-20-

1.7K 211 7
                                    

Senyuman sinis tercipta dari bibir pemuda itu. Lebih tepatnya senyuman mengejek, yang ditujukan pada dirinya sendiri. Mengejek nasibnya sendiri yang terasa menyedihkan. Tak pernah mendapat kasih sayang dari sang ayah, tak bisa menjalani hidup seperti apa yang ia inginkan, dan harus mengikuti semua keinginan sang nenek.

“Sebenarnya kau itu manusia atau robot? Malang sekali nasibmu, Kim Jungkook”

Sedetik kemudian Jungkook merubah ekspresinya menjadi ekspresi ceria yang selalu dia tampilkan di hadapan orang lain. Pemuda manis itu menyambar tas sekolahnya dan segera turun menuju meja makan. Disana sudah ada sang ibu yang sedang menyiapkan sarapan untuk keluarganya.

“Selamat pagi, Eomma!” sapanya ceria kemudian mengecup singkat pipi sang ibu dengan penuh sayang.

Ibu Jungkook, Lee Hani, tersenyum bahagia karena melihat putranya yang selalu ceria itu. “Apa semalam kau tidur nyenyak, sayang?” tanyanya lembut.

“Tentu saja. Aku tidur sangat nyenyak dan memimpikan seorang bidadari cantik” jawab Jungkook ceria.

“Benarkah? Apakah putra Eomma ini sedang menyukai seorang gadis hingga terbawa sampai di mimpinya?”

“Aku tak memimpikan seorang gadis. Aku memimpikan seorang bidadari. Dan bidadari itu mirip dengan wanita yang ada di hadapanku sekarang” ucap Jungkook.

“Kau ini bisa saja” kekeh Hani sambil mengacak surai sang putra.

“Makanlah sarapanmu. Makan yang banyak, Jungkook – ah. Kau terlihat sedikit lebih kurus. Eomma jadi khawatir” lanjutnya masih mengelus kepala si bungsu.

“Ini sengaja, Eomma. Aku tak ingin menjadi namja gendut. Nanti tak akan ada yeoja yang mau mendekatiku” ucap Jungkook asal.

Sebenarnya dia juga merasa jika pipinya terlihat sedikit tirus. Akhir-akhir ini dia sering melewatkan makan ketika sang ibu sibuk mengurus pekerjaan di luar kota, karena dia tak suka makan sendirian.

Eomma sedang tak ada pekerjaan? Apa urusan Eomma di luar kota sudah selesai?” tanya Jungkook dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.

Hani sudah duduk di hadapan putranya dan mulai menyantap sarapan miliknya. “Eoh, untuk sementara semuanya bisa ditangani oleh direktur yang lain. Jadi Eomma hanya perlu sesekali saja ke kantor. Lagipula Eomma sudah lama tak menemanimu dan tak memperhatikanmu karena terlalu sibuk. Mianhae, Jungkook – ah” sesalnya.

Jungkook menggeleng cepat, “Aniya. Aku baik-baik saja selama Eomma sibuk. Dan aku tak masalah jika Eomma harus mengurus pekerjaan. Aku sudah cukup besar dan bisa mengatasi semuanya sendiri. Jadi Eomma tak perlu khawatir dan merasa bersalah seperti itu” ucapnya tulus.

Bagi Jungkook, kebahagiaan sang ibu memang segalanya. Selama ini bisa dikatakan dia tumbuh besar hanya dengan kasih sayang dari ibunya. Jadi dia akan melakukan apapun asalkan Hani bahagia. Dan dia akan menuruti semua kemauan ibunya. Jungkook tak akan menjadi anak pembangkang. Hani adalah segalanya bagi Jungkook.  
“Terima kasih karena kau sudah mau mengerti, Jungkook – ah” ucap Hani tulus, yang hanya dijawab dengan senyuman tulus oleh si bungsu.

Jungkook kali ini memakan sarapannya dengan semangat karena dia tak harus makan sendirian. Setelah beberapa hari kemarin dia sarapan maupun makan malam sendirian karena ibunya harus mengurus pekerjaan, akhirnya hari ini dia bisa menikmati sarapan bersama ibunya lagi.

Lalu dimana ayahnya? Kim Sangyoon memang sangat jarang sarapan atau makan malam bersama mereka di rumah. Sang ayah hanya sarapan dan makan malam bersama ketika Taehyung baru saja pulang dari Jepang. Dan beberapa hari setelah itu, Sangyoon mulai kembali pada kebiasaannya yang tak pernah makan bersama keluarganya, apalagi ketika Taehyung juga mulai jarang makan bersama di rumah.

Changed ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang