-10-

1.6K 221 5
                                    

Sudah hampir seharian ini Taehyung hanya berbaring di kasurn dan menyelimuti seluruh tubuhnya, tak ingin diganggu oleh siapapun. Sejak pagi Kyunghoon belum kembali. Kondisi adiknya yang seperti itu ditambah kepergian sang ayah yang entah kemana membuat Yoongi semakin pusing dibuatnya.

Yoongi sedari tadi hanya duduk bersandar pada dinding sebelah pintu kamarnya. Pintu itu tertutup tapi tak terkunci. Dia tadi sudah masuk dan melihat kondisi sang adik. Namun yang dia dapatkan hanyalah Taehyung yang berbaring memunggunginya tanpa mau melihatnya.

Hari sudah mulai sore dan Taehyung sudah melewatkan makan siangnya. Itu semakin membuat Yoongi khawatir. Dia berharap sang ayah segera pulang dan membujuk Taehyung dengan baik-baik. Karena apapun yang Yoongi lakukan pasti tak akan ada gunanya. Taehyung sudah marah padanya dan pasti tak mudah bagi anak itu untuk memaafkan Yoongi.

Yoongi segera bangkit ketika pintu kamarnya tiba-tiba terbuka. Taehyung keluar dari kamar dan terus berjalan hendak keluar rumah. Yoongi menahan lengan anak itu.

“Taehyung – ah, kau mau kemana?” tanyanya khawatir.

Taehyung melepas lengannya dari tangan sang kakak, “Aku hanya ingin mencari udara segar” jawabnya datar.
Kemudian anak itu pergi begitu saja. Yoongi yang khawatir segera mengikutinya. Taehyung berjalan menyusuri jalan kecil di pemukiman tempat ia tinggal.

Yoongi mengikutinya dari belakang, memberi jarak yang cukup agar Taehyung tak merasa terganggu. Langkah kaki anak itu berhenti ketika sampai di sebuah bukit kecil yang tak jauh dari rumahnya. Di sana ada sebuah tempat yang biasanya didatangi untuk melihat matahari terbit atau melihat senja.

Taehyung duduk di sebuah kursi panjang, menghadap ke arah langit yang mulai berwarna jingga. Sedangkan Yoongi berdiri beberapa meter dari sang adik.

Dapat dia lihat beberapa kali Taehyung menghela napas. Dia tahu apa yang sedang dirasakan oleh Taehyung. Ini pasti berat untuk Taehyung percaya bahwa orang yang  selama ini dianggap sebagai ayahnya ternyata hanya orang asing yang berbaik hati merawat dan membesarkannya selama ini.

Orang yang begitu ia sayangi, tempat dia bergantung, nyatanya sama sekali tak berbagi darah dengannya. Yoongi juga merasakan hal itu ketika dia tahu bahwa dirinya pun bukan putra kandung Kyunghoon.

Taehyung menatap langit yang sedang memancarkan kecantikannya. Biasanya dia sangat suka melihat senja bersama sang ayah. Tapi kali ini dia melihat senja dengan perasaan yang kacau. Sedih, kecewa, dan marah, bercampur menjadi satu.

.
.
.

Di sebuah rumah abu, seorang pria berdiri menatap foto wanita cantik yang dia cintai. Pria itu adalah Kyunghoon. Sejak pergi dari rumah tadi pagi, dia tiba-tiba ingin mengunjungi wanita itu.

“Sera – ya, mianhae karena aku jarang mengunjungimu” ucapnya pelan.

“Maaf, karena aku...”

Kyunghoon mendongakkan kepalanya, mencoba menahan air mata yang siap mengalir.

“...aku tak bisa memenuhi janjiku untuk selalu menjaga Taehyung. Bukannya aku tak mau, hanya saja aku merasa tak pantas merawat putramu. Aku adalah pria brengsek yang juga pernah menyakitimu”
Kyunghoon menghela napas pelan.

Ada jeda sejenak sebelum dia melanjutkan ucapannya.

“Andai saja dulu aku tak meninggalkanmu. Mungkin sekarang kita bisa hidup bahagia. Dan Taehyung tak perlu lahir dengan situasi yang rumit seperti ini. Maafkan aku, Sera – ya... ”

Pria itu sudah menangis. Rasa bersalahnya tak dapat terbendung lagi.

“Maaf karena sudah melukaimu. Dan maaf karena sudah melukai putramu. Aku sungguh tak pantas menjaga Taehyung. Aku hanya selalu menyakitinya dan membuatnya menangis. Maafkan aku...” lirih Kyunghoon di sela-sela tangisannya.

Changed ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang