"Emang kamu siapa sih? Kok sok - sokan ngatur aku?""..........." dia terdiam.
Aku tidak sadar jika kata - kata itu bisa keluar dari mulutku begitu saja tanpa ada filternya. Bukannya aku tipe cewek yang jutek sama cowok, hanya saja aku tidak suka diatur yang aneh - aneh apalagi dia bukan termasuk orang penting dalam hidupku.
"Oke, aku kesitu!"
"Apa? Gak usahlah ka....." tut.... tut..... tuuuut! "Asem! Dimatiin lagi. Dewiii!!!"
"Apaan? Aku denger, gak usah tereyak napa?" ia baru saja duduk sekembalinya dari kasir, lalu menata beberapa kantong belanjaannya.
"Lama amat sih? Ayo pulang! Bisa ditegur ibu kos nanti kalo kemaleman," keluhku.
"Iya ayoo! Trus tadi kayaknya ada yang telpon serius amat, siapa?" kami berjalan menuju pintu keluar mall.
"Itu si Fauzi, resek dia!"
"Kenapa lagi dia? Ngajak pergi bareng pas prom-nite nanti?"
"Ih ogah mah! Bukan itu, tadi dia telpon trus ngomel suruh aku pulang."
"Emangnya kenapa? Kamu gak pamitan sama dia? Kan kita jalan berdua, cemburu kalik dia?"
"Ngawur aja kamu! Dia tanya ngapain aku masih di mall jam segini, trus nyuruh aku pulang dan kalo gak...dia mau samperin trus maksa nganter aku pulang ke kosan gitu sok kayak bapak - bapak ngomelin anaknya,"
"Astaga! Lebay amat sih tuch anak, pacar aja bukan! Lagian 'kan kamu gak sendirian, trus kamu jawab apa?"
"Ya aku protes dong! Dia bukan siapa - siapaku ngapain sok ngatur gitu. Trus dia ngancem beneran mau nyamperin kita tadi,"
"Lhaa dia tau dari mana kita di mall?"
"Itu dia ada di seberang resto tempat kita makan tadi. Dia sama mamanya aja, diam - diam ngawasin kita terus dari tadi. Makanya aku suruh kamu cepet - cepet, males aku ngeladin dia."
"Hmmm.... Oke deh kalo gitu sekarang kita pulang, yuk itu ada angkot kosong!" kami segera menaiki angkot itu dan berlalu dari depan mall yang tanpa Dewi sadari, Fauzi terus mengawasi kami.
Untung aja dia gak bener - bener nyamperin. Bisa aku muntahin nie makanan kalo sampe ketemu dia tadi. Sayang 'kan makan ditraktir kok dimuntahin. Huft!
Kalian tau? Aku termasuk salah satu orang yang setia pada sebuah ikatan. Dan aku paling benci dengan hubungan yang tidak jelas alias pacaran atau apalah itu. Sedangkan aku, Dewi dan Fauzi adalah sahabat. Kami sudah lama menjalin hubungan ini sejak duduk di bangku kelas X dan aku juga tahu sejak setahun belakangan ini Fauzi menyimpan rasa padaku. Dan hal itu yang membuatku mulai membencinya.
~~~~~~
Arlojiku sudah menunjukkan pukul 10.00 dan sudah hampir 2 jam aku menunggu antrian tes kesehatan di kampus Poltekkes.
"Kalo aja tadi gak kesiangan, pasti gak akan dapet antrian sepanjang ini. Hadeeew... Mana cuma sarapan roti tadi, lapeeer!" gerutuku lirih. Mungkin saja orang yang berbaris di belakangku bisa mendengarnya. "Coba aja semalem gak ngeladeni Dewi belanja lagi, pasti gak akan tidur larut. Aaaaaaaargh..."
"Berikutnya," seorang panitia memanggil giliran.
"Eh....iya, saya!" aku sedikit terkejut.
Dasar Mia!

KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku, si Abang Loreng!
Romance[Prequel Catatan Hati Seorang Istri Prajurit] My love story in Jayapura city❤ Namaku Mia .. Usiaku 18 tahun dan baru lulus SMA. Mama memaksaku untuk menjadi perawat dan harus kuliah di Kampus Loreng (Akper RST), agar aku bisa segera menemukan jodo...