Dua

4K 163 0
                                    

Jum'at pagi, biasanya kalau tidak ada jam pelajaran di sekolah atau ada kegiatan yang menyebabkan kelas kosong, aku selalu ijin alias bolos agar bisa pulang ke rumah berkumpul bersama keluargaku. Yaa maklum sekolah dan rumahku lumayan sangat jauh, sekitar 2 jam perjalanan. Jadinya aku harus kos dan belajar mandiri.

Sebenarnya bukan kemauanku sendiri untuk jauh dari orangtua. Ini berawal dari 3 tahun yang lalu sejak mama pindah tugas dinas ke kabupaten baru propinsi, sehingga mama, bapak dan adik semata wayangku harus pindah kesana dan aku dipaksa untuk tetap bersekolah di kota.

Pertama jauh dari keluarga, saat masih duduk di kelas X aku diminta untuk tinggal bersama tante dan om yang rumahnya tidak begitu jauh dari sekolahku. Setelah beberapa bulan, ada sedikit keruwetan dengan kehadiranku di dalam keluarga tante, aku memilih untuk pindah dan ikut bersama Bude dan Pakde yang rumahnya lebih jauh. Yaa namanya juga numpang, pasti banyak dukanya daripada sukanya. Dan akhirnya aku diberi ijin oleh mama untuk bisa benar - benar mandiri disaat aku semester 2 kelas XI. Betapa bahagianya aku karena sudah diijinkan kos sendiri... Waaaah! 😃😃

Dan hari ini setelah pengumuman kelulusan, aku segera pulang menepati janjiku pada mama. Tak perlu ijin lagi ke sekolah kan, karena urusan administrasi pengambilan ijasah masih menunggu hingga minggu depan.

"Ibu, saya pamit pulang dulu ya! Senin pagi baru saya kembali, insyaa Allah," pamitku pada ibu kos.

"Iya, Mia. Salam buat mama kamu di rumah yaa!" Aku menyalami dan mencium punggung tangannya, beliau sudah seperti Ibuku sendiri.

"Aku berangkat ya, Bu. Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumsalam, hati - hati di jalan ya!"

Tidak seberapa jauh letak rumah kos itu dari jalan raya, aku hanya berjalan sekitar 5 menit dari kos dan sudah ku dapati kendaraan umum di pinggir jalan raya. Tujuanku terminal bus.

Aku harus berangkat lebih pagi ke terminal agar bisa mendapatkan bus atau minibus khusus dengan tujuan Arso, apalagi jika aku bisa mendapat angkot yang pemiliknya masih tetanggaan dengan orangtuaku jadi perjalananku bisa sangat dipermudah menuju rumah. Hehe...

Oh ya, rumahku berada di daerah yang dulunya menjadi tempat tinggal para transmigran dari luar pulau Papua, yang sekarang menjadi kabupaten Keerom Papua. Awal pertama kesana tahun 2005 jalanannya masih berupa bebatuan kecil dan pasir, belum diaspal. Tapi, seiring waktu pergantian kepala pemerintahan dan makin banyaknya pendatang yang bekerja dan tinggal disana, wilayah Keerom semakin ditata dan dilengkapi fasilitas masyarakatnya.

Begitu sampai di rumah, ya seperti biasa mama menyambutku dengan masakan andalannya. Mentok kecap, sambel terasi dan kulup keningkir yang semuanya sudah menjadi favoritku.

Kalian tau mentok, kan?

Unggas yang mirip dengan bebek tapi badannya lebih besar dan berisi seperti angsa, jalannya megal megol seksi gimana gitu. Hehehe...

Mama sangat suka beternak disana. Lingkungan desa yang masih jauh dari ramainya kota, masih banyak penduduk disana yang bekerja sebagai petani dan peternak, membuat mama sangat betah mengabdikan dirinya untuk mengajar di salah satu sekolah madrasah yang baru saja berdiri di bawah yayasan Islam dan tentu saja sangat cocok untuk menyalurkan hobinya itu. Yang ku heran lagi, mama sangat nyaman ketika berlama - lama duduk di belakang rumah, dekat dengan kandang ternaknya sambil mengamati perkembangan hewan - hewan asuhannya, dibandingkan harus mengajakku jalan - jalan atau sekedar ngobrol santai di depan tivi.
Lebay ya? Tapi, memang begitu kondisinya.

"Assalamualaikum, maa.."

"Wa'alaikumsalam, sudah pulang tow?" jawabnya lumayan lantang dari arah dapur. Tidak ada ruangan lain untuk bisa menemukan mama selain dapur.

Jodohku, si Abang Loreng! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang