11

25.9K 5.6K 620
                                    


Aku masih merasakan sakit yang nyata pada leherku meski tiga hari telah berlalu semenjak peristiwa Steven mencekikku. Bekasnya bahkan sudah menghilang. Seharusnya, rasanya tidak lagi tertinggal. Akan tetapi, tiap kali aku teringat wajah Sehun, aku sontak memegang leherku dan merasa tidak mampu bernapas.

Kelakuan Steven berakhir membuatku trauma.

Sesekali sebelum tidur, aku sempat bertanya-tanya kenapa Steven Trevian membenciku sebanyak itu padahal aku tidak berbuat apapun padanya. Aku membencinya juga, tentu saja. Apalagi setelah yang dia perbuat padaku. Sayangnya perlakuannya membuat luka yang kupikir telah kering kembali basah.

Aku meyakini bahwa diriku yang sekarang sudah tumbuh dewasa dan tidak peduli mengenai hal-hal sepele seperti perkataan orang yang menyakitkan ataupun kebencian tidak jelas mereka terhadapku.

"Aku membenci diriku sendiri."

Damn him. Aku betulan ingin menyingkirkannya kalau bisa. Butuh waktu yang panjang untuk akhirnya aku belajar menyayangi diriku sendiri dan percaya bahwa aku berhasil melakukannya. Steven Trevian menghancurkan itu hanya dalam satu pertemuan tidak diinginkan.

"You are loved and wanted, Yoojin." aku menggumamkan itu lagi seiring menelusuri koridor lantar 4 rumah sakit untuk menemui Professor Lee yang memanggilku.

Dua hari sebelumnya, aku sudah menghubungi Sehun dan mengatakan bahwa aku mengundurkan diri untuk merawat Sehunie, menjelaskan sebab-sebabnya melalaui telepon dan menolak bertatap muka secara langsung dengan pria itu. Teringat akan wajahnya saja sudah membuat leherku nyeri, bagaimana kalau ketemu langsung?

Dan tentu saja sejak kemarin, Sehunie juga menghubungiku. Dia mengirim pesan yang menanyakan aku dimana, kenapa tidak mengangkat teleponnya, kenapa aku berubah dan kenapa aku mencuekinya.

Jangankan membalas, aku bahkan langsung memblokir semua kontak Sehun yang terhubung dengan handphoneku karena intensitas telepon dan pesan yang masuk dari anak itu sangat mengganggu.

Sudah kubilang aku berhenti dan tidak mau memiliki hubungan apa-apa lagi terhadap mereka.

Siapa yang masih mau bertahan ketika orang yang sama memperlakukanku seperti binatang dan mengancam ingin mmebunuhku?

Tiba di depan ruangan Professor Lee, aku kemudian mengetuk pintu sebelum masuk ke ruangan yang digunakan untuk terapi dan juga konsultasi pasien itu. Dia mempersilahkanku duduk di kursi di depannya yang aku turuti.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya lelaki yang berumur dua kali lipat dari ku ini.

"Baik," aku menjawab seadanya.

Setelahnya, aku bercerita semua kejadian saat Steven Trevian hampir membunuhku, biar dia yang menjadi penyampai cerita lengkap pada Oh Sehun mengenai apa yang telah diperbuat alters jahatnya itu kepadaku. Awalnya, Professor Lee tidak merespon banyak, dia lebih fokus pada diriku yang tampak trauma dan memastikanku baik-baik saja.

"Aku paham Steven Trevian kepadamu memang keterlaluan. Namun, dalam tubuh itu, juga hidup The Baby yang sangat membutuhkanmu. Makanya aku ingin menjelaskan kepadamu beberapa hal agar kau bisa mengerti."

Tapi aku menolak untuk mengerti. Nyinyirku dalam hati.

Ayolah, aku tidak tertarik mengenai apapun lagi yang membahas Oh Sehun. Kenapa Professor Lee bertingkah seperti menjadi mediator antara aku dan Oh Sehun?

"Sehun bisa mencarikannya pengasuh baru. Aku akan bantu carikan kalau perlu."

Professor Lee tersenyum lagi. Betul-betul senyuman yang bisa membuat siapapun merasa nyaman melihatnya, bahkan aku yang tahu pembicaraan ini mengarah kemana dan mulai emosi.

Bitter BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang