-24-

1.5K 197 25
                                    

Setelah pertemuan tempo hari dengan sang adik, beberapa hari ini Yoongi mulai mengikutinya. Yoongi sekarang tahu dimana sang adik tinggal. Dan hal yang membuat Yoongi terkejut adalah kenyataan bahwa Taehyung satu sekolah dengan Jimin. Ternyata selama beberapa bulan ini mereka begitu dekat. Hanya saja takdir masih senang mempermainkan mereka sehingga baru sekarang mereka bisa saling bertemu.

Yoongi masih mengikuti Taehyung yang baru saja keluar dari gerbang sekolahnya. Anak itu berjalan menuju lapangan tempat mereka bertemu waktu itu. Tak bisa dipungkiri jika tempat itu adalah tempat yang penuh kenangan bagi mereka. Sehingga tanpa diperintah pun hatinya akan selalu ingin datang ke tempat itu.

Bukannya Taehyung tak tahu jika dirinya sedang diikuti. Bahkan sejak beberapa hari ini pun dia sudah menyadari jika Yoongi mengikutinya. Hanya saja dia tetap diam dan membiarkannya.

Taehyung hanya tak ingin berbicara atau berhadapan dengan Yoongi. Dia sedang lelah untuk berdebat. Lebih tepatnya hatinya yang sedang lelah.

Taehyung duduk di atas rumput yang sudah tumbuh lebih tinggi dibandingkan beberapa hari yang lalu. Matanya terpejam menikmati semilir angin yang membelai wajah tampannya. Rambutnya tak dapat menahan diri untuk tak bergoyang ketika angin membelainya. Yoongi masih mengamati dari kejauhan, di belakang sebuah pohon yang cukup untuk menyembunyikan tubuhnya.

Ingin rasanya ia menghampiri Taehyung dan memeluk anak itu. Menyalurkan kerinduan dan memberi kekuatan pada anak itu. Yoongi tahu jika Taehyung pasti sedang menanggung beban yang sangat berat. Ah, tidak. Selama ini pun Taehyung juga menjalani hidup yang berat. Semua itu terlukis jelas di wajah Taehyung.

Maaf, Taehyung-ah. Aku janji tak akan membiarkanmu terluka lagi.

.
.
.

"Hyung, aku pulang!" teriak seorang pemuda dengan begitu semangat.

Bahkan pintu rumah yang sudah cukup tua itu menjadi korban dari semangatnya yang terlalu berlebihan.

"Aku bersumpah akan mematahkan tanganmu jika kau sampai merusak pintu rumahku, Im Jimin" seru Yoongi tajam, masih sibuk menyiapkan makan malam.

Jimin hanya menampilkan cengiran sambil bergumam maaf. Kemudian dia masuk menghampiri Yoongi. Ternyata ada seorang pemuda yang datang bersamanya.

"Hyung, kau tak bekerja?" tanya Jimin.

"Setelah ini aku akan bekerja lagi" jawab Yoongi datar, belum mengalihkan tatapannya dari peralatan dapur di hadapannya.

"Hyung, aku membawa seorang tamu" ujar Jimin sukses menarik perhatian Yoongi.

"Eoh? Kau...."

"Jungkook. Namaku Kim Jungkook, Hyung-nim" sahut Jungkook sopan ketika Yoongi tampak lama mengingat siapa dirinya.

"Ah, ya. Kau teman Jimin yang datang ke rumah sakit, 'kan?"

"Ne, Hyung-nim."

"Santai saja, Jungkook-ah. Tak perlu sesopan itu. Anak ini saja selalu bersikap kurang ajar padaku. Jadi akan sedikit aneh jika kau bersikap terlalu sopan" ujar Yoongi sengaja menyindir Jimin yang hanya bisa menggerutu tak terima.

Sebenarnya dia hanya ingin Jungkook merasa nyaman bertemu dengannya. Yoongi tak ingin mengecewakan Jimin karena teman-teman Jimin merasa Yoongi bersikap terlalu dingin pada mereka. Bukankah sikap Yoongi sudah seperti kakak sungguhan bagi Jimin?

"Kalian tunggu saja di meja makan. Akan aku siapkan makan malam."

Keduanya menurut dan berlalu menuju meja makan. Saling mengobrol santai dan bercanda sambil menunggu masakan Yoongi matang.

Changed ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang