Satu : Permohonan

16.2K 721 16
                                    

"Kazuto, belum pulang?" Tanya Hinata pada seorang muridnya.

Kazuto hanya mengangguk lemah. "Sepeltinya papa telambat jemput Kazuto lagi."

Hinata tersenyum, lalu duduk disamping Kazuto sambil memandangi halaman TK tempat Kazuto bersekolah dan juga tempat Hinata mengajar.

"Ya sudah, kita tunggu sama-sama ya! Mungkin sebentar lagi papa jemput." Kata Hinata sambil mengelus punggung Kazuto untuk menenangkan anak didiknya itu.

Inilah salah satu resiko menjadi guru TK. Hinata harus memperhatikan dan mempertanggungjawabkan keselamatan anak didiknya hingga kembali ke orang tuanya. Tetapi, ia dengan senang hati menjalaninya.

"Papa!" Teriak Kazuto saat melihat mobil Mercedes warna hitam berhenti di depan gerbang.

Hinata menoleh ke arah mobil itu, lalu mengikuti Kazuto yang berlari kecil menghampiri papa nya yang baru saja keluar dari mobil.

"Maaf papa telat jemput lagi." Kata Itachi, papa nya Kazuto.

"Untung ada Bu gulu Hinata, jadi Kazuto tidak kesepian." Kata Kazuto sambil tersenyum lebar kearah Hinata.

"Terima kasih Hinata-san. Lagi-lagi saya merepotkan Anda." Kata Itachi ramah.

Hinata menggeleng pelan sambil tersenyum. "Tidak apa-apa. Ini tanggung jawab saya."

"Kalau begitu, saya pulang dulu."

"Dadah Bu gulu Hinata!"

Hinata tersenyum lebar, lalu melambaikan tangannya pada Kazuto yang sudah masuk ke dalam mobil. Setelah Kazuto pergi bersama papanya itu, Hinata bergegas mencari taksi. Ia ada janji dengan Karin yang merupakan teman satu rumah yang juga teman SMA. Ia harap masih bisa bertemu dengan Karin di bandara karena Karin akan kembali ke LA.

Setelah setengah jam perjalanan, akhirnya ia sampai di bandara. Hinata langsung mendapati Karin yang berdiri di pintu masuk bandara. Cepat-cepat ia berlari menghampiri Karin.

"Karin-chan!!! Maaf aku terlambat." Kata Hinata sambil memeluk Karin. "Aku lega kau belum berangkat."

"Aku akan berangkat dua puluh menit lagi." Kata Karin sambil membalas pelukan Hinata. Setelah mereka melepaskan pelukan itu, Karin menatap Hinata.

"Hinata..." Kata Karin lemah. "Aku minta bantuanmu. Aku berharap kau mau membantuku karena hanya kau yang bisa diandalkan."

"Apa itu? Aku akan berusaha menyanggupinya."

"Aku ingin putus dengan pacarku, tapi aku tidak bisa karena dia keras kepala." Jelas Karin. "Jadi, aku ingin kau memberikan surat ini padanya dan jangan beritahu dia dimana aku berada sekarang."

Hinata mengerutkan kening. "Pacarmu? Bukannya pacarmu ada di LA? Bagaimana aku bisa memberikan surat itu?"

Karin menghela napas pasrah. "Baiklah. Mungkin kali ini aku harus jujur. Jadi... Memang benar pacarku ada di LA dan alasan aku kembali ke sana karena dia. Yang kumaksud adalah pacarku yang ada disini. Aku-"

"Astaga Karin-chan... Kau selingkuh?" Kata Hinata dengan wajah tak percaya.

"Aku tahu. Aku tahu aku jahat. Sebenarnya pacarku yang disini lebih tepat dipanggil..." Karin mendekatkan mulutnya di telinga Hinata, lalu berbisik, "Partner seks."

Hinata membelalakkan matanya, lalu menutup mulutnya yang menganga tak percaya.

"Itulah kenapa aku sering pulang pagi. Aku minta maaf karena sering berbohong padamu. Sekarang aku ingin menyudahi semua kesalahanku ini dan ingin menjadi lebih baik. Jadi, aku mohon bantuanmu."

Hinata masih terdiam. Ia tidak bisa menerima perkataan Karin itu. Rasanya hal seperti itu sangat salah. Ia benar-benar terkejut dengan fakta itu.

Karin memandang Hinata sedih. Ia merasa bersalah telah mengecewakan Hinata. Selama ini Hinata baik padanya. Malah terlalu baik. Rasanya ia telah menghancurkan sebuah berlian.

Hinata menghela napas. "Aku tidak menyangka kau seperti itu."

"Maaf Hinata... Aku minta maaf... Sebenarnya sudah lama aku ingin mengakhiri semua kesalahan ini, tapi pria itu selalu saja memaksaku dan mengancam ku. Makanya, aku hanya bisa memutuskan hubungan ini dengan sebuah surat. Aku takut bertemu dengannya lagi."

Hinata menggeram kesal. "Memang kurang ajar pria itu. Ya sudah, aku akan bicara dengan pria itu dan memberikan surat ini. Siapa namanya dan dimana dia tinggal?" 

"Namanya Uchiha Sasuke. Alamatnya akan ku kirim nanti. Tapi, bicaralah baik-baik dan jangan bilang dimana aku berada sekarang."

Hinata mengangguk cepat. "Baiklah. Aku akan berusaha."

Karin langsung memeluk Hinata dengan perasaan lega. "Terima kasih Hinata! Hatiku sangat lega mendengarnya."

"Iya... Jaga hubunganmu dengan pacarmu disana. Jangan kau khianati lagi."

"Iya. Mungkin aku akan sulit untuk kesini lagi, jadi jangan lupakan aku ya!"

"Iya... Jangan lupa untuk menelpon ku dan ceritakan kegiatanmu disana."

"Kalau begitu aku masuk dulu."

Hinata mengangguk, lalu melepaskan pelukannya. Setelah Karin pergi, Hinata menatap sejenak surat yang ada di tangannya itu, lalu pergi dan mencari taksi.

***

Hinata menatap layar handphone nya sambil mengeringkan rambutnya. Ada sebuah pesan dari Karin. Cepat-cepat ia meraih handphone nya itu.

Hinata menatap sebuah foto yang di kirim Karin. Foto itu merupakan pria 'partner seks' -nya Karin. Tidak dipungkiri bahwa pria itu tampan, berkharisma, dan kesan tegas yang begitu menonjol, tapi Hinata sudah terlanjur benci dan jijik dengan pria itu. Jadi, pesona itu tidak membuatnya luluh sama sekali.

"Jangan karena tampang kau bisa melakukan semua yang kau suka! Dasar pria kurang ajar!" Umpat Hinata geram sambil menatap foto pria itu.

Cepat-cepat ia memakai baju rajut yang panjangnya setengah lengan dan celana jeans, lalu memakai sweater longgar yang panjangnya hingga setengah pahanya. Setelah berkemas sebisanya, ia keluar dari rumah dan berjalan menuju halte bis untuk pergi ke tempat tinggal pria itu.

Butuh waktu dua puluh menit untuk sampai di kawasan apartemen mewah itu. Hinata terdiam sejenak di depan gedung  apartemen  itu sambil sekelilingnya. Semua orang yang berlalu lalang menggunakan tas branded dan pakaian mahal.

Hinata menggeleng cepat, lalu berjalan masuk. Gedung apartemen itu tidak melarang memakai pakaian yang tidak bermerek, kenapa ia harus merasa takut masuk kesana hanya karena pakaiannya?

Walaupun ia tidak bisa membeli barang mahal ataupun hanya bisa tinggal di kawasan rumah yang tergolong rendahan, tapi ia tetap senang dan sangat merasa cukup dengan kebutuhan sehari-harinya.

Saat menunggu lift, mata Hinata langsung bertemu pandang dengan pria yang dicarinya itu. Hinata terdiam sejenak sambil menatap pria itu yang juga menatapnya. Hinata sedikit terkejut karena pria itu lebih tampan ketika dilihat langsung. Tapi, cepat-cepat ia menyadarkan dirinya karena ia tidak mau jatuh dalam pesona pria kurang ajar itu.

"Anda Uchiha Sasuke? Benar?" Tanya Hinata.

Sasuke mengubah tatapannya menjadi tajam. "Kau siapa?"

"Saya Hyuuga Hinata. Bisa minta waktunya sebentar? Ada hal penting yang ingin saya sampaikan."

Hate or Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang