Hinata menghela napas sambil terus memandangi gerbang yang ada di depannya. Ia menyesal telah mengizinkan Sasuke menjemputnya. Entah angin apa yang membuatnya begitu. Akal sehatnya tak tahu pergi kemana saat Sasuke dengan nada menuntut dan tegas mengatakan bahwa pria itu akan menjemputnya.
Ia lelah terjebak dengan hubungan aneh ini bersama Sasuke. Ia sudah tidak tahu bagaimana menghentikan semua ini. Ia sudah pernah membentak, bahkan marah pada Sasuke. Tapi, pria itu selalu saja bisa membuatnya kembali pasrah.
Ia takut Sasuke hanya mempermainkannya. Membuangnya kapan saja saat pria itu tak ada lagi rasa padanya dan menemukan wanita lain. Lebih parahnya lagi, ia hanya sebagai tempat pelempiasan nafsunya itu.
Lamunan Hinata pecah saat Sasuke keluar dari mobilnya yang terparkir di depan gerbang. Hinata melangkah cepat menghampiri Sasuke.
"Maaf membuatmu menunggu lama. Ada urusan yang harus aku selesaikan tadi." Kata Sasuke saat mereka sudah berada di dalam mobil.
"Kau akan mengantarku pulang, kan?" Tanya Hinata.
"Tentu saja. Pulang ke apartemenku." Jawab Sasuke.
"Kenapa ke apartemenmu?"
"Karena aku ingin selalu bersamamu. Rumahmu terlalu jauh dan tidak leluasa."
Hinata mengerutkan kening. "Tidak leluasa?"
"Aku tidak mau tetanggamu mendengar desahan kita dan kasurmu juga kecil."
Hinata terdiam membeku. Terlalu kaget dengan perkataan Sasuke.
Lima belas menit kemudian, mereka sampai di apartemen Sasuke. Hinata mengerang kesal saat masuk ke apartemen itu.
"Kau kenapa?" Tanya Sasuke.
"Aku ingin pulang." Jawab Hinata. "Pulang ke rumahku."
Sasuke membelai pipi Hinata, tapi langsung di tepis pelan oleh Hinata.
"Aku tidak bisa melanjutkan semua ini lagi." Kata Hinata lemah, lalu berbalik menjauhi Sasuke.
Sasuke langsung menarik tangan Hinata dan membuat wanita itu kembali berbalik menghadapnya.
"Kenapa? Aku mencintaimu Hinata."
Hinata menggeleng. "Kau tidak cinta padaku. Ini nafsu semata."
Sasuke menggenggam kedua tangan Hinata dengan lembut. "Bagaimana aku harus membuktikan bahwa aku memang benar mencintaimu?"
"Maaf. Aku tidak bisa menerima cintamu."
Tatapan Sasuke berubah menjadi sendu. Rasa sakit tiba-tiba menyerang hatinya. Apakah ini rasanya ditolak? Untuk pertama kalinya, ia merasa sakitnya ditolak.
"Aku ingin tahu apa alasanmu tidak bisa menerima cintaku?" Tanya Sasuke.
Hinata menghela napas lemah. "Aku takut... Aku takut kalau kau hanya mempermainkan aku. Aku takut hanya jadi 'partner seks' -mu saja."
Sasuke menarik dagu Hinata untuk menatap mata bulan Hinata. Hinata sama sekali tidak melawan dan menatap balik mata Sasuke yang hitam kelam.
"Apakah aku terlihat seperti itu saat bersamamu? Sungguh Hinata, aku juga tidak tahu kenapa aku bisa jadi begini. Yang kutahu, aku hanya mencintaimu."
Lagi-lagi Hinata dilanda galau. Ia bisa melihat kejujuran di setiap ucapan Sasuke tadi. Ia yakin Sasuke sedang tidak berbohong. Apakah ia harus memberi Sasuke kesempatan untuk masuk ke dalam hidupnya? Menjadikan Sasuke sebagai bagian dari kisah cintanya?
"Percayalah padaku, Hinata. Jadilah pacarku. Jadilah bagian dari hidupku. Jadilah pasanganku hingga akhir usiaku."
Hinata membeku sesaat mendengar perkataan Sasuke itu. Beberapa menit kemudian, ia menunduk. "Berikan aku waktu untuk berpikir. Sekarang aku ingin pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate or Love?
Genç KurguHinata membenci Sasuke dan membuatnya menyesali pertemuan mereka. tetapi, Sasuke merasakan hal yang sebaliknya. ia merasa sangat senang mereka bisa bertemu yang membuatnya tertarik dan jatuh cinta dengan Hinata. jadi, siapakah yang menang? benci? at...