13

30.7K 5.3K 1.8K
                                    


***
"The most beautiful things in the world cannot be seen or touched, they are felt with the heart."
Antoine de Saint-Exupéry.
***

Menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri bagaimana Sehunie hampir kehilangan napasnya, kebencianku pada Steven Trevian seketika bukanlah apa-apa. Anak kecil yang hidup dalam otak Oh Sehun itu rupanya jauh lebih berharga dari ego yang biasanya kumenangkan.

Aku menyesal setengah hati pernah mengatakan dalam hati jika aku tidak masalah jika Sehunie mati. Tuhan nyaris mengabulkan permintaan yang datang karena kemarahan itu. Sumpah, aku tidak tahu apa yang bisa terjadi padaku jika aku kehilangan Sehunie yang sempat dirujuk di ICU itu karena jalan napasnya yang terganggu dan membutuhkan ventilator.

Untung sekarang dia sudah dipindahkan ke ruang inap biasa dan sudah siuman, masih sebagai Sehunie dan belum berpindah menjadi alters lain.

"Yoojin juga tidak mau kehilanganku, ya?" dia bertanya setelah aliran napasnya kembali normal dan sehabis makan malam. Ia melihatku dengan raut bingungnya pada mukanya yang masih pucat.

Aku menggeleng, memegang tangan kanannya yang terasa dingin sembari duduk di atas kursi yang kuletakkan di sebelah ranjangnya. "Jangan sakit lagi, Sehunie," pintaku.

"Tapi aku masih mau sakit. Biar bisa terus disayang-sayang oleh Yoojin." Balasnya polos. "aku suka Yoojin jadi sangat perhatian dan menyayangiku." dia melanjutkan sembari menatapku, membuatku merasa seperti aku merupakan Ibu tiri paling kejam di dunia.

Ah, apakah aku memang sekejam itu?

"Aku selalu menyayangimu, tahu."

"Tapi Yoojin mau meninggalkanku. Kenapa mau pergi tiba-tiba? Apakah kau punya bayi baru yang lebih kau sayang?" tanyanya protes dengan raut ingin tahu.

Astaga, apakah dia pikir aku ini penyihir yang suka menyimpan bayi-bayi?

He is clueless, sama sekali tidak tahu menahu mengenai apa yang diperbuat sisi lainnya itu kepadaku.

Aku tentu menggeleng, memainkan jari-jari tangannya yang lebih besar dariku itu, "ada sesuatu yang tidak kau pahami, Sehunie," ucapku pelan.

"Apa?"

"Itu bukan hal yang penting."

"Apakah ada yang jahat pada Yoojin? Siapa? Steven?" tebaknya lagi, wajahnya masih penuh raut penasaran. "Tidak ada yang mau memberitahuku apa yang terjadi. Bahkan Yoojin juga tidak mau." nada suaranya mulai merajuk.

Aku tersenyum tipis, "kita lupakan saja, ok? Yang pentingkan aku disini dan bersamamu."

"Jadi, Yoojin masih mau kan merawat dan menemaniku?"

Suaraku tidak langsung keluar, seperti tertahan ditenggorokanku. Lalu Sehunie kembali menampakkan raut yang hampir menangis.

"Kalau Yoojin pergi lagi, aku akan semakin sakit." dia berkata agak drama.

Aku memutar bola mataku malas, "kau mengancamku, ya?"

Dia menggelengkan kepalanya, "dulu Ibuku membenciku dan juga meninggalkanku waktu aku lebih kecil dari ini." Ceritanya kemudian, kalimat yang baru tercerna diotakku berdetik-detik kemudian itu membuatku menatap bingung ke anak kecil dalam pikiran Sehun ini. "Meskipun Ibu sering menyakitiku, aku tetap menyayangi Ibu."

Bitter BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang