-1-

8.7K 440 15
                                    

Seoul, 2010

Kota Seoul merupakan salah satu kota yang maju dari segi ekonomi maupun teknologi. Namun, di salah satu bagian ujung kota ini masih terdapat perumahan-perumahan kumuh yang belum banyak diketahui oleh orang-orang. Ada sebuah jalan kecil dengan puluhan anak tangga sepanjang perumahan itu. Rumah-rumah di sana tampak sudah tua, berbeda dengan rumah-rumah mewah di pusat kota.

Jika terus mengikuti jalan kecil itu, di ujung jalan ada sebuah rumah sederhana yang memiliki gerbang depan berwarna coklat, yang catnya sudah mengelupas. Ketika memasuki gerbang, ada sebuah halaman yang tak terlalu luas dan berisi dengan beberapa pohon serta tanaman. Sebuah tempat duduk yang cukup luas diletakkan di halaman itu, dan biasanya digunakan untuk duduk dan makan bersama ketika si pemilik sedang berkumpul dengan keluarga atau temannya.

Di dalam rumah, seorang anak berusia 14 tahun tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk sang adik yang 4 tahun lebih muda darinya. Anak itu, Min Yoongi, mulai berteriak memanggil adiknya yang sejak tadi tak kunjung bangkit dari ranjangnya.

"Taehyung - ah! Cepat bangun atau akan kuseret kau ke kamar mandi!" ucap Yoongi sengaja mengeraskan suaranya agar Taehyung bangun.

Namun nyatanya panggilan dan ancaman itu tak berpengaruh bagi Taehyung. Dia masih setia memeluk guling kesayangannya tanpa merasa terganggu. Anak itu hanya bergerak untuk berbalik posisi, memunggungi pintu kamarnya.

"Aish, jinjja!" umpat Yoongi kesal karena sudah keempat kalinya dia membangunkan Taehyung namun anak itu masih belum bangun.

Setelah selesai menyiapkan sarapan di meja makan, Yoongi segera masuk ke kamar sang adik sekaligus kamarnya. Yoongi menyibak dengan kasar selimut yang menutupi tubuh Taehyung.

"Taehyung - ah, cepat bangun. Kita bisa terlambat ke sekolah jika kau terus-terusan tidur!" omel Yoongi.

Taehyung sebenarnya sudah bangun dan mendengar semua omelan Yoongi. Hanya saja dia masih enggan membuka mata atau bahkan bangkit dari ranjangnya.

Yoongi diam karena merasa kesal. Dia tahu betul bahwa Taehyung sudah bangun dan hanya berpura-pura tidur. Kini Yoongi memasang ekspresi dinginnya. Masih menunggu sang adik untuk bangun.

Taehyung yang merasa keadaan terlalu sepi, segera menyadari jika situasinya sudah tak baik. Dia tahu dengan pasti bahwa Yoongi sekarang kesal dan ekspresi wajah Yoongi yang mengerikan sudah bisa dia bayangkan. Akhirnya anak itu menyerah dan membuka matanya. Hal pertama yang dia lihat adalah ekspresi dingin Yoongi.

Taehyung bangkit dan duduk sambil mengucek matanya. Berpura-pura tak bersalah meskipun dia tahu bahwa dirinya telah membuat Yoongi kesal pagi ini.

"Aku tak mau ke sekolah. Aku sedang tak enak badan, Hyung" lirih Taehyung memelas sambil menatap Yoongi, menunggu respon apa yang akan diberikan oleh kakaknya.

Yoongi menghela napas berat. Dia tahu dan sudah sangat hapal dengan tingkah Taehyung yang seperti ini. Taehyung hanya berpura-pura sakit. Itu hanya sebuah alasan yang selalu ia gunakan jika sedang tak ingin pergi ke sekolah. Bukan tak ingin. Lebih tepatnya malas, karena harus bertemu dengan beberapa siswa yang selalu mengganggu dan mengejeknya.

Seperti yang terjadi kemarin. Taehyung pulang dengan pakaian yang sudah berantakan dan ada luka goresan di pipinya. Dia terlibat perkelahian khas anak sekolah dasar dengan tiga siswa pengganggu. Semua yang terjadi dipicu oleh siswa pengganggu itu yang menghina keluarga Taehyung. Mereka menyebut ayah Taehyung yang selingkuh sehingga memiliki dua istri, menghina Yoongi karena selalu bekerja paruh waktu, hingga menghina pekerjaan sang ayah yang hanya seorang supir truk.

Changed ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang