Meilin memainkan ponselnya dengan bosan. Sudah lewat 10 menit, namun belum ada dosen yang masuk ke kelas. Namun baru saja ia menggerutu dalam hati, dosen Fu datang bersama seorang senior yang membuat satu ruangan tersebut menjerit-jerit. Lebih tepatnya para perempuannya.
"Selamat pagi semua. Hari ini kalian semua ada ujian praktek mendadak."Jeritan tersebut berubah menjadi keluhan. Semua mahasiswa dan mahasiswi mengeluh karena ujian yang diadakan secara mendadak tersebut.
"Dan ujian kali ini akan di nilai oleh senior kalian, Huaze Lei. Jadi berusaha lah bermain sebaik mungkin karena kami akan memberi hadiah bagi murid yang mendapat nilai terbaik."Lanjut dosen Fu.
"Bagaimana untuk lagu dan instrumen yang akan dimainkan?"Tanya salah satu mahasiswa.
"Untuk lagu, kalian bebas untuk memilih. Dan instrumennya sesuai dengan major kalian. Kalian punya waktu 10 menit untuk menyiapkan lagunya."Jawab Huaze Lei dengan wajah flat. Para perempuan disana pun segera mendiskusikan lagu yang akan mereka mainkan. Berbeda dengan Meilin yang duduk sembari menyiapkan lagu dengan tenang. Huaze Lei mendekati Meilin dan memperhatikan apa yang gadis itu lakukan.
"Kau sudah menyiapkan lagunya?"Tanya Huaze Lei. Meilin menatap sang empunya suara.
"Sepertinya sudah. Aku berniat memainkan lagu Say Something dari The Great Big World."Ujar Meilin. Jarinya mengetuk-ngetuk meja sesuai dengan imajinasinya.
"Boleh juga, pilihanmu cukup bagus. Tapi bagaimana kalau aku menantangmu memainkan lagu lain?"Ujarnya sambil tersenyum tipis. Meilin menatapnya dengan tatapan penasaran.
"Apa itu?"
"The Tenderness Behind Flower yang dinyanyikan oleh Darren Chen."Meilin menatapnya heran.
"Aku belum pernah dengar lagu itu."
"Coba dengarkan saja. Kalau kau memainkannya saat penilaian nanti, kuanggap kau menerima tantanganku."
"Apa yang akan kudapat kalau aku bisa memainkannya?"Tanya Meilin pada pria yang lebih tua darinya itu.
"Aku akan memberimu hadiah."Mendengar kata-kata ambigu tersebut, Meilin sempat ragu. Namun pada akhirnya ia mengangguk dan menerima tantangan Huaze Lei.
.
"Baiklah, untuk nilai praktek akan diumumkan besok pagi di papan pengumuman. Terima kasih. Kelas bubar."Dosen Fu pun meninggalkan kelas bersama Huaze Lei. Meilin pun menghela nafas keras. Ia nyaris menyesali keputusannya untuk mengiyakan tantangan seniornya itu. Lagu tersebut tidak terlalu sulit, namun ia tidak pernah mendengar lagu tersebut sebelumnya. Sehingga ia perlu lebih dari 20 menit untuk menghafal seluruh lagu tersebut dan membawakannya dengan perasaan. Ia sampai mencuri-curi waktu untuk mendengar lagu tersebut di U-tube selama murid lain masih melakukan ujian mereka.
Setelah beristirahat di tempat duduknya, ia melangkah keluar kelas dan nyaris saja bertabrakan dengan seorang pria yang sudah sering ia jumpai belakangan ini.
"Hey, apa kau lihat Xiaoyi?"Tanya pria na- Dao Ming Shi. Meilin yang tak di merasa dipanggil tidak menghiraukan Dao Ming Shi. Meskipun sebenarnya dia tahu kalau dialah yang dipanggil olehnya.
"Meilin! Hey!"Panggilnya lagi dengan nada kesal. Meilin pun berbalik dengan wajah polosnya.
"Kau memanggilku?"Tanyanya.
"Tentu saja bodoh, memangnya siapa lagi yang kupanggil? Tidak ada orang lain selain kau disini!"Ujarnya dengan kesal.
"Yayaya, jadi?"
"Kau-!"
"Aku tidak melihatnya sejak pagi tadi. Jadi cari sendiri saja~"Meilin melangkah menjauh dari seniornya tersebut. Dan ia pun melihat ada Shancai dan teman-temannya sedang berjalan bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DISCONTINUE] Love Is Exist [Meteor Garden 2018 Fanfiction]
Fanfiction"Jangan pernah menahan tangismu Lei. Semakin kau menahannya, terasa semakin berat beban yang ada di pundakmu."Gadis itu menatap pria di hadapannya. Pria di depannya menatap ke arah lain, tak ingin menunjukkan matanya yang sudah berkaca-kaca. "Kau ta...