarkastik.
"Maksudku bukan seperti itu-! Lagu yang kau mainkan terdengar sangat menyedihkan.."Gadis itu dengan panik membenarkan kalimatnya.
"Namamu Huaze Lei bukan?"Tanya gadis itu, berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Kau tahu aku?"Pria itu meletakkan biolanya di tasnya sambil menunggu balasan dari gadis itu.
"Kita baru saja bertemu di rapat tadi. Presentasimu barusan benar-benar mengagumkan. Kuharap aku tak salah bekerja sama dengan perusahaanmu."Ujar gadis. Huaze Lei terdiam sejenak untuk mengingat siapa gadis yang ada di hadapannya ini.
"Li Xiaoyi?"Sang pemilik nama mengangguk. Dan tiba-tiba saja ponselnya berdering. Ia segera mengangkat teleponnya dan menjauhi Huaze Lei. Ia berbincang cukup lama dengan orang yang berada di seberang telepon. Setelah 10 menit ia kembali dan melihat pria pemain biola itu sedang melakukan Video Call dengan 3 orang pria. Namun ia tidak terlalu memperhatikan, karena merasa tidak mengenali wajah-wajah itu. Atau lebih tepatnya tidak peduli.
"Huaze Lei. Aku pergi dulu. Sampai jumpa di lain waktu."Ujar Xiaoyi setelah pria itu mematikan Video Callnya. Huaze Lei mengangguk pelan, dan Xiaoyi pun meninggalkan tempat itu. Dan ia kembali terdiam sembari menikmati angin sore di taman itu.
⚜ Love is Exists ⚜
"Hei, kau ke tempat ini lagi?"Xiaoyi menatap Huaze Lei yang berada di taman, tepat di tempat duduk yang sama. Ia sudah lima kali ke tempat ini dan ia juga menemukan Lei duduk di tempat itu untuk kelima kalinya.
"Aku menyukai tempat ini. Tempat ini sepi dan tidak terlalu banyak orang."Jawabnya sambil menatap langit.
"...."Keduanya terdiam cukup lama tanpa ada yang membuka percakapan. Tak satupun dari keduanya berniat memecahkan keheningan. Sampai pada akhirnya suara ponsel yang berasal dari ponsel Xiaoyi menjadi pemecah suasana hening tersebut. Dengan segera Xiaoyi langsung mengangkat telepon yang menjadi sumber suara tersebut.
"Ada apa kak Chun?"Xiaoyi mendengarkan ucapan pria di seberang telepon, dan wajahnya mendadak terlihat sedih. Namun dengan cepat juga ia menutupinya dengan wajah datar.
"Baiklah.. Besok pagi aku akan mengabari kakak."Ia mematikan teleponnya dan melihat ke arah Huaze Lei yang juga sedang menatapnya.
"Li Chun?"Tanya Huaze Lei singkat. Xiaoyi mengangguk kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DISCONTINUE] Love Is Exist [Meteor Garden 2018 Fanfiction]
Fanfiction"Jangan pernah menahan tangismu Lei. Semakin kau menahannya, terasa semakin berat beban yang ada di pundakmu."Gadis itu menatap pria di hadapannya. Pria di depannya menatap ke arah lain, tak ingin menunjukkan matanya yang sudah berkaca-kaca. "Kau ta...