9

36.9K 5.9K 1.6K
                                    

Aku tidak pernah suka berada di tempat terbuka pada musim panas bulan agustus, saat cuaca Korea sedang terik-teriknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidak pernah suka berada di tempat terbuka pada musim panas bulan agustus, saat cuaca Korea sedang terik-teriknya. Masih jam sepuluh, namun suhu pda aplikasi di ponselku menunjukkan angka 34 derajat celcius.

Gila! Aku tidak habis pikir malah berada di kebun binatang di hari minggu yang super ramai. Sejak tadi, beberapa orang bahkan menabrakku atau menggerumbungiku, aku bahkan tidak bisa marah saking malasnya untuk bersuara.

Aku berdiri lima meter di belakang Sehunie yang sedang melihat gorila, terlalu banyak orang-orang yang berebut untuk mencapai pagar pembatas, terutama orang tua yang menggendong anak balitanya, tidakkah mereka merasa kepanasan bergerombolan seperti itu? Makanya sejak tadi aku selalu menjauh dari keramaian dan mengawasi Sehunie yang lagi merajuk kepadaku itu dari belakang.

Ya, anak itu lagi-lagi merajuk kepadaku! Kali ini karena aku ingkar janji. Awalnya, aku mengatakan akan menemaninya ke kebun binatang hari sabtu. Tapi, setelah kupikir-pikir, waktunya akan singkat sekali ditambah aku harus kembali ke rumah sakit sebelum jam 8 malam. Makanya aku menunda hingga hari ini, hari minggu karena besok dan lusa merupakan jadwal liburku, jadi aku bisa tidur sepuas-puasnya apabila kelelahan.

Sayangnya, Sehunie tidak terima begitu saja. Dia merajuk, dia bahkan tidak membuka suara apapun ketika di mobil, buang muka di sepanjang perjalanan dan tidak sudi memegang tanganku sejak tadi. Biar saja, aku tidak berusaha untuk membujuknya atau merayunya. Mungkin karena hormon PMS yang membuatku jadi lebih cepat marah, sensitif dari egois dari biasanya. Aku tidak mau meminta maaf lebih dulu kali ini!

Anak itu berbalik, kepalanya celingak-celinguk di tengah keramian. Dia tidak perlu melalukan itu sebenarnya karena tubuh tingginya di antara perempuan dan anak-anak. Tanganku terangkat, memberinya kode di mana aku berada, barulah dia berjalan lambat ke arahku. 

"Yoojin," panggilnya saat berada di depanku, akhirnya bersedia menegurku duluan. Matanya cukup lama melihat ke arahku yang tengah memakai sunglasses, membalas tatapannya dengan tampang datar. Dia kemudian memegang tangan kananku dengan dua tangannya. "Jangan begitu lagi ya? Ingkar janji itu tidak baik." dia mengatakannya bak Ibu-ibu tengah menasehati anaknya yang nakal.

Tatapannya penuh harap sehingga wajahku yang sejak tadi menampakkan tampang jutek seketika langsung membentuk tawa. "Selesai merajuknya?" tanyaku usil sembari menanggalkan kacamata hitamku.

Anak itu mengerucutkan bibirnya, "Kau tidak boleh jauh-jauh dariku, Yoojin." pintanya pelan.

"Kenapa? Kau takut diculik dan dijadikan makanan gorila?" aku kembali menggodanya, dijawab oleh anggukkan singkat dari Sehunie, yang membuatku tidak tahan untuk menyentuh pipi putihnya.

"Kau benar-benar menggemaskan Sehunie," pujiku sambil mencubit-cubit pipinya yang lumayan berisi, namun garis rahangnya tetap jelas dan tajam disaat yang sama. "Sampai-sampai aku betulan ingin mendorongmu ke kandang Gorila agar kau dicabik-cabik dan dimakan mereka."

Bitter BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang