Empat

2.7K 121 3
                                    

"Jam segini baru ke sekolah, Mia?" ibu kos begitu sibuk membereskan dapur padahal jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi.

"Iya, Bu. Santai 'kan sudah lulus. Saya cuma mau urus administrasi lagi untuk syarat pengambilan ijasah," aku turun dari kamar dan mengecek kelengkapan berkas yang harus aku serahkan ke pihak sekolah di dalam tas salempangku.

"Dek, bareng ya!" sapa mbak Tini dari arah tangga yang akan berangkat ke kampusnya. Dan aku mengangguk.

"Bu, kami berangkat ya! Assalamualaikum,"

Setelah berpamitan kami segera berangkat bersama, berjalan kaki.

"Kamu rencana jadi kuliah dimana, Mia?" tanya mbak Tini santai.

"Hmmm terpaksa aku ambil di Akper RST, mbak. Jadi minggu depan aku harus sudah pindah kos," aku menanggapinya lesu.

"Ya gak papa, orang tua pasti mau yang terbaik buat anaknya kan? Mbak yakin kamu pasti bisa, Mia," ia tersenyum meyakinkan aku akan pilihan mama.

"Iya sih, mbak. Aku ambil hikmahnya aja, tapi pasti bakalan rindu banget sama mbak dan penghuni kos semua,"

"Gampang itu, kan nanti pas libur kuliah bisa main ke kos lagi."

"Hmmm.... Eh mbak, itu angkotnya udah datang. Ya dah aku lanjut jalan ya! Mbak hati - hati," kami bersalaman dan cipika - cipiki, lalu kami berpisah di pertigaan jalan besar.

Huuuuuft! Moga hari ini urusan administrasi selesai dan besok bisa fokus tes tertulis. Hmmm... Aamiin..
Aku menghela napas berat.

Kali ini ada rasa jenuh dan enggan untuk kembali ke sekolah. Tidak seperti biasanya memang. Bukan karena sudah lulus dan ingin segera berganti status menjadi mahasiswa, tapi mungkin akibat Fauzi mengutarakan perasaannya minggu lalu dan aku menjadi malas untuk sering bertemu. Bagiku, sahabat tetap akan menjadi sahabat, tidak bisa lebih.

Sekolahku lumayan dekat dari tempat kos-ku berada. Ada banyak jalan tikus menuju kesana, tapi kali ini aku memilih jalan besar agar pikiranku bisa lebih segar. Ya sedikit lebih jauh dari biasanya, tapi berjalan kaki di pagi hari lebih menyehatkan 'kan?

Sekitar 100 meter jarak antara jalan raya dengan gerbang masuk sekolah. SMAN 1 Jayapura, my almamater school. It will make me so miss this place in someday. Walaupun aku tidak begitu banyak meninggalkan kenangan di sekolah ini, tapi aku sangat menghargainya sebagai tempatku menimba ilmu terutama guru - guru yang sudah banyak menguras tenaga dan waktu untuk menemaniku 'belajar khusus' jika ada materi yang sulit untuk aku pahami saat belajar di kelas. Hmmm... Kalau sudah begini, belajar selama 3 tahun itu terasa sangat cepat ya!

"Assalamualaikum, Miaaaaa!" seseorang dari arah belakang, berlari kecil menghampiriku.

"Wa'alaikumsalam, eh baru datang juga ya kamu. Tumben? Biasanya paling awal," aku membalikkan tubuhku ke arahnya, menghentikan langkahku.

"Yeee 'kan kita udah lulus. Santai dong! Hehe... " senyumnya begitu manis dan kami berjalan bersama menuju kelas yang suasananya sangat ramai dari kejauhan.

"Hmmm....yayaya! Eh Wi, kamu jadi ambil akuntansi di Uncen kah?"

"Iya tow! Kan aku dah ketrima tanpa tes, masa' disia - siakan?"

"Iya sih! Tapi.....aku gak jadi disana, Wi." Aku tahu pasti Dewi sangat kecewa dengan ucapanku ini, karena sejak awal memilih kampus kami sepakat bisa terus bersama walaupun beda fakultas. Dewi, satu - satunya sahabat terbaikku di kelas.

Jodohku, si Abang Loreng! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang