-30-

1.7K 254 17
                                    

Bahagia. Satu kata yang paling dicari dan diinginkan oleh hampir semua manusia di dunia ini. Hidup yang singkat tentunya membuat manusia berbondong-bondong mengejar kebahagiaan. Bahagia. Satu kata yang sering disalahartikan oleh sebagian besar orang. Tak jarang orang menggunakan kata 'bahagia' hanya untuk menutupi keserakahan mereka terhadap dunia.

Mereka berdalih ingin menjadi orang kaya dan sukses agar bisa membahagiakan keluarganya. Mereka mengaku berjuang mati-matian untuk memperebutkan harta dan kekayaan demi kebahagiaan orang yang mereka sayangi di masa depan. Itu semua hanyalah keserakahan dan keegoisan mereka terhadap dunia ini yang coba mereka tutupi dengan kata 'bahagia'. Karena bahagia yang sebenarnya tak melulu tentang kekayaan dan harta yang melimpah.

Seperti pemuda itu. Hanya menatap seseorang di hadapannya yang sedang makan saja sudah membuatnya sangat bahagia. Mungkin ini karena ia sudah sangat merindukan orang yang berada di hadapannya. Yoongi sesekali tersenyum tipis, masih setia duduk sambil menatap Jimin yang sedang menyantap makanannya.

Rasanya sudah lama sekali tak makan bersama anak itu. Ketika dalam perjalanan mengantar, atau lebih tepat disebut mengikuti Jimin pulang, anak itu tiba-tiba berhenti melangkah dan berbalik badan.

"Aku belum makan sejak siang."

Begitulah katanya. Sehingga sekarang mereka berdua berada di sebuah kedai ramen tak jauh dari rumah Jimin. Yoongi sangat bahagia karena Jimin setidaknya tak menghindarinya lagi seperti kemarin-kemarin meskipun sekarang mereka juga tak saling bicara. Namun ini sudah lebih cukup bagi Yoongi. Melewati kesepian dan kesendirian selama beberapa hari ini sungguh sangat berat bagi Yoongi.

Setelah selesai makan, Yoongi membayar semua makanan Jimin karena anak itu bilang tak membawa dompet dan meminta untuk ditraktir. Yoongi sama sekali tak keberatan. Kemudian masih tanpa bicara, Jimin melangkah untuk pulang dan Yoongi hanya mengikuti di belakangnya seperti sebelumnya, hingga  anak itu benar-benar masuk ke dalam rumah. Sebuah kalimat singkat yang Jimin lontarkan dengan nada sangat datar membuat Yoongi tak bisa menahan senyum bahagia.

"Hati-hati di jalan."

Selama perjalanan pulang, Yoongi merasa sedikit lega karena hubungannya dengan Jimin sepertinya akan segera membaik. Dia sudah memikirkan hari-hari yang akan ia lewati bersama anak itu lagi.

Rasanya Yoongi kali ini saja ingin sedikit egois. Dia ingin Jimin tetap berada di sampingnya. Dia tak ingin kehilangan anak itu. Sudah cukup dia meraskan kehilangan berkali-kali. Jadi biarlah dia akan mempertahankan Jimin dan tak menuruti permintaan ibu Jimin untuk menjauhi putranya. Lagipula setelah melihat sikap Jimin tadi, dia rasa Jimin juga tak ingin berpisah darinya. Meskipun anak itu tak mengutarakannya lewat ucapan, Yoongi bisa mengetahuinya lewat tatapan tulus miliknya. Ah, sepertinya malam ini dia bisa tidur dengan sedikit lebih tenang. 


.
.
.


Hari ini adalah hari pemilihan pewaris tunggal keluarga Kim. Jungkook dan Taehyung sedang bersiap-siap di kamar masing-masing. Taehyung sebenarnya tak ingin datang, tapi Jungkook memaksa bahkan menariknya hingga masuk ke dalam kamar mandi agar dirinya segera bersiap.

Yoongi duduk di sofa ruang tengah sambil menunggu sang tuan muda. Ekspresi wajahnya datar seperti biasanya. Dia sedang memikirkan hal apa yang mungkin akan terjadi nanti. Ponsel Yoongi bergetar sebentar, menandakan ada sebuah pesan masuk.

Tolong jaga Taehyung dengan baik.

Itu adalah pesan dari Kim Sangyoon. Tanpa mengirimkan pesan itupun Yoongi pasti akan menjaga adiknya. 

Jungkook turun dari lantai dua, dimana kamarnya berada. Dia berjalan menghampiri Yoongi. "Hyung,, kau sudah sarapan?" tanyanya, mengusap tengkuknya canggung.

Changed ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang