Tiga Belas

2.8K 87 24
                                    

Happy reading!
.
.
.
.

Setiba ku di kosan, aku benar - benar bingung dan cemas dengan pertemuan tadi. Tak kusangka jika abang yang kusukai begitu agresif padaku. Antara bahagia dan cemas, karena masih ter-mindset di otakku bahwa abang loreng adalah pria yang paling mengerikan untuk dijadikan "pacar" alias calon suami.

Jam 22.05 wit.

Mataku masih belum juga terpejam. Teringat ucapan mama tadi saat aku menelponnya akibat kecemasan yang begitu menggangguku dan jawabannya adalah mama masih melarangku untuk memiliki hubungan khusus dengan pria apalagi sampai membawanya pulang ke rumah padahal aku baru saja selesai mengikuti kegiatan ospek.

Terang saja mama melarang! Apa aku ini sudah gila, belum juga resmi menjadi mahasiswa tapi aku sudah nekad membawa pulang seorang kakak tingkat ke rumah. Bisa jadi gunjingan orang sekampung 'kan!?

"Ssssttt.... Oooeee!!! Melamun aja! Kenapa sih?" tegur Mila mengagetkanku.

"Astaghfirullah, Mila!!! Kaget tauk!"

"Lagian jam segini nonton tivi tapi gak tau pikiran kemana, kesambet lho!"

"Malah doain jelek nie anak!"

"Hehehe... Ya makanya cerita dong! Mumpung yang lain udah pada tidur,"

"Hhhhhhhh!" Aku menghela nafas panjang dengan kasar. "Aku bingung, Mil. Bang Aji maksa mau anter aku pulang besok, tapi mamaku gak ijinin. Aku sudah nolak secara halus, tapi dia keukeh banget maksa, gimana nich?"

"Waaaaah..... Lampu ijo dong! Senengnya bisa ditaksir kakak tingkat, hmmm jadi iri lho!?"

"Ya Allah... Milaaaa! Kok malah mikir gitu sih?"

"Dah ah, jangan ditolak! Kasian abang lho!?"

"Hiiiiih.... Kasian? Bisa ya mikir kasian sama kacang ijo! Trus mamaku gimana? Aku gak mau jadi korban ke-playboy-an mereka."

"Kayaknya abang bukan tipe yang gitu deh, Mia. Liat pas PPSM kemarin itu dia yang paling rajin ke masjid dan paling ramah sama kita, masa' dia tega sama kamu?"

"Lhaa trus mamaku gimana? Bisa abis dibabat kalo aku nekad bawa dia ke rumah. Baru juga kenal kok mau -  maunya aku dibonceng cowok yang belum jelas latar belakangnya,"

"Hmmmm..... Gini wes!" Mila mengatur posisinya lebih intim padaku. "Jangan ditolak ajakan dia, tapi pas sampai rumah, kamu turun jangan pas di depan rumahmu. Agak jauh - jauh dikit-lah, say! Siapa tau kamu berjodoh sama abang, aku juga ikut seneng lho!? Hehe...." ucapannya membuatku sedikit merinding.

"Astagfirullah, nie anak! Yawes ah, mending tidur aja ya!? Liat aja besok akan kayak apa," aku pun pindah kamar dan kembali ke kamarku.

"Wahahaha..... Kasian yang lagi galau! Okelah, met tidur Miiaaaaa.... Mimpiin abang ganteng yaa!? Hehehe..." ledeknya sambil menutup pintu kamar.

"Iiiih.....haazeeeem!" akupun ikut menutup pintu kamarku.
.
.
~~~~~
.
.
Jam 05.00 wit

Kriiiiing.... Kriiiiiiiiing!!!

Di layar ponsel tertulis "Abang X memanggil" dan mulai bergetar lagi dadaku. Rasa apa ini, ya Allah?

Aku memberanikan diri untuk mengangkat telepon itu.

*Aku : "Halooo....assalamualaikum,"

*Abang X : "Wa'alaikumsalam, cantik... Udah bangun yaa! Udah sholat belum?" tanya seorang pria di seberang sana dengan begitu lembut. Ya Allah... Hatiku meleleh.

*Aku : "Iya, abang.... Baru aja selesai sholatnya, hmmm....ada apa pagi - pagi telpon?" jawabku dengan usaha keras untuk bisa santai.

*Abang X : "Gak papa, kangen aja. Hmmm... Nanti jam 6 mas jemput ya! Awas jangan berangkat sendirian,"

Jodohku, si Abang Loreng! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang