Ternyata malam ini aku tidak sendirian berada di rumah kos yang mungil dan agak horor ini. Ada kawan lama yang nge - kos disini dan juga mengambil kuliah di Akper. Mila, Eka, Tita dan Ega, mereka adalah kawan satu angkatan alumni di sekolahku walaupun berbeda kelas, aku cukup mengenal mereka.Usai membantu mereka berbenah barang dan mengobrol sebentar, kami segera tidur agar esok bisa bersiap lebih awal untuk mengikuti kegiatan lagi.
Dan pagi - pagi sekali aku bangun, mendahului penghuni kos yang lain agar tidak ikut lama mengantre. Masih gelap dan hawa dingin begitu terasa menyentuh kulitku. Aku tak tau apa yang bisa membuatku begitu semangat hari ini untuk berangkat ke kampus sepagi mungkin. Aku pun tak lupa untuk sarapan sebelum berangkat agar tidak lemas saat mengikuti pra - PPSM hari kedua ini.
"Nona - nona cantik! Ayooo berangkat!" teriakku di depan pintu sambil mengenakan sepatu kets hitam bercorak putih.
"Ayooo wes! Mila mah lama!" sahut Tita dari belakangku.
"Ngapain Mila?"
"Biasa, Mia... Dandan lah! Biar nanti dimarahin kakak panitia tuch!" balas jutek Tita.
"Ih, jangan dong! Kasian,"
"Ayo berangkat!" sambung Ega, "Udah selesai nich," diikuti dengan Mila. Lalu kami ber 6 berangkat bersama. Wulan, Mila, Tati, Ega, Eka dan aku.
Jam 6.20 wit, sudah mulai ramai lingkungan ini. Ada banyak kendaraan yang berlalu lalang, mayoritas motor dan angkutan umum yang selalu sibuk mengantarkan anak - anak sekolah setiap hari.
Kami menuju aula rumah sakit yang letaknya berada di lantai 3 gedung serba putih itu. Tampak beberapa calon mahasiswa juga baru saja tiba dari sisi kanan kampus yang malah terlihat masih sepi. Hanya beberapa pria berpakaian serba putih berlalu lalang di area lorong kelas.
Dan saat tiba di ruang aula, hampir semua calon mahasiswa dan kakak panitia sudah berkumpul dan berbaris disana.
"Yaaa.... Silahkan masuk bagi yang baru datang dan langsung mencari kelompoknya sesuai pembagian kemarin. Untuk ketua kelompok, tolong dicek lagi kelengkapan anggotanya. Kurang berapa yang belum hadir," perintah seorang kakak panitia pria di depan barisan, dari cara berbicara dan berdiri sangat tampak bahwa ia seorang prajurit TNI.
Aku pun menoleh kanan kiri, mencari dimana barisan kelompokku berada.
"Kelompok berapa, dek?" tanya seorang kakak panitia yang begitu manis dengan make up naturalnya.
"Eh, pagi kak! Saya kelompok 3, kak."
"Ooooh.... Itu di sebelah sana," ia menunjukkan jarinya ke sisi kanan tengah ruangan.
"Siap, kak. Terimakasih," aku bergegas menuju barisan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 6.30 WIT dan aba - aba kakak panitia di depan barisan kami pun dimulai. Sebelum kegiatan, kami melaksanakan apel pagi terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan pembelajaran PBB atau Peraturan Baris Berbaris.
Sudah menjadi ciri khas-nya di tempat ini. Jika masuk ke wilayah militer, hal pertama yang dipelajari adalah baris berbaris. Alasannya adalah untuk menanamkan kedisiplinan pada masyarakat sipil, dan tentu sangat bermanfaat untuk membentuk karakter mahasiswa yang biasanya sulit memanajemen waktunya sendiri sehari - hari.
"Perhatian seluruhnya, komando saya ambil alih. Siiiiaaaaaaap grak!"
Aku tak tahu mengapa tiba - tiba terasa ada angin semilir berhembus lembut menyapu wajahku. Dadaku berdegup semakin kencang tapi teratur dan nafasku mulai sesak.
Siapa dia?
Mengapa wajahnya seperti tidak asing lagi bagiku?
Allah.... Perasaan apa ini?
Jangan biarkan aku terjebak dalam nafsu sesaat...

KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku, si Abang Loreng!
Romantizm[Prequel Catatan Hati Seorang Istri Prajurit] My love story in Jayapura city❤ Namaku Mia .. Usiaku 18 tahun dan baru lulus SMA. Mama memaksaku untuk menjadi perawat dan harus kuliah di Kampus Loreng (Akper RST), agar aku bisa segera menemukan jodo...