Hari menuju malam.
Dalam sebuah perjalanan menuju rumah.
Dengan rintik hujan yang terlihat dari kaca jendela angkot biru.
Aku menulis ini untuk mengenangmu.
°°°
Rinai hujan yang bahagia jatuh, lalu daratan menyambutnya. Mereka bertemu dan menuntaskan rindu.
Sementara, rinai hujanku jatuh pada laut lepas. Tertampung bersama rinai lainnya, karena tak ada tempat untuk mengangkasa rindu.
Manusia bisa memutuskan untuk mencintai, namun tidak bebas menentukan rasa orang yang dicintai.
Bagian tersulitnya adalah saat jatuhmu tidak dibersamai oleh orang yang membuat luluh.
Kamu orangnya kan?
Yang tak ingin jatuh bersamaku. Kamu memilih melepas genggaman. Membiarkan aku jatuh sendirian, karena pada akhirnya aku yang begitu terluka sedang kamu masih baik-baik saja, atau malah... Bahagia?Ini lelucon sederhana, yang ditertawakan setiap hati yang patah.
Tentang perjuangan yang disesalkan.
Tentang rasa yang selalu disalahkan.Karena hadirmu singkat.
Tapi berhenti mengharapkan hadirmu terlalu sulit.
Boleh kuutarakan sesuatu juga kali ini?
"Bahagiamu menyakitiku terlalu dalam"
Aku tak bisa bersorak senang untuk bahagianya kamu.
Karena aku bukan bagian dari bahagiamu.
Kisahmu sudah dimulai. Bagianku dihapus saja, karena aku menyesal pernah berada disana.
Tapi, bahagia terus ya.
Untuk aku, agar tidak lagi mengharapkanmu.
Lin.a
KAMU SEDANG MEMBACA
Hari Menuju Malam
PoetryUpdate setiap hari /Insha Allah/ Selamat datang di dunia dengan gelap malam disertai terang bintang. Duduklah, nikmati kopinya, mari bercengkrama tentang kisah yang belum usai. Maaf, tak menjamin akhir bahagia walau sebenarnya aku berharap itu terja...