7

31.6K 5.8K 883
                                    

2 Bulan 13 Hari aku bekerja pada Sehun untuk mengurus altersnya yang masih anak-anak, tidak sekalipun aku ingin cepat pulang ke apartemen karena ingin segera menemuinya.

Kecuali hari ini.

Demi pluto yang dicoret dari buku sains anak SMP, sejak masuk aku terus-terusan melihat ke arah jam tanganku menunggu shift kerjaku habis agar bisa segera pulang ke rumah untuk memenui anak setan itu dan memarahinya.

Ya, tujuanku hanyalah untuk memarahinya.

Dia harus dimarahi karena bisa-bisanya mencium bibirku tanpa izin! Anak setan itu memang bisa lolos kemarin karena Sehun tidak pulang ke apartemen, yang diartikan bahwa Sehunie tidak muncul. Makanya aku berharap banyak dia muncul hari ini.

Si anak setan sialan itu harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Benar, kan?

Aku sudah tiba di depan apartemen, menekan passwordnya lalu masuk ke dalam. Senyumku nyaris terkembang melihat sosok laki-laki yang duduk di sofa living room, dia segera berdiri saat menyadari kehadiranku seperti sedang menungguku juga sedangkan aku telah menyiapkan segala caci-maki yang harus kutahan selama dua hari diujung lidah.

"Sehunie!" aku memanggil.

"Kau tidak apa-apa?" dia bertanya.

Wow, kami bahkan mengatakannya dengan serentak. Aku terdiam sesaat. Melihat cara dia berdiri dan tatapannya, tentu dia bukan Sehunie.

"Sehun?" tanyaku memastikan, lalu berjalan mendekatinya.

"Kau baik-baik saja? Apakah ada yang terluka?" dia menanyakan itu lagi, rautnya menatapku tampak khawatir.

Tidak, aku tidak baik-baik saja makanya harus menemui Sehunie sekarang agar jiwaku yang tidak tenang bisa kembali tenang. Dan satu-satunya yang terluka adalah harga diriku karena terus menerus memikirkan anak dibawah umur yang dengan kurang ajarnya mencium bibirku.

Namun aku cukup peka untuk sadar masuk pertanyaan Oh Sehun benar-benar sekhawatir rautnya yang kelihatan. Aku tersenyum simpul.

"Ya." jawabku kemudian. "Memangnya aku kenapa?"

"Steven tidak menyakitimu, kan?" tanyanya lagi.

Satu alisku terangkat, "Steven? Kenapa dengan Steven?" aku balik bertanya, tidak nyambung.

Lelaki tinggi ini berada dalam hitungan centimeter di hadapanku. Aku mendongak untuk melihat ke arah wajahnya, memberitahu kalau aku sepenuhnya baik-baik saja.

Sayangnya mataku malah salah fokus pada bibirnya yang berwarna merah muda. Bibir yang sama yang telah menyentuh bibirku dua hari lalu meskipun dilakukan oleh dirinya yang berbeda.

Oh shit, kenapa aku malah memikirkan ini? Sepertinya Stella, temanku yang menjalankan residen spesialis kulit dan kelamin itu benar kalau aku kekurangan seks, makanya jadi sepayah ini hanya karena dicium sekali oleh lelaki.

"Dua hari lalu, saat kau ke kantorku, itu Steven yang muncul di depan toilet sehabis The Baby menangis." Sehun memperjelas kemudian, membuat fokusku kembali padanya. "Kim Woosung sudah memberitahu semuanya padaku. Steven bahkan melukai temanku saat itu, makanya aku ingin memastikan keadaanmu."

"Temanmu? Ahn Minnju? Dia terluka?"

Sehun mengangguk, tidak repot menanyakan darimana aku kenal Minju, "ya, tangan kanannya sampai memar gara-gara Steven."

Mulutku terbuka, "dia kasar." komentarku.

"Dan sangat berbahaya." Sehun menambahkan.

"Aku langsung pergi setelah kupikir itu kau. Jadi, aku tidak sempat mengobrol dengan Steven."

Bitter BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang