Tujuh : Hate and Love

6.5K 578 37
                                    

"Aku ingin tahu lebih banyak tentangmu Hinata." Kata Itachi. "Maukah kau menceritakan tentang dirimu?"

Hinata terdiam sejenak sambil menatap Itachi, lalu berkata, "Em... Harus mulai darimana?"

"Terserah. Aku tidak memaksa."

Hinata berpikir sejenak, lalu kembali menatap Itachi. "Aku anak pertama dari dua bersaudara. Orang tuaku dan keluargaku sudah tidak ada. mereka adalah korban jiwa dari bencana gempa dua belas tahun yang lalu. Jadi, aku hidup sendiri. Tapi itu tidak masalah, aku sudah terbiasa. Bagaimana denganmu, Itachi-san?"

Itachi berpikir sejenak, lalu berkata, "Aku juga anak pertama dari dua bersaudara. Ayahku sudah tidak ada. Dan seperti yang kau lihat, aku seorang single parent. Istriku meninggal saat melahirkan Kazuto. Jadi, yang merawat Kazuto selama aku bekerja adalah ibuku."

"Ngomong-ngomong, dimana adikmu?"

"Dia tidak tinggal disini. Sebenarnya kami berpisah saat orang tua kami bercerai waktu kecil dulu. Aku bersama ibuku dan Sasuke bersama ayahku. Jadi, sulit baginya untuk tinggal disini lagi."

Hinata mengerutkan kening. "Sasuke?"

Itachi mengangguk. "Iya. Namanya Uchiha Sasuke. Kau mengenalnya?"

Hinata terdiam sejenak, lalu berkata dengan ragu, "Hanya... Tahu saja. Dia pernah menjemput Kazuto waktu itu."

Itachi mengangguk pelan. "Benar. Ngomong-ngomong, berapa umurmu?"

"Dua puluh lima tahun."

"Kau tidak memikirkan untuk menikah?"

Hinata tertawa. "Bagaimana aku bisa memikirkan pernikahan? Kekasih saja tidak ada. Tidak ada yang mau denganku."

Itachi tersenyum. "Tidak mungkin tidak ada yang mau denganmu. Orang yang tidak mau denganmu adalah orang yang buta mata dan hati. Sulit sekali mencari orang sepertimu di zaman ini. Kau orang yang menarik, Hinata."

Hinata terdiam. Kata 'menarik' itu membuatnya teringat akan seseorang yang selama ini sulit untuk dilupakan. Lagi-lagi ada saja hal-hal yang membuat ia kembali teringat pada pria itu.

"Bu gulu! Coba lihat! Hebatkan?" Kata Kazuto dengan riang saat sebuah bangunan abstrak yang terbuat dari Lego berhasil ia bangun.

Hinata bertepuk tangan. "Hebat!"

Kazuto menguap disela senyumannya. Mata lelah tampak jelas dari mata Kazuto.

"Sudah saatnya tidur siang." Kata Itachi. "Sini, baring sama papa."

Kazuto menoleh ke arah Hinata. "Kazuto mau bobok cama Bu gulu."

"Sini sama papa saja." Bujuk Itachi.

Kazuto langsung memeluk Hinata.

"Maaf Hinata. Kazuto banyak merepotkan mu." Kata Itachi sambil bangkit dari duduknya.

Hinata tersenyum. "Tidak apa-apa."

Akhirnya Hinata dan Kazuto berbaring di ranjang. Kazuto memejamkan matanya sambil memeluk Hinata. Sedangkan Hinata menepuk pelan punggung Kazuto.

Itachi tersenyum tipis melihat Hinata dan Kazuto, lalu menutup pintu kamar Kazuto.

"Apakah Kazuto masih bermain bersama Hinata?" Tanya Mikoto.

Itachi duduk disamping Mikoto, lalu berkata, "Hinata sedang menidurkan Kazuto."

Mikoto tersenyum. "Anak itu sudah sangat dekat dengan Hinata. Apa lagi yang kau tunggu?"

Itachi menghela napas. "Masih banyak yang harus dipertimbangkan. Umurku juga berbeda delapan tahun dengannya. Cukup jauh. Apakah aku tidak terlalu tua untuknya?"

"Umur bukanlah masalah. Hinata juga bukan seperti orang yang terlalu pemilih. Yang penting buat dia nyaman."

"Akan kupikirkan nanti."

Mikoto mendecak kesal. "Jangan terlalu lama berpikir, nanti direbut orang lain."

Itachi menghela napas. "Aku tahu."

Beberapa menit kemudian, Hinata keluar dari kamar Kazuto dan langsung menghampiri Itachi dan Mikoto.

"Ibu, Itachi-san, aku pulang dulu." Kata Hinata.

Itachi langsung bangkit dari duduknya. "Biar aku yang antar."

Mikoto juga ikut berdiri. "Jangan sungkan untuk ke sini lagi ya, Hinata."

"Baiklah. Terima kasih untuk makan siangnya hari ini. Masakan ibu benar-benar enak. Kalau begitu, aku pulang dulu."

"Hati-hati di jalan."

***

Hinata menyisir rambutnya yang sudah mulai mengering. Setelah itu, ia berbaring di ranjangnya. Baru saja ia menutup mata, tiba-tiba ketukan pintu yang bernada tidak sabaran mengejutkannya.

Cepat-cepat ia melangkah menuju pintu dan membukanya. Mata Hinata membulat sempurna saat melihat siapa yang datang.

"S-sasuke?"

Hinata langsung berjalan mundur saat Sasuke menerobos masuk ke rumahnya.

"Ada hubungan apa kau dan Itachi?" Tanya Sasuke dengan mata yang intens menatap mata bulan Hinata.

Hinata langsung mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu? Hubungan seperti apa yang kau maksud?"

"Aku tahu kau pergi makan siang di rumahnya tadi. Sepertinya kau sangat menikmati dan bersenang-senang."

"Bagaimana kau bisa tahu? Itachi yang memberitahu?"

"Bukan. Sekarang kita tidak mempermasalahkan bagaimana aku bisa tahu. Sekarang jelaskan!"

Hinata mendengus kesal. "Kau memata-matai aku?"

Sasuke maju mendekati Hinata. "Cepat jelaskan."

Hinata mundur menjauhi Sasuke, lalu berkata dengan nada membentak, "Aku tidak perlu menjelaskannya! Untuk apa aku menjelaskannya? Ini urusan pribadiku!"

Sasuke menghela napas. "Jelaskan sekarang."

Hinata menggeram kesal, lalu menatap tajam Sasuke. "Kalau aku memang punya hubungan istimewa, kau mau apa?! Kalau aku menyukai Itachi, itu salah?"

Sasuke menutup pintu dengan keras, lalu menyudutkan Hinata ke dinding hingga wanita tak bisa bergerak leluasa.

"Jangan buatku hilang kesabaran Hinata." Kata Sasuke dan langsung mencium Hinata dengan kasar.

Hinata hanya bisa berteriak dengan suara tertahan. Kedua tangannya dikunci erat oleh satu tangan Sasuke dan tangan Sasuke yang satunya lagi, merangkul erat pinggulnya.

"Sudah kubilang kau hanya milikku!" Kata Sasuke dengan napas yang memburu.

Hinata langsung menundukkan kepalanya saat Sasuke ingin menautkan bibirnya pada bibir Hinata lagi. Air matanya langsung mengaburkan pandangannya.

"Angkat kepalamu."

Hinata masih diam dan mengabaikan Sasuke. Akhirnya Sasuke melepaskan cengkraman tangannya pada tangan Hinata.

"Aku mencintaimu." Kata Sasuke, lalu memeluk tubuh Hinata yang lemah tak berdaya.

"Aku membencimu." Kata Hinata lemah.

Hate or Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang